Selasa, 13 Juli 2021

Mencatat Satu Sisi dari Sanjak

"Narasi Di Setapak Pintu" Cecil Mariani
 
JJ. Kusni
sinarharapan.co.id
 
Puisi memang bersegi banyak. Kalau kita mencermatinya, maka orang sering memilah segi-segi ini dalam kategori besar: bentuk dan isi, sedangkan bentuk dan isi ini saja mempunyai rincian yang tidak sedikit. Isi bisa dilihat dari segi sosiologis, filsafat, psikologis, sejarah, latarbelakang budaya, politik, dan lain-lain... sedangkan bentuk mencakup unsur-unsur antara lain pilihan kata, irama, perbandingan, pembagian larik, kontras dan sebagainya.
 
Sekalipun sebuah puisi mempunyai unsur-unsur demikian, tapi tetap saja puisi merupakan satu keutuhan tunggal sebagai puisi. Mutu sebuah puisi merangkum semua unsur tersebut tanpa pemilahan atau mengabaikan satu atau lain segi, dan ia selalu merupakan pintu menganga bagi perdebatan atau
perbincangan ketika ia telah disiarkan lalu menempuh jalan hidupnya sendiri di luar penyairnya. Semua unsur di atas bisa digunakan oleh penyair sebagai sarana untuk mengungkapkan diri.
 
Terkadang, bisa sang penyair mulai tergugah hatinya oleh sebuah irama lagu, katakanlah jazz, misalnya, atau saat ia terpesona melihat matahari tenggelam, dan dari gugahan ini si penyair mengembangkan pikir, rasa dan seluruh imajinasinya.
 
Kali ini, saya ingin menjuruskan pembicaraan kepada irama sebuah puisi. Untuk keperluan ini saya kembali mengambil sanjak Cecil Mariani yang disiarkannya dalam Milis Penyair (2 Februari 2003, 14:08) berjudul: "Narasi Di Setapak Pintu". Sanjak Cecil Mariani tersebut lengkapnya sebagai berikut:
 
Narasi Di Setapak Pintu
 
pada setengah pintu ternganga dan liris hujan...
 
setapaknya telah bertaburan impian
diantaranya berpamit sepasang ciuman
seketika segala redam yang lolos dari kekang
 
pada setengah pintu
bernaung dermaga atap dari pelukan hujan...
 
sepasang denyut menyapa tanpa bicara
sederas luncuran berbias baur hujan di bening jendela
di luar dalam sisi jiwa
sehangat dan segigil kaca-kaca
 
pada setengah terpenjara
kelambu bergaris kabut desahan hujan...
meracau sepasang lelap dalam meluruhnya rintikan
memuaikan telaga dalam genggam tangan
membisikan diam sapaan ketika datang dan ketika pulang
 
berurai serpihan bercucuran berserak dalam cium,
genggam dan lambaian
hingga segala hamburan kembara kembali susut
di satu setapak:
 
antara ambang setengah pintu kerinduan
antara interlude senyap kehujanan
pada menepi sepasang ciuman
pada geming di genggam tangan
 
(Cecil Mariani, milis penyair@yahoogroups.com , 02 Februari 2003, 14:O8).
 
Saya tidak tahu sedang berada di mana Cecil Mariani (selanjutnya saya singkat Cecil) ketika menulis sanjak ini. Apakah di rumahnya di Lebak Bulus atau di kantor kerjanya yang baru atau berada di ruang mengajarnya di Tangerang. Tapi yang jelas pada waktu itu langit sedang mengucurkan hujan dengan deras, sehingga kabut bagaikan kelambu menerawang terbayang di hadapan mata penyair memanggil segala kenangan dan memacu imajinasinya dari satu peristiwa ke peristiwa lain yang telah dialaminya.
 
Suasana yang sedang dihadapinya ini, ia lukiskan bersama kenangannya akan sesuatu atau seseorang. Dan seperti biasanya dalam banyak narasinya, Cecil masih berada dalam pengaruh melankoli yang disemai oleh pengalamannya semenjak kanak. Melankoli ini terasa bukan hanya terungkap pada pilihan kata serta perbandingan, tapi lebih-lebih mencuat dalam irama baris-barisnya yang panjang dari awal hingga akhir sanjak ini, misalnya:
 
"sepasang denyut menyapa tanpa bicara
sederas luncuran berbias baur hujan di bening jendela
di luar dalam sisi jiwa
sehangat dan segigil kaca-kaca"
 
"pada setengah terpenjara
kelambu bergaris kabut desahan hujan.."
 
Dalam sanjak ini, Cecil mengeksploitasi daya irama untuk mendukung emosi dan pikiran yang ingin dia tuangkan. Hal inipun pernah dilakukan antara lain oleh Toto Sudarto Bachtiar dalam sanjaknya "Gadis Peminta-minta"
 
"gadis kecil berkaleng kecil
kalau kau mati bulan di atas itu tak ada lagi yang punya"
 
(Dari: kusanjak: Etsa)
Atau Chairil Anwar dalam sanjaknya "Cintaku Jauh Di Pulau":
 
"cintaku jauh di pulau
di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar"
 
Yang ingin saya katakan dengan contoh-contoh di atas bahwa irama memang bisa dieksploitasi oleh penyair untuk mendukung pikiran dan rasa yang ingin ia tuangkan, dan Cecil dalam sanjaknya di atas telah mengeksploitasi kemungkinan ini secara maksimal. Irama ini biasanya bersesuaian dengan suasana hati. Benarkah demikian, Cecil?

Perjalanan 2003 http://sastra-indonesia.com/2010/06/mencatat-satu-sisi-dari-sanjak/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita