Selasa, 20 April 2021

BULAN PUASA

Taufiq Wr. Hidayat *
 
Bulan puasa adalah salah satu penanda waktu yang berharga bagi pemeluk agama Islam. Penanda waktu yang membangkitkan kenangan dan kesahduan. Orang mengingat bulan puasa setahun yang lalu, mungkin 7 tahun yang lalu. Atau mengenangkan bulan puasa puluhan tahun yang lalu, ketika masih kecil, dalam sebuah keluarga yang lengkap. Dan di bulan puasa kali ini, keluarga itu sudah tak lengkap lagi. Ada yang telah tiada, atau ada yang pergi jauh bersama nasib yang dibawanya entah ke mana. Dulu buka dan sahur bersama keluarga, lengkap. Sekarang ada yang berkurang, atau hanya sendirian. Anak-anak pergi ke perantauan, tak punya kesempatan pulang. Ada yang pergi dengan sejumlah persoalan yang tak terjelaskan, menjauh dan tak kembali lagi. Kenapa yang semula berkumpul itu harus terpisah atau tercerai-berai? Tak ada jawaban apa-apa, selain malam terlewati dengan kesendirian, atau kehilangan-kehilangan. Selain melewati malam bulan puasa, yang selalu diyakini penuh berkah dan ampunan yang disampaikan berulang-ulang seperti rekaman.
 
Ada yang termangu menunggu, entah menunggu apa. Kegelisahan. Dan sejenak berpikir di tengah kelesuan ekonomi; apa sesungguhnya yang ingin diraih sehingga segalanya harus dikorbankan, segalanya harus ditinggalkan, dan segalanya harus ditangisi? Apa yang diburu, apa yang ingin diraih, dan buat apa segalanya diburu dan diraih, jika harus menanggungkan penderitaan di dalam batin? Desah seseorang yang tergeletak di malam puasa dalam ketidaktahuan harus berbuat apa. Apakah semua orang muslimin bergembira menyambut bulan puasa dan berbahagia di dalam bulan yang penuh rahmat ini? Kemudian buat apa bulan puasa, jika derita lahir dan batin menyerang lantaran ingatan dan keinginan-keinginan yang tak terhindarkan? Atau kesulitan semakin memberat lantaran masalah kesejahteraan, keterhimpitan, dan kesusahan hidup.
 
Jika bulan puasa adalah bulan penuh rahmat-berkah dan ampunan, kenapa tak semua orang bergembira atasnya? Apakah mereka yang tak menemukan kegembiraan pada bulan puasa termasuk orang-orang yang tak beriman? Lalu apakah orang-orang yang bergembira atas datangnya bulan puasa sudah termasuk orang-orang beriman yang neraka diharamkan atas dirinya?
 
Tak ada yang menjamin. Tak ada yang memastikan, selain keimanan yang tak belaka kepatuhan-kepatuhan tiada guna. Nabi Muhammad tidak mengakui keimanan seseorang, jika ia kenyang sendiri. Beliau juga tak mengakui iman seseorang, kalau hidupnya hanya mementingkan dirinya sendiri. Kemudian atas alasan apa seseorang bergembira atas tibanya bulan puasa, jika kegembiraan itu hanya buat diri dan golongannya sendiri, kalau kegembiraan itu belaka ekstasi atau kepuasan religius perihal surga dan ampunan? Apa bukti bulan puasa adalah bulan penuh rahmat-berkah kalau kebahagiaan hanya berlaku bagi kalangan tertentu? Apa gunanya bulan puasa adalah bulan penuh ampunan jika di antara sesama manusia tak terjadi sikap saling memaafkan dan saling mengentaskan penderitaan, jika hanya kalangan kuat saja yang berhak atas segala kemudahan dan kesejahteraan?
 
Barangkali memang benar sabda Nabi Muhammad, bahwa bulan puasa menjadi bulan yang ampuh dan mulia jika iman seseorang semakin bertambah. Sedangkan iman yang beliau akui adalah keimanan yang dibuktikan dengan nyata pada sikap luhur kemanusiaan. Bahwa “tak beriman seseorang sebelum ia mencintai sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,” sabdanya. Jika bulan puasa adalah bulan penuh nikmat dan ampunan, yang nikmat dan ampunan Tuhan diturunkan secara lebih melimpah-limpah ke bumi pada bulan ini, maka apa saja nikmat itu, dan sepenting apa ampunan itu dibandingkan dengan kesulitan hidup? Buat apa nikmat diturunkan, tapi banyak orang lemah yang menderita? Buat apa ampunan, jika manusia yang mengaku beriman tetap saja menindas dan menipu buat kepentingannya sendiri? Apakah nikmat dan ampunan itu hanya dapat ditangkap atau diterima oleh yang kuat dan berkecukupan belaka? Bukankah nikmat-Nya itu tanpa pandang bulu? Maka sesungguhnya nikmat itu omong kosong, jika nikmat hanya berlaku bagi yang kuat dan melimpah belaka, atau hanya buat ekstasi dan kepuasan religius semata. Keimanan tak semakin bertambah, lantaran puasa hanya tradisi dan rutinitas. Sebab keimanan tak lulus menjalani ujian untuk berbagi dan menjaga dengan setulus-tulusnya orang-orang dekat dan sesama manusia dalam sikap sejati kemanusiaan. Itulah barangkali sebabnya, Nabi Muhammad menegaskan setegas-tegasnya, bahwa nikmat utama bulan puasa adalah turunnya al-Qur’an. Yang bermakna, bahwa Qur’an diturunkan buat manusia. Maka sejatinya nikmat itu adalah kesadaran kemanusiaan, kesadaran sebagai manusia yang memanusiakan sesamanya. Sehingga di situlah kasih-sayang yang tulus (rahmat-berkat) dan ampunan (pengertian dan pengayoman), terus menerus disadari dan ditumbuhkan dengan kekokohan, dengan komitmen yang kuat, yang dalam istilah keagamaan disebut iman.
 
Namun kecemasan menebar, menjadi wabah di dalam gelap perkotaan. Kedinginan. Kesunyian di dalam kerinduan, tak pernah menebak segala kemungkinan. Menjilat risau. Di pedalaman sunyi, mawar liar tumbuh di palung gelisah yang selalu bertanya.
Selamat berbuka puasa...
 
Gumuk Angin, Tembokrejo, 2021

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi. http://sastra-indonesia.com/2021/04/bulan-puasa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita