Jumat, 28 Mei 2021

Puisi-Puisi Dharmadi

kompas.com
 
KATA
 
ia sadar benar tentang sajaknya
yang belum juga berpuisi
 
diketuknya pintu demi pintu waktu
dicarinya kata yang selalu merayu
dalam angannya buat sajaknya nanti
 
khayalnya selalu buyar
ditumbuk pikuk dunia
 
rindunya tak pernah mati
 
dengan raga merana rasa terlunta
sambil bersenandung lagu hati dicarinya
kata yang selalu merayu angannya
 
dicatatnya segala;
 
yang dirasa
yang dibaca
yang diraba
 
kata tak juga mewujud puisi
dalam sajaknya
 
oh, angkasa raya bumi yang
fana, di mana kau sembunyikan
kataNya?
 
dibersihkan gairah sukmanya dari
limbah hari; didakinya bukit demi
bukit malam, ditelentangkan ruh
ketika terdaki puncaknya;
 
di batas sadar serasa mimpi
tiba-tiba di relung dadanya tumbuh
satu kata, “Gusti”.
 
2008
 
 
 
IBU YANG KITAB
IBU YANG ZAT
 
-1-
dengan mata angan dibacanya dari
paragraf ke paragraf ibunya yang
kitab babad
 
tak sekata sekalimat terlewat
 
telah dihabiskan beribu pagina dan
bab tak tamat-tamat
 
sesaat dihelanya nafas;
 
“ibu, engkau kitab babad penuh misteri dan
tafsir riwayat; seakan kau bawa aku melayari
lautan sepi kapal, menembus rimba tak bertuan,
berkunjung ke kota-kota yang tak lagi bertanda,
menyelinap ke lorong-lorong tak bercahaya,
mendaki gunung mencari puncaknya dalam gelap”.
 
sesaat dilepasnya nafas;
 
jemari hatinya membuka
pagina berikutnya.
 
-2-
kini dengan lidah rasa dicecap-
cecap ibunya yang zat
 
sesaat dihelanya nafas;
 
“ibu, engkau zat dari segala anasir zat”;
 
lidah rasanya mencecap-cecap nikmat
ibunya yang zat, ditelannya liur, naik turun jakun
kelelakiannya.
 
tak ada lagi ingatan tentang bapaknya yang
telah menghilang sebelum ia sempat
merekam lengkap rupanya dalam memori
 
-3-
dengan misteri tafsir riwayat dan
rasa zat ibu dalam sadar suratan
mimpinya terus bertualang ke ruang-
ruang yang gelap yang senyap
yang gegap yang berkilap.
 
2008
 
 
 
SALIB NASIB
 
dipanggulnya salib nasib di
pundak kesetiaan;
 
sadar dengan tetesan darah
kepercayaan tak berpaling haluan;
dibacanya segala wajah dicarinya
bahasa manusia yang sejati pada mata,
bibir, dahi, pipi, dalam beribu gerak dan warna
 
aura
 
memutih
memutih
 
dalam api
 
diri
 
2008
 
 
 
MENITI TANGGA
 
dicobanya kembali untuk menghitung-hitung
berapa anak tangga yang telah dititi;
 
ia ingat, waktu itu, sejak di bilangan anak tangga yang ke sekian
tak lagi menghitung anak tangga selanjutnya yang telah menanti
untuk dititi, sampai saat titiannya sampai di sini, kini;
“mungkin sudah sekian”, ia mencoba meraba-raba angka.
“ah, mungkin sudah lebih, atau malah kurang?”, perasaannya
dipermainkan oleh keraguannya sendiri;
“tak mungkin balik lagi hanya untuk mulai menghitung kembali”.
 
diredakan rasa penasarannya; “akh, untuk apa mesti mengingat-
ingat angka, kalau akhirnya semua anak tangga mesti dititi”.
 
ditolehnya anak tangga yang telah dititi;
dilihatnya jejaknya tinggal sendiri dalam sepi.
pandangnya jauh ke sana, ke sisa anak tangga yang
menanti untuk dititi, berselimut sepi.
 
“sepi dan sepi”, hatinya bicara sendiri.
 
ia pun sadar, perjalanan ini perjalanan kesepian
yang telah dimulai sejak awal meniti;
sepi dan sepi yang terus menjadi-jadi sampai di
akhir titiannya nanti, untuk menghuni ruang sepi yang
paling sepi..
 
2008
 
 
 
RUPA DAN KATA
 
dari putih rupa dan kataNya
mengalir madu rasa
 
2008
 
 
 
DALAM BAYANG POHON WAKTU
 
berjalan dalam bayang
pohon waktu
memanjang di
liku laku
 
meremang sajakku;
 
kucari di mana putih
hayatnya tersembunyi.
 
demi kesejatian ucap, meski
dengan mata berkaca-kaca merasakan
perihnya, sepenuh rasa kukuliti selaput
gelap sajakku; kusayat timbunan lemak kata-
katanya, kutetak jaringan liar hurufnya, agar
terbuka remang tafsirnya.
 
bacalah dalam tafsirmu
 
2008
 
 
 
BAHASA IMPIAN
 
dalam samar waktu
disisirnya kabut laku
 
ia dengar gema kidung
 
sekejap kau menubuh
luput dari jerat mata
ia lupa pada apa yang
mesti diucap
 
kelopak khayalnya rekah
seakan ia dalam bayang
putih tubuhmu
 
bayangmu dalam bahasa impian
disempurnakan dengan tanda baca
dirapalnya dengan gairah rasa.
 
2008
 
 
 
TUBUH SAJAK
 
ditatapnya dari segenap kiblat tubuh sajaknya sehabis
dirias dengan bermacam aksesoris diksi yang dibeli di
pasar bumi.
“ternyata modis juga tubuh sajakku”,
pujinya, sambil mengulum senyum;
“sedikit narsis juga aku”.
 
dengan tetap hati dilepas tubuh sajaknya ke
pentas-pentas untuk menari bersama
tubuh-tubuh sajak terkini.
 
“mana tubuh sajakku, tubuh sajakku?”
tiba-tiba ia melaung; asing dengan tubuh
sajaknya sendiri, yang terlena menari dengan
aksesoris diksi dan gerak nyaris tak beda
dengan tubuh sajak lainnya.
 
ada yang tak ada lagi dalam tubuh sajaknya,
 
-budi diri-
 
tubuh sajaknya kembali dirias dengan aksesoris
yang tak riuh diksi, yang dicipta dari daya
imajinasinya sendiri;
 
“tak apa, meski nampak naif dan tak lagi trendi”.
 
meruap bahagianya, tubuh sajaknya telah
kembali pada jiwanya sendiri;
 
tetap menari dalam
tarian rumi.
 
2008
 
 
 
SEIA SEKATA
 
serasa habis tidur beratus tahun dalam
mimpi panjang pepak dongeng purwa
ketika tiba-tiba ada yang membangunkan
kesadarannya.
 
“kenapa sampai di sini,
mesti di sini, dan kini;
 
ini negeri apa dan siapa penghuni
ini negeri?”
 
tak ada petanda, suaranya
memantul kembali
 
tetap sendiri dan senyap semata
 
seperti ada yang dicari ketika ada yang
diingatnya kembali; serasa pernah seia sekata, tapi
alpa dengan siapa, juga tentang waktu dan
tempatnya, selain dari putih rupa dan katanya
mengalir madu rasa.
 
entah memetik dari mana, angin menyelinapkan
suara suluk dan antawacana dalang, bunyi keprak dan
gamelan, pesinden nembang, ke dalam rongga
telinga menggema di barak raganya
 
tak kenal jeda.
 
di panggung mana drama
wayang itu dipentaskan?
 
ia jadi blingsatan, anak-anak wayang mewujud
bayangan hitam imaji dengan laku ucap yang
tak lagi bisa ditengarai; mana satria mana raksasa,
 
siapa bibit-kawit mereka?
 
dilihatnya tubuh sendiri, ia pun nanap;
“kenapa jadi legam begini?”
digalinya sumur ingatan, tak henti-henti,
mencari yang dulu pernah seia sekata, yang
berputih rupa dan kata, tak putus-putus melelehkan
madu rasa.
 
2008
 
 
 
TEKA-TEKI SILANG
 
ditatapnya petak-petak kosong tubuhnya,
“dari mana mengawalinya?”
dengan petunjuk angka dan arah ia mesti
mengisinya, menuliskan jawab dari sekian tanya.
 
ia masih mencari-cari di kelompok arah mendatar,
dipungutnya satu tanya, di tulisnya jawab dari paru ke
jantung, dari angka satu ke lima: udara.
dipungutnya lagi tanya, dicoba ditulisnya di petak-petak
kosong tubuhnya; berganti-ganti arah dan angka
abjad-abjad membentuk jejaring, berkelindan dalam
urat darah, saling membangun jawab, hingga lengkap dan
sempurna mengisi petak-petak kosong tubuhnya.
 
belum juga rahasiamu terbuka.
 
2008
 
 
 
MALAM KEHILANGAN JALAN
 
malam berselonjor di trotoar
kehilangan jalan, ke mana lagi
mesti menjemput bulan
 
seakan mati jam
 
kota semakin membara dalam
nyala api birahi
 
bulan pingsan di pematang yang
kehilangan kerlip kunang
sawah dalam genangan kesedihan
yang mengalir dari dada orang-
orang bertelanjang
 
ada yang menelikung
nasib-Nya.
 
malam berselonjor di trotoar
bulan pingsan di pematang
tak ada lagi kerlip kunang
sawah dalam genangan
kesedihan
 
berjuta orang telanjang
 
2008
 
 
 
L U M P U R
 
tanah air melebur
membubur melumpur
menggusur mengubur
 
kau basuh tangan
 
lumpur melulur kalbumu
dalam laku homo economicus
 
2009
http://sastra-indonesia.com/2009/07/puisi-puisi-dharmadi-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita