Sabtu, 10 Juli 2021

Mengenang Lan Fang Lewat Festival Lan Fang

Daisy Priyanti
suarakarya-online.com
 
Ternyata banyak pecinta sastra di negeri ini mengaku sangat kehalangan dengan meningalnya Lan Fang. Hal itu sedkitnya tergambar di wajah dr Ananto Sidohutomo, yang setelah Lan Fang meninggal 25 Desember 2011 lalu ia terus mengaku sangat kehilangan.
 
Penggagas acara Festival Lan Fang, yang diawali dengan pembacaan cerpen karyanya di gedung baru Suara Surabaya Media, Selasa (3/12), itu menyebut Lan Fang ada di dua dunia berbeda. “Dunia sastra dan dunia aktivitas sosial dan kemanusiaan, adalah rumah Lan Fang” kata dokter sebagai owner, pendiri Bidadariku.
 
Sekitar lima bulan sebelum meninggal, Lan Fang menggelar parade sastra. Acara itu untuk mencari dana bagi seorang sastrawati yang sedang menderita kanker payudara. “Saat itu, Lan Fang, menghubungi saya dan mengkonsultasikan penyakit sastrawan itu. Kemudian saya beri tahu, pengobatannya dan perkiraan biaya,” jelas dr Ananto.
 
Dengan semangat Lan Fang mendengarkan dan mengharapkan parade sastra yang digelarnya itu bisa membantu sastrawati itu berobat. Dan saat ini, sastrawati itu sudah operasi dan sedang menjalani kemoterapi untuk proses penyebuhan. “Dan ketika Lan Fang meninggal di Singapura, ternyata penyebabnya adalah kanker hati dan kanker tulang, yang penyebab primernya adalah kanker payudara,” ungkap dr Ananto.
 
Tapi Lan Fang tidak pernah mengeluh, atau mengungkapkan penyakitnya itu. Padahal sejak kenal dengan Lan Fang, dr Ananto sudah langsung mengajak Lan Fang menjadi aktivis di Bidadariku. Dengan penyebab kematian Lan Fang itu, dr Ananto menduga, Lan Fang sudah terkena kanker payudara itu sejak dua atau tiga tahun lalu.
 
“Pilihannya untuk menyembunyikan penyakit itu. Tapi ini menunjukkan betapa mulianya hidup Lan Fang, dia berusaha membuat hidupnya bermanfaat, meski sebenarnya dia sedang menderita,” tandas dr Ananto.
 
Sementara itu, acara pembacaan cerpen dan puisi karya Lan Fang yang digelar kemarin, menampilkan beberapa tokoh yang hadir untuk membacanya. Diantaranya, Wakil Gubenur Jatim, Saifulah Yusuf atau Gus Ipul, anggota DPR RI Indah Kurnia, Direktur SS Media Erol Jonathan, Johan Budhi Sava dari TB Togamas, Jl Diponegoro, Ina Silas dari House of Sampoerna, M Shoim Anwar dari Unesa, penulis Surabaya Suparta Brata, dan lain-lain.
 
Cerpen karya Lan Fang yang dibacakan dalam acara tersebut berjudul Qiu Shui Yi, Bai She Jing, dan Malam-Malam Nina.
 
Hadir pula dalam acara itu, Gatot S Santoso, wakil ketua INTI (Indonesia Tionghoa) Jatim. Gatot yang tampil sebagai pembuka acara, menyebut INTI sangat kehilangan Lan Fang. “Pertama, Lan Fang adalah bagian dari pengurus INTI . Dia adalah aset yang luar biasa, dengan sosoknya yang tidak sekedar orang China,” kata Gatot. Lan Fang juga sosok yang ringan tangan dan bisa mengenalkan INTI kepada luar komunitas Tionghoa.
 
Saat hari terakhir disemayangkan di Yayasan Adi Jasa, Gatot terkejut dengan banyaknya sahabat Lan Fang, yang datang dari berbagai kalangan. “Dia adalah seorang Indonesia. Tidak hanya seorang Tionghoa dan Budhis,” tandas Gatot. Festival Lan Fang sendiri akan berlangsung hingga 11 Maret 2012 mendatang. Kegiatannya meliputi talkshow di stasiun televisi lokal tentang Lan Fang pada 5 Januari, baca puisi karya Lan Fang di Bidadariku, Jl Trunojoyo 63 pada 8 Januari, dan musikalisasi di Matchbox Too, Jl Jawa 33 pada 5 Februari.
 
Tanggal 16 dan 17 Februari, bedah novel “Perempuan Kembang Jepun” di perpustakaan kota Malang, dan lain sebagainya.
 
Ya, bukti banyak orang yang merasa kehilangan dengan kepergian sastrawati ini, banyak juga orang memberinya penilaian dan pujian yang beragam tentang Lan Fang. Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan sosok dan karya sastrawan Lan Fang adalah inspirasi bagi semua orang. “Tidak ada alasan meragukannya. Lan Fang adalah inspirasi kita semua. Karya-karya maupun kepribadiannya sangat istimewa, meski saya hanya bertemu beberapa kali saja,” ujar Syaifullah Yusuf di sela Parade Tokoh Bacakan Karya Lan Fang di Suara Surabaya Media, Selasa lalu.
 
Gus Ipul, sapaan akran Wagub Jatim itu juga menilai, sang penulis memang telah wafat, namun karyanya pasti dan akan selalu dikenang sampai kapan pun. Dia menyebut Lan Fang sebagai contoh manusia yang total dalam dunianya, tidak mudah dan tak pernah mengeluh. “Lan Fang mengerti dan menjadikan hidup dalam arti sebenarnya. Tidak peduli apakah ada perbedaan ras maupun agama. Semua tak dijadikan penghalang dan sifat itulah yang keteladanan yang diperlihatkan Lan Fanang,” kata Gus Ipul.
 
Selama Januari 2012, digelar sejumlah rangkaian kegiatan untuk mengenang Lan Fang, antara lain parade tokoh bacakan karya Lan Fang, diskusi, pembacaan puisi, musikalisasi, bedah novel, dan beberapa kegiatan lain. Puncaknya, pada 11 Maret 2012 atau bertepatan dengan hari kelahiran almarhumah, akan digelar pameran lukisan, seni rupa, foto, penjualan buku karya Lan Fang, penyuluhan dan konsultasi kanker serviks dan payudara, serta pemutaran video Lan Fang.
 
Sejauh mana Anda mengenai sosok Lan Fang? Novelis perempuan terkemuka asal Surabaya ini meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura, Minggu siang akhir Desember 2011. Sekretaris Dewan Kesenian Surabaya Farid Syamlan mengatakan, Lan Fang yang telah menghasilkan beberapa novel dan cerita pendek itu meninggal karena menderita kanker hati. “Dia sebetulnya sudah lama menderita kanker hati, tapi tidak pernah dirasakan dan terus melakukan aktivitasnya. Sampai akhirnya parah dan tidak bisa disembuhkan,” katanya.
 
Lan Fang terkenal dengan novelnya “Perempuan Kembang Jepun” dan “Ciuman di Bawah Hujan”. Dia sempat dirawat lama di Rumah Sakit RKZ Surabaya kemudian pindah ke Rumah Sakit Adi Husada. “Dari Adi Husada, Jumat lalu (23/12) ia kemudian diterbangkan ke Singapura, namun nyawanya tidak tertolong. Kami teman-teman seniman di Surabaya merasa sangat kehilangan atas meninggalnya seorang sahabat yang pergi terlalu cepat,” katanya.
 
Farid mengenang Lan Fang sebagai sastrawan perempuan yang sangat potensial yang dimiliki Surabaya dan Indonesia. Lan Fang dikenal memiliki semangat luar biasa untuk terus berkarya. “Setelah kepergian Lan Fang, para penulis novel perempuan di Indonesia dan khususnya Surabaya tentu akan kehilangan lawan untuk mengadu karya,” kata Farid.
 
Lan Fang juga dikenal dengan julukan “Gus Durian” atau pengikut Gus Dur sehingga tidak aneh jika dia dekat dengan sejumlah tokoh ulama Nahdlatul Ulama. Pertemuan-pertemuannya dengan kalangan ulama itu seringkali kemudian ditulis oleh Lan Fang di sejumlah koran harian di Surabaya. Tulisan-tulisan ringan perempuan kelahiran Banjarmasin, 5 Maret 1970 tersebut seringkali memberi inspirasi karena menyangkut kehidupan seorang tokoh.
***

7 Januari 2012 http://sastra-indonesia.com/2012/01/mengenang-lan-fang-lewat-festival-lan-fang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita