Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 23 April 2021
OBITUARI : Radhar Panca Dahana (26 Maret 1965 – 22 April 2021)
Sunlie Thomas Alexander *
KUKIRA yang paling kita kagumi dari Radhar Panca Dahana di luar pemikiran dan keterlibatannya dalam banyak bidang serta karya²nya dalam sastra dan teater adalah semangatnya untuk tetap survive sekaligus keikhlasannya menjalani hidup yang tak mudah.
Bayangkan saja, Anda gagal ginjal sejak 2001 dan sejak itu harus bertahan hidup dengan cuci darah secara rutin dua kali seminggu--kemudian meningkat jadi tiga kali seminggu. Itu pun belum lagi ditambah dengan hadirnya penyakit-penyakit lain akibat efek dari gagal ginjal itu.
Hidup yang demikian, bergantung pada jarum dan obat-obatan, berapa banyak dari kita yang sanggup?
Tapi Mas Radhar jalan terus, menenteng termos berisi batu es ke mana-mana selama puluhan tahun. Tetap optimis, meski tahu betul--seperti yang pernah ia katakan kepadaku dan sejumlah kawan dulu--bahwa ia seyogianya lebih akrab dengan malaikat maut ketimbang sekian banyak orang di dunia ini. Karena itu pula, kukira ia memang telah jauh lebih siap daripada kita untuk dijemput kapan pun.
Aku berkali-kali menyaksikannya kepayahan dalam berbagai kesempatan lalu segar lagi untuk beberapa waktu selepas cuci darah. Aku pernah menemaninya dua malam di rumah pelukis Nasirun, menggantikan Faisal Kamandobat yang biasa nemani ia setiapkali ia ke Jogja. Ya, kondisinya itu menuntut ia harus selalu ditemani seseorang apabila sang istri berhalangan untuk mendampinginya. Dan pada malam setelah pameran tunggal Nasirun bertajuk "Salam Bekti" di Sangkring Art Space kala itu, kondisinya kembali memburuk, ia ambruk di atas tempat tidur. Aku menjaganya sepanjang malam, mendengar ia mengerang-erang dan menyaksikan tubuh kecilnya yang pucat pasi itu berkelojotan di atas ranjang.
Aku telah menemani mendiang kakek dan ayahku pada saat² terakhir mereka, dan menemani Mas Radhar kala itu aku seolah kembali memperoleh pengalaman serupa sekaligus berbeda. Sebab, sekali lagi, seperti saban waktu dalam kondisinya, Mas Radhar (akan) mampu melawan lalu kembali pulih sesaat usai jalani cuci darah di Sardjito.
Ia seperti tak perlu dikuatirkan.
Karenanya tidak perlu heran jika dalam kondisi "sakratul maut"-nya sepanjang waktu itu, ia terus saja menulis, menerbitkan buku, menggelar pementasan teater, baca puisi, merancang acara-acara temu sastra, hadir sebagai pembicara dalam diskusi² dan talkshow televisi, ikut terlibat dalam panel Debat Cawapres, dan terus menyebarkan pemikiran²nya ke mana-mana lewat beragam format media---sebagaimana ia terus 'bandel' merokok, minum kopi, dan ngobrol panjang lebar dengan kawan-kawannya hingga dinihari.
Sesekali ia akan menelepon, atau mengirimkan sms dan pesan WA kepadaku: menanyakan nama orang² atau siapa kira² yang bisa dihubungi atau diajak bekerjasama untuk kegiatan tertentu, bertanya tentang komunitas tertentu, minta nomor kontak seseorang, atau bertanya bisa nggak aku mengerjakan satu hal kecil.
Agaknya aku berjumpa secara fisik dengan Mas Radhar terakhir kali adalah saat ia meluncurkan buku-bukunya di Jogja, 2015. Ada tiga buku, tapi aku cuma menyimpan satu: "Ekonomi Cukup: Kritik Budaya pada Kapitalisme". Ketika itu, anak lelakinya Cahaya, belum lama nyantri di Pondok Pesantren Al Munawwir, Panggung Krapyak. Namun sampai 20 Desember 2020, ia masih rutin mengirimiku link-link channel Youtube-nya via WA.
Ya, tubuh kecil ringkih itu ada batasnya. Sekuat apapun ia coba bertahan, setinggi apapun gairah hidupnya. Pukul 20.00 semalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), tempat ia menjalani cuci darah secara rutin selama bertahun-tahun, akhirnya ia lewat juga. Pada usia yang seharusnya masih tergolong muda: 56 tahun.
"Radhar," kata Chavchay Syaifullah seperti yang dikutip Tempo, "tak hirau meskipun kondisi kesehatannya terus memburuk. Ramadan ini saja, ia masih mengisi diskusi online meski dipasang selang oksigen. Dalam keadaan tersengal-sengal, masih semangat berbicara dengan anak-anak muda."
Berikut ini aku sertakan sebuah puisi Mas Radhar yang ditulisnya pada 1985 dan terhimpun dalam buku Lalu Waktu (1994): "Perjalanan".
inilah arti banyak dari satu kata laknat: saat.
inilah halte kehidupan, konstanta peradaban, partikel
sebuah perjalanan; semua tumbuh sendiri semua rusak
sendiri, untuk akhirnya mati. (dan saat mengalir di situ).
inilah arti banyak dari perjalanan yang tak mampu kita
hentikan. biang keladi semua yang tak terelakkan.
tak pernah aku percaya jika hanya Tuhan dan kematian
bisa meluputkan kita darinya.
tapi, inilah arti banyak jika hidup dan peradaban baru
dari sejarah yang terbelenggu, akan kita rapikan.
dengan segenap kemurnian, tanpa lagi campur tangan
raksasa perusak itu. dan cuma ini jawabku,
“kalahkan waktu!”
***
*) Sunlie Thomas Alexander memiliki nama lahir Tang Shunli, (lahir di Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung, 7 Juni 1977), sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal melalui karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepak bola, dan ulasan seni yang dipublikasikan di berbagai surat kabar serta jurnal yang terbit di Indonesia dan di luar negeri: Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Horison, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Poetika, Kedaulatan Rakyat, DetikSport, Jurnal Ruang, Gong, Lampung Post, Bangka Pos, Hai, Nova, Hakka Monthly, dll. Tahun 2016, menerima beasiswa residensi penulis di Taiwan dari Menteri Kebudayaan Republik China Taiwan, dan tahun 2018 menerima beasiswa residensi ke Belanda dari Komite Buku Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Syauqi Sumbawi
A.S. Dharta
Abdul Hadi WM
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Abubakar Batarfie
Abdurrahman Wahid
Achmad Faesol
Achmad S
Achmad Soeparno Yanto
Adin
Adrian Balu
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Sasongko
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Mustofa Bisri
Ahmad Tohari
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akhudiat
al-Kindi
Alex R. Nainggolan
Ali Ahsan Al Haris
Ali Audah
Ali Syariati
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Andhika Dinata
Andi Neneng Nur Fauziah
Andra Nur Oktaviani
Andrenaline Katarsis
Andy Riza Hidayat
Anindita S. Thayf
Anton Kurniawan
Anton Sudibyo
Aprinus Salam
Arafat Nur
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arthur Rimbaud
Asap Studio
Asarpin
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Balada
Bambang Riyanto
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernadette Aderi
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Butet Kartaredjasa
Cak Bono
Catatan
Cecil Mariani
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Charles Bukowski
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dahta Gautama
Daisy Priyanti
Damhuri Muhammad
Danarto
Dara Nuzzul Ramadhan
Dareen Tatour
Darju Prasetya
Darojat Gustian Syafaat
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Sartika
Dharmadi
Dhenok Kristianti
Dian Wahyu Kusuma
Dianing Widya Yudhistira
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djoko Subinarto
Doan Widhiandono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Dwi Cipta
Dwi Klik Santosa
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Enda Menzies
Erik Purnama Putra
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esti Nuryani Kasam
Evan Ys
Evi Idawati
F Aziz Manna
F. Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Fairuzul Mumtaz
Fajar Alayubi
Farah Noersativa
Faris Al Faisal
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrozak
Faza Bina Al-Alim
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Fian Firatmaja
Firman Wally
Fiyan Arjun
Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L)
Franz Kafka
Galih M. Rosyadi
Galuh Tulus Utama
Ganug Nugroho Adi
Garna Raditya
Gendut Riyanto
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gombloh
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gurindam
Gusti Eka
H.B. Jassin
Halim HD
Hamdy Salad
Hamka
Hari Sulastri
Hasan Aspahani
Hasan Gauk
Hasbi Zainuddin
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Helvy Tiana Rosa
Hermawan Mappiwali
Herry Lamongan
Hikmat Gumelar
HM. Nasruddin Anshoriy Ch
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Iksaka Banu
Ilham
Imam Muhayat
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Arlado
Imron Tohari
Indra Tjahyadi
Indrawati Jauharotun Nafisah
Indrian Koto
Inung As
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Ismi Wahid
Iva Titin Shovia
Iwan Fals
Iwan Kurniawan
Jakob Oetama
Janual Aidi
JJ. Kusni
Johan Fabricius
John H. McGlynn
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Sastra
K.H. A. Azis Masyhuri
Kadjie Mudzakir
Kahfie Nazaruddin
Kahlil Gibran
Kamajaya Al. Katuuk
Kamran Dikarma
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khatijah
Khoirul Inayah
Ki Dhalang Sulang
Ki Ompong Sudarsono
Kikin Kuswandi
Kodirun
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM)
Komunitas Teater Se-Lamongan
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Muhammad
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
L.K. Ara
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Larung Sastra
Latief S. Nugraha
lensasastra.id
Leo Tolstoy
Leon Agusta
Linda Christanty
Lutfi Mardiansyah
M. Aan Mansyur
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Lutfi
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marniati
Martin Aleida
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni Muserang
Mawar Kusuma
Max Arifin
Melani Budianta
Mihar Harahap
Mikael Johani
Miziansyah J.
Moch. Fathoni Arief
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Afifi
Mohammad Rafi Azzamy
Muhammad Hanif
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammadun AS
Muhidin M. Dahlan
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Myra Sidharta
Nadia Cahyani
Naim
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nessa Kartika
Ni Made Purnama Sari
Nikita Mirzani
Nirwan Ahmad Arsuka
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nurel Javissyarqi
Nurul Fahmy
Nurul Ilmi Elbana
Nyoman Tusthi Eddy
Ong Hok Ham
Orasi Budaya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Pay Jarot Sujarwo
PDS H.B. Jassin
Pendidikan
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringgo HR
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Pustaka Bergerak
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
Qismatun Nihayah
R Sutandya Yudha Khaidar
R Toto Sugiharto
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmat Sutandya Yudhanto
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Prambudhi Dikimara
Rambuana
Ramdhan Triyadi Bempah
Ratnani Latifah
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Ricarda Huch
Riezky Andhika Pradana
Riki Dhamparan Putra
Rizki Aprima Putra
Rokhim Sarkadek
Rony Agustinus
Royyan Julian
Rukardi
Rumah Budaya Pantura
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Ruth Indiah Rahayu
S Yoga
S. Arimba
S. Jai
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Sahaya Santayana
Sahli Hamid
Saini KM
Sajak
Salvator Yen Joenaidy
Samsul Anam
Sapardi Djoko Damono
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Selendang Sulaiman
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setyaningsih
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosial Media Sastra
Sosiawan Leak
Sovian Lawendatu
Sudarmoko
Sudirman
Sugeng Sulaksono
Sugito Ha Es
Sumani
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunaryata Soemarjo
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susie Evidia Y
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Syaiful Irba Tanpaka
T Agus Khaidir
T.A. Sakti
Tangguh Pitoyo
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Eska
Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen)
Teater Tawon
Tedy Kartyadi
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Tiya Hapitiawati
Tiyasa Jati Pramono
Toeti Heraty
TS Pinang
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vika Wisnu
W.S. Rendra
Wahyu Triono Ks
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Wayan Sunarta
Welly Kuswanto
Wilda Fizriyani
Willy Ana
Y Alpriyanti
Y.B. Mangunwijaya
Yanto le Honzo
Yasin Susilo
Yasir Amri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yudha Kristiawan
Yudhistira ANM Massardi
Yulhasni
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar