Kamis, 29 Juli 2021

Sastra Kota, Tantangan dan Pertumbuhan

Donny Anggoro
oase.kompas.com
 
Sastra adalah dunia imajinasi. Tak ada karya sastra paling imajiner yang sanggup memiliki wilayah otonomi mutlak, subjektif, bahkan tiada sangkut pautnya dengan individu atau kalangan tertentu seperti perkataan Adolfo Sanchez Vasquez “sastra lahir dalam ke-kini-an dan ke-di sini-an yang konkret” (Art and Society, Merlin Press, London, 1973). Memang Vasquez dalam buku tersebut menuliskan pandangannya dari kacamata Marxisme. Tapi dari pendapat Vasquez ada satu hal yang sulit ditolak: karya sastra tak mungkin lahir dari ruang kosong.
 
Dalam keriuhan pergaulan metropolis tiba-tiba ada “kesepakatan” bahwa tema sebagian besar karya sastra baru memusat dalam setting yang nyaris sama, yaitu kota sehingga ia tak penting lagi berasal dari mana. “Kesepakatan” ini memunculkan pernyataan yang menantang kreativitas: jika arus global tak terbendung dengan menjadi serba metropolis mampukah muncul estetika baru?
 
Booming chick-lit dan teen-lit misalnya, juga tema sastra seks dan Islami yang menggejala setelah diawali dengan estetika sastra koran dengan mengetengahkan tema-tema sosial seperti kemiskinan adalah ciri sastra kota kita seperti halnya di Amerika Latin, Jepang, India, juga Indonesia yang mulai tidak membicarakan penindasan dalam budaya tradisinya.
 
Tantangan kreatif sastrawan sejatinya mampu hadir dalam bentuk lain, tentu saja dengan kegelisahan sesuai konteksnya, sehingga latar cerita entah itu kota maupun antah berantah tak penting. Bukankah cerita tetap ditulis selama manusia hidup? Masalahnya, ketika sastra kita tengah bergerak menyesuaikan tanda zaman dalam pergaulan metropolis kebanyakan baru merekam gejala dan problem sosial pada permukaan.
 
Sebenarnya karya sastra Indonesia dengan setting metropolis cukup banyak ‘menemui kemungkinan tak dikatakan’ -meminjam istilah Raman Selden. Tapi karena struktur dan kedalaman masih menjadi masalah besar di sebagian besar karya sastra kita, perdebatan atas booming sastra seks, misalnya, yang juga diakui sebagai saksi zaman sastra kota akhirnya berkisar pada bahasa yang vulgar, seolah membuktikan bahwa hanya itu saja yang berhasil dicapai para penulisnya sebagai pembaruan.
 
Sastra kota di Indonesia juga di negara lain walau jadi terpusat dalam setting yang seragam sebenarnya masih menyisakan banyak tempat. Keberagaman daerah Indonesia dengan menjadikan sosok manusia urban di kota adalah potensi besar yang masih bisa digali. Jakarta seperti halnya New York dan kota metropolitan lainnya juga adalah melting pot. Sayang, tempat itu lebih banyak diisi karya kualitas “potret bergaya Polaroid” dan problem jatuh cinta yang klise dalam khasanah penulisan fiksi populer.
 
Amerika sendiri yang menjadi pusat globalisasi ternyata masih cukup melahirkan beberapa karya kuat dalam keriuhan metropolis seperti novel Chuck Palahniuk, esai-esai David Sedaris, atau kegamangan budaya Indian-Amerika dalam cerita Sherman Alexie. Karya Palahniuk seperti Fight Club adalah sisi gelap seorang manusia kota yang terasing sehingga menanggalkan kemanusiaannya. Dari generasi tertua ada J.D. Sallinger yang menampilkan kegundahan remaja Holden Caulfield (Cathcer in The Rye). Karena Amerika sudah menjadi melting pot-meleburnya berbagai budaya- “gegar budaya” menjadi topik menarik dalam sastranya. Sebutlah karya Sherman Alexie yang mengetengahkan pergulatan manusia Indian di kota besar dengan kompleksitas sosialnya. Sedangkan dari chick-lit-nya mampu menyentuh ke dalam sisi pergaulan metropolis yang kadang ?memaksa? orang untuk bertindak bukan sebagai dirinya sendiri seperti terbaca di beberapa karya Sophie Kinsella.
 
Akibatnya bagi tipe pembaca teliti selain hanya mendapat kepuasan estetik dari karya asing dan terjemahan, baik itu sastra maupun karya populer, untuk karya lokal masih kembali pada karya pengarang lama macam Umar Kayam dalam Secangkir Kopi dan Sepotong Donat atau Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Gus Tf Sakai dengan Tambo, Iwan Simatupang dengan Kooong, Seno Gumira Adjidarma dengan Jazz, Parfum, dan Insiden, dan lain-lain. Jangan lupa, Pramoedya Ananta Toer juga pernah menulis sastra kota Jakarta dalam novel tipisnya Korupsi (1957). Begitu pula beberapa cerpen Martin Aleida atau penulis Aceh T.I. Thamrin (yang galibnya bukan nama baru) baru bisa muncul belakangan setelah peristiwa politik yang begitu lama mengekangnya. Sedangkan dari khasanah Islami yang beranjak pada sufistik, lagi-lagi kita masih dipuaskan oleh karya Kuntowijoyo atau Danarto.
 
Karya sastra kota kita sendiri akan sulit bernyali (jangankan nyali internasional akibat kendala bahasa lantaran hanya sedikit sastra kita diterjemahkan ke bahasa Inggris) jika alur, kedalaman, dan permenungan saja nyatanya masih menjadi problem kebanyakan di penulisan sastra kita.
 
Padahal di kota besar ranah fantasi sudah memberi sinyal akan tumbuh setelah booming chick-lit dan teen-lit mulai jenuh. Teknologi informasi dengan banyak diterbitkannya karya fantasi impor juga demam blogger- menulis jurnal di internet dengan blogspot- sadar tak sadar pada masa kini mulai mewarnai sastra kota kita dengan problem kontekstualnya yang menjadi tema. Semisal diterbitkannya Misteri Pedang Skinhead karya Attaka, Ledgard karya WD Yoga atau The Corruptor karya Stanley Timotius Kurnia (yang ditulis dengan bahasa Inggris), dan lainnya karya penulis belia yang justru lepas dari “belenggu” para pendahulunya.
 
Meskipun sinyalemen bibit pertumbuhan itu sudah tampak sehingga kita tinggal menunggu pembuktian seberapa kuat karya-karya mereka hadir ke publik sehingga kelak mereka menjadi penulis sastra sesungguhnya, ternyata ada satu hal yang sulit dipungkiri. Ya, ideologi yang dominan dalam sejarah sastra ternyata belum tentu dominan dalam pertumbuhan teks sastra itu sendiri!

Rawamangun, Juli 2010. http://sastra-indonesia.com/2010/10/sastra-kota-tantangan-dan-pertumbuhan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita