Senin, 21 Juni 2021

Memahami Bentuk Puisi

Soni Farid Maulana
Pikiran Rakyat, 17 Okt 2010
 
Dalam berbagai forum diskusi yang membahas tema tentang proses kreatif penulisan puisi selalu muncul pertanyaan, dihadapkan pada pertanyaan dari seorang siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen., apakah menulis puisi bisa dipelajari?
 
Secara teknis, tentu saja menulis puisi bisa dipelajari sebagaimana kita belajar ilmu bela diri pencak silat. Masalah isi dan kualitas puisi semua itu sangat bergantung pada "jam terbang" dalam pengertian seluas-luasnya. Berkait dengan itu, memahami apa dan bagaimana bentuk puisi menjadi penting adanya, sebab ia berkait erat dengan apa yang ingin diekspresikan dan dikomunikasikan kepada publik, meski benar pada satu sisi ada juga kalangan penyair yang berpendapat bahwa menulis puisi adalah untuk puisi itu sendiri dan bukan untuk yang lainnya.
***
 
karya sastra pada dasarnya, termasuk puisi adalah produk dari kebudayaan yang sudah berumur panjang dan entah sejak kapan dimulainya. Dalam kebudayaan Sunda, penulisan puisi tradisional bisa dilacak lewat penulisan dangding. Salah seorang penyair Sunda kenamaan pada zamannya yang menulis puisi dalam bentuk dangding adalah Penghulu Haji Hasan Mustapa. Dalam sastra Indonesia, penulisan puisi tradisional bisa dilacak lewat pantun.
 
Ajip Rosidi menyebut puisi tradisional itu sebagai puisi nusantara. Dengan demikian, jelas bahwa menulis puisi dalam kehidupan manusia di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya bukan merupakan kegiatan yang baru. Apa sebab? Karena masing-masing suku bangsa di berbagai belahan dunia mempunyai tradisi penulisan puisi yang satu sama lainnya berbeda. Akan tetapi, secara esensial mempunyai makna yang sama, yakni berekspresi untuk menyatakan isi hatinya, entah ditujukan kepada Tuhan, alam, kekasih, atau kepada hal lainnya yang personal sifatnya.
 
Kekhasan puisi dibandingkan dengan teks yang lain, dalam hal ini dibandingkan dengan penulisan cerita pendek, novel, atau naskah drama, terletak pada rancang-bangunnya. Ketika puisi ditulis, yang diungkap penyair dalam larik-larik puisinya berupa kristalisasi dari pengalaman puitik, dan bukan menguraikan pengalaman puitik sebagaimana yang ditulis orang dalam bentuk cerita pendek, novel, atau naskah drama.
 
Bahwa apa yang disebut pengalaman puitik pada satu sisi erat kaitannya dengan fakta-fakta biografis yang dialami penyair saat ia menulis sejumlah puisi, itu memang tidak bisa dibantah. Namun demikian, pada sisi yang lain bisa dikatakan dengan tegas bahwa puisi bukanlah semata-mata uraian riwayat hidup sang pengarang secara nyata, melainkan hasil dunia rekaan yang dibentuk ulang lewat bahasa ungkap yang dikreasinya secara sungguh-sungguh.
 
Dalam konteks inilah saya bisa memahami dengan tegas, apa yang dikatakan Prof. Dr. A. Teeuw maupun Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, bahwa karya sastra, dalam hal ini puisi, merupakan dunia rekaan (fiksionalitas) yang bahan-bahan dasarnya berupa pengalaman puitik yang berdenyut di hati dan pikiran sang penyair. Apa yang disebut dengan pengalaman puitik pada sisi yang lain, disebut juga gagasan atau energi kreatif berupa ilham, apa pun namanya yang menggerakkan batin sang penyair untuk menuliskannya di atas kertas.
 
Jika di awal tulisan disebutkan bahwa secara teknis saya wajib hukumnya mengenal berbagai bentuk pengucapan puisi, karena bahasa ungkap yang diekspresikan dalam puisi imaji sebagaimana yang dikembangkan penyair Sapardi Djoko Damono dan Goenawan Mohamad sangat lain dengan penulisan puisi naratif sebagaimana yang ditulis penyair Rendra dan Taufiq Ismail.
 
Kedua bentuk pengucapan puisi tersebut, tentu saja sangat lain dengan bentuk penulisan puisi simbolik sebagaimana yang dikembangkan almarhum penyair Wing Kardjo, dan Abdul Hadi W.M. menyebut sejumlah nama sebagai contoh model pengucapan puisi, yang kini tumbuh dan berkembang dengan amat suburnya di negeri ini.
 
Tiga model pengucapan puisi tersebut di atas tentu saja mempunyai perbedaan pula dengan pengucapan puisi mbeling yang digagas oleh penyair Jeihan Sukmantoro dan Remy Sylado. Demikian pula dengan pola pengucapan puisi yang dikembangkan oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri yang berbasis pada mantra sebagai titik pijaknya. Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang sebagian cenderung gelap itu, termasuk dalam kategori penulisan puisi untuk puisi itu sendiri bukan untuk yang lainnya.
 
Pendek kata, apa yang disebut puisi atau apa itu puisi sungguh banyak ragam dan jenisnya. Bahasa puisi pada satu sisi bisa dikatakan bukan merupakan bahasa yang lugas dan objektif, melainkan bahasa yang berperasaan dan subjektif. Berkait dengan itu, situasi bahasa yang diekspresikan penyair dalam puisi yang ditulisnya terkesan monolog, baik itu yang digambarkan melalui aku lirik maupun kau lirik. Sementara situasi bahasa yang diungkap dalam penulisan cerita pendek, novel, atau naskah drama cenderung dialog yang dimainkan lewat para tokoh yang direka oleh sastrawannya.
***

https://cabiklunik.blogspot.com/2010/10/memahami-bentuk-puisi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita