Selasa, 20 April 2021

PUASA, PUISI DAN RUANG BATIN

Aguk Irawan MN *
Kedaulatan Rakyat, 28 Mei 2017
 
"Agama dimulai dari momen puitik, Budha di bawah sebatang pohon di Bodh Gaya, Musa di puncak Sinai, Muhammad di Gua Hira. Karena itu, menulis puisi itu situasi terpuncak dalam momen penghayatan atau pengalaman bagi seorang yang beragama. Jadi tak cukup, hanya sepasang mata penyair saja yang jatuh cinta pada kertas, tapi juga jiwanya. Ya jiwa penyair harus jatuh cinta kepada Tuhan." Demikian ungkap penyair senior KH. D Zawawi Imron, ketika memberi tausyiyah budaya, dalam rangka menyongsong Ramadhan di gubuk baca Baitul Kilmah, 22 Mei 2017 malam, yang lalu.
 
Lebih dari itu, penyair Celurit Emas itu menambahkan: "Ketika kita sedang berpuasa, tidak saja ruang batin kita yang dipuisikan, tetapi lambung kita dipuisikan, nafas kita dipuisikan, mata kita dipuisikan, telinga kita dipuisikan, hidung kita dipuisikan, lidah dan kata-kata kita dipuisikan dan seterusnya. Sebagai situasi hening dan senyap yang dahsyat. Momen yang tak lazim dalam hari-hari kita. Puasa dan puisi memang menghadirkan seseorang mengalami sesuatu yang Maha Lain, yang numinous, sebagaimana digambarkan Rumi; memukau, tentang yang indah mempesona."
 
Tampaknya apa yang dikatakan Zawawi itu tidak berlebihan, William James, Sang Sosiolog-agama itu, pernah berpendapat: "Pengalaman religius seseorang, selalu saja dicoba abadikan dengan sesuatu yang kukuh –yang sebenarnya fantasi tentang yang kekal dan tak terjangkau, dan hanya kata-katalah (puisi) yang paling efektif menampung ketergenangan pangalaman batin itu." Maka berangkat dari sini, puisi seharusnya adalah jejak religius sang Penyair. Ia mempertegas sebuah subyek yang muncul sebagai si penghayat kehidupan. Puisi juga pengganti hal yang tak terjangkau oleh tangan, tak terpeluk oleh raga– seperti sebuah "hayalan" yang menggantikan Rupa yang jauh.
 
Puisi sendiri dalam beragam makna, diartikan sebagai rasa dan suasana batin yang tercipta dalam bentuk kata-kata. Penyair mengekstrak batinnya menjadi serat halus kata-kata, sehingga menurut Zawawi'; "Puisi yang ditulis penyair dengan sepenuh getar, dari kedalaman hatinya akan sampai kepada pembaca dengan getaran, dan kedalaman yang sama." Ketika Nabi bersabda: "Berpuasalah, niscaya kalian sehat." (HR. Ibnu as-Sunni dan Abu Nu’aim). As-Suyuthi menegaskan, terutama adalah sehat batiniyah. Mungkin di sinilah puasa menyerupai puisi, atau sebaliknya. Karena disana ada titik temu; suasana batin dan rasa, yang didalamnya ada karsa yang ditujukan khusus hanya untuk sang pencipta.
 
Namun sayangnya, tidak banyak penyair yang punya laku demikian. Untuk  itu, 14 abad yang lampau, Tuhan pernah berfirman: “Dan para penyair  diikuti oleh orang-orang yang sesat.” (Q.S. As-Syu'ara [26], 24-27). Bahkan dalam al-Qur’an sebutan penyair dinyatakan secara bersama-sama dengan sebutan penyihir. Al-Quran, menyebutkan kata penyair secara khusus dan sangat terang sebanyak 10 kali, dan dengan bentuk  derivasinya (sinonimnya) sekitar 60 kali dan secara istimewa, bahkan menyebut satu surahnya, dengan nama as-Syuaara (penyair) [26]. Tentu  ini punya maksud tersendiri.
 
At-Tahawani, Sang Mufassir ulung, dengan mengutip pendapat al- Baidhawi berpendapat, kenyataannya, terutama pada mereka yang sering disebut "penyair besar" itu, laku kehidupannya  sangat tidak puitis, bahkan cenderung glamor. Mereka mengumbar syahwatnya, cumbu rayu, menyebut lekuk tubuh perempuan secara erotis, janji dusta, dan bangga dengan sesuatu yang omong-kosong, juga hinaan kepada sesamanya. Kemudian ia menjelaskan Firman Allah selanjutnya: “Kecuali penyair-penyair yang beriman”, sebagai pengecualian penyair mukmin yang baik, sebagai  teladan untuk mengingat Allah, dan acuan kebudayaan-kemanusian.  Singkatnya, tentu penyair jenis ini adalah, mereka yang ahli puasa.
 
Syauqi Dlaif, dalam Tarikh al-Adab al-Arabi, menyebutkan, perbedaan yang mencolok pada penyair yang sejati dan penyair palsu terletak pada laku kehidupannya; Dalam arti lain, apakah mereka berpuasa atau berbuka sepanjang tahun. Untuk membuktikan perkataan Syauqi Dlaif ini  kita bisa menggeledah pada biografi penyair-penyair sufi, yang puisi-puisiya abadi dan jadi rujukan ummat manusia; antara lain Muizzi, Abu A’la Alma’ari,  Hathim At Thai, Abu Nuwas Al Hani, Abu Faraj al Asfahani, Syauqi Bey, Rumi, Hafiz, Attar, Al Hallaj, Rabiah al Adawiyah, Abu Yazid al- Bustami, dan masa-masa subur para p]enyair sufi Islam pada abad ke 10 -14. Mereka tentu, selain ahli ilmu, juga ahli puasa. Bahkan sebagain dari mereka diriwayatkan puasa sepanjang tahun.
 
Dahulu orang-orang "linuwih", para penghayat kehidupan, semisal empu dan para calon guru spiritual, dari agama apapun juga sudah terbiasa melakukan puasa, jauh hari sebelum adanya perintah puasa di bulan Ramdhan, karena itu redaksi dalam al-Quran; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS 2: 83). Ibnu Qutaibah berpendapat, sendainya ayat itu tidak pernah turun (wajib), orang seharusnya mewajibkan dirinya sendiri untuk berpuasa, agar mereka punya pengalaman puitik, saat berkomunikasi secara langsung dengan sang pencipta. Wallahu'alam Bishawab.
 
Yogyakarta,  25 Mei 2017

*) Penjaga Gubuk Baca Baitul Kilmah, Bantul. http://sastra-indonesia.com/2021/04/puasa-puisi-dan-ruang-batin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita