Sabtu, 24 April 2021

CINTA TAK ADA CONTOHNYA

A. Syauqi Sumbawi *
 
Puisi berjudul “Sajak Cinta” karya A. Mustofa Bisri (Gus Mus) pada buku antologi “Wekwekwek: Sajak-sajak Bumilangit” (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), diungkapkan sebagai berikut:
 
Sajak Cinta
 
cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya
cinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih bermakna
dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa
 
aku adalah ombak samuderamu
yang lari-datang bagimu
hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu
 
aku adalah wangi bungamu
luka berdarah-darah durimu
semilir sampai badai anginmu
 
aku adalah kicau burungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu
 
aku adalah titik-titik hurufmu
huruf-huruf katamu
kata-kata maknamu
 
aku adalah sinar silau panas
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu
 
aku adalah jasad ruhmu
fayakun kunmu
aku adalah a-k-u
k-a-u
mu
 
Rembang, 30.9.1995 (tipografi puisi di atas, center)
***
 
Secara teologis, cinta merupakan anugerah-Nya. Dia yang Maha Cinta dan cinta-Nya tidak pernah berhenti tercurah kepada seluruh makhluk-Nya, terutama manusia. Cinta Tuhan kepada manusia, dapat dipahami dari keberadaan manusia yang ditahbiskan sebagai khalifah fi al-ardl, yang sekaligus menunjukkan kedudukan manusia tidak dibeda-bedakan, satu dengan yang lainnya.
 
Hanya satu sebab yang menjadikan perbedaan di antara semua manusia di hadapan-Nya, yakni terkait usaha manusia dalam menjaga cinta-Nya. Dalam arti lain, ketakwaan manusia itulah yang menyebabkan perbedaan derajat manusia di sisi-Nya. Di sini, takwa tidak dapat dipisahkan dari cinta. Bahkan cinta merupakan dasar bagi ketakwaan manusia kepada-Nya. Karena itu, cinta kepada-Nya merupakan hal esensial dan menjadi dasar bagi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan di dunia. Dan hanya dengan dasar itu pula, seluruh aktivitas manusia bernilai ibadah.
 
Lebih jauh, cinta kepada-Nya dapat menjadi kekuatan dan energi dalam diri manusia yang mendorong dan mengarahkan manusia dalam kehidupannya secara positif, menundukkan semua bentuk cinta yang lain, serta menjadikan manusia dapat mencintai diri sendiri, sesama, dan seluruh makhluk-Nya. Hal ini disebabkan, seluruh wujud yang ada dalam kehidupan, tidak lain adalah manifestasi dari Tuhan yang membangkitkan kerinduan spiritual.
 
Perspektif teologi-tasawuf ini, agaknya menjadi konteks puisi di atas. Yakni, tentang cinta seorang hamba kepada Tuhan. Bukan cinta sepasang anak manusia. Karena itu,… cintaku kepadamu belum pernah ada contohnya/. Tak seperti… cinta romeo kepada juliet (,,,)/, yang memadu janji sehidup semati. Atau seperti cinta gila…  si majnun qais kepada laila/. Selain menggambarkan tragedi dan kegagalan sepasang pecinta untuk hidup bersama, keduanya pun hanya ada pada drama (Shakespeare) dan kisah fiksi (Nizami). Kedua kisah cinta yang mewakili Barat dan Timur tersebut,… belum apa-apa/, kendati banyak orang yang menganggapnya “besar”, serta menjadikannya sebagai referensi dalam lagu, puisi, dan cerita-cerita tentang cinta berikutnya.
 
Dalam cinta dan hubungan hamba dengan-Nya,… temu-pisah kita lebih bermakna/. Lebih dalam dan hikmat,… dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha/.  Begitu pula… rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa//. Dua kisah cinta anak manusia yang diungkapkan dalam kitab suci. Dua kisah cinta yang bertemu bahagia, usai melewati lika-liku perjalanan hidup yang menyepuhkan iman. Dua kisah cinta yang hadir dalam doa-doa pernikahan.
 
Akan tetapi, cinta hamba dan kepada-Nya, bukan cinta yang mungkin gagal atau bersatu. Lebih dari itu. Bahkan menjadi dasar kaitan yang menggerakkan hidup manusia. Cinta yang selalu ada. Karena… aku adalah ombak samuderamu/ yang lari-datang bagimu/ hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu//, yang mengungkapkan keberadaan manusia (aku) adalah penampakan-Nya. Seperti bayang-bayang yang terlihat di bumi (ombak) dan langit (hujan dan mendung).
 
Kemudian,… aku adalah wangi bungamu/, luka berdarah-darah durimu/ semilir sampai badai anginmu//, seperti menjelaskan keberadaan manusia yang selalu bisa merasakan kehadiran-Nya. Meskipun hadir dan tidak hadir merupakan kondisi yang lebih patut bagi manusia. Baik bersama sesuatu yang terasa menyenangkan (wangi bunga), sesuatu yang terasa menyakitkan (luka) dan peringatan hukuman, maupun sesuatu yang mempengaruhi kondisi hidup manusia—cobaan dan ujian—, mulai yang kecil (semilir) hingga yang besar (badai).
 
Kehidupan manusia tak lain adalah tanda-tanda keberadaan-Nya, diungkapkan yaitu… aku adalah kicau burungmu/ kabut puncak gunungmu/ tuah tenungmu//. Bukan sembarang tanda, melainkan tanda-tanda khusus (kicau burung) dari yang semua terdengar. Tanda-tanda (kabut) yang menyembunyikan puncak (gunung) rahasia-Nya. Tanda-tanda yang “nyata”, yang bisa dipahami, dan selalu menyambungkan manusia kepada-Nya.
 
Sementara hidup dan kehidupan manusia atau seseorang sebagai tanda-tanda untuk dibaca oleh sesamanya, dikemukakan… aku adalah titik-titik hurufmu/ huruf-huruf katamu/ kata-kata maknamu//. Ungkapan yang agaknya menyiratkan tentang kalam-Nya. Lebih lanjut dalam sebuah analogi sederhana, bahwa ketika kita menyaksikan di televisi ada seorang politikus nyinyir pada sebuah forum diskusi, sebenarnya itu adalah “petunjuk” agar kita menjauhi perilaku nyinyir itu.
 
Pada diri setiap orang terkandung “petunjuk” bagi orang lain. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kitab suci: laqad kaana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah—Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu—[QS. al-Ahzab: 21]. Entah, pada setiap diri kita. Entah, contoh baik atau contoh buruk.
 
Kehidupan manusia yang digambarkan tidak bisa lepas dari takdir-Nya, diungkapkan…  aku adalah sinar silau panas/ dan bayang-bayang hangat mentarimu/ bumi pasrah langitmu//. Tentang orang-orang yang mendapat (sinar) petunjuk , yang lalai dan (silau) tidak bisa melihat kenyataan, yang (panas) menjauh dan menghindar dari-Nya. Juga manusia yang ridla pada ketentuan-Nya serta berserah diri kepada-Nya.
 
Berikutnya,… aku adalah jasad ruhmu/, yang bergerak mengikuti… fayakun kunmu/. Pada hubungan yang lebih dekat antara hamba dengan-Nya, dijelaskan bahwa… aku adalah a-k-u/ k-a-u/ mu//. Di sini, (aku) lebur dalam fana. Hingga tidak ada lagi kedudukan antara hamba dengan Tuhan. Yang ada terkait hubungan tersebut, yang ma’nawiyyah yakni (mu), milik-Nya.
 
Dari semuanya, barangkali inilah sajak cinta itu. Tentang cinta yang belum pernah dan tak akan ada contohnya. Cinta yang sunyi, dimana pada setiap diri manusia, tersimpan benih.
***
 
rumahsemestahikmah, februari 2021
 
*) Ahmad Syauqi Sumbawi, sastrawan kelahiran Lamongan 28 April 1980. Menulis cerpen, puisi, novel, esai, kritik, dll. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa. Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi: Dian Sastro For President; End of Trilogy (Insist, 2005), Malam Sastra Surabaya; MALSASA 2005 (FSB, 2005), Absurditas Rindu (2006), Khianat Waktu (DKL, 2006), Laki-Laki Tanpa Nama (DKL, 2007), Gemuruh Ruh (2007), Kabar Debu (DKL, 2008), Tabir Hujan (DKL, 2010), Darah di Bumi Syuhada (2013), Pesan Damai di Hari Jumat (2019), Menenun Rinai Hujan (2019). Dan beberapa cerpennya dapat dibaca pada kumpulan: Sepasang Bekicot Muda (Buku Laela, 2006), Bukit Kalam (DKL, 2015), Di Bawah Naungan Cahaya (Kemenag RI, 2016). Sementara antologi tunggalnya: Tanpa Syahwat (Cerpen, 2006), Interlude di Remang Malam (Puisi, 2006), dan #2 (SastraNesia, Cerpen 2007). Novel-novelnya yang telah terbit: Dunia Kecil; Panggung & Omong Kosong (2007), Waktu; Di Pesisir Utara (2008), dan “9” (2020). Sedangkan bukunya dalam proses cetak ulang “#2,” dan Limapuluh (kumpulan puisi) segera hadir. Selain menulis, juga berkebun, dan mengelola Rumah Semesta Hikmah, dengan kajian dibidang sastra, agama dan budaya, di dusun Juwet, Doyomulyo, Kembangbahu, Lamongan. Blognya: http://syauqisumbawi.blogspot.com/

http://sastra-indonesia.com/2021/04/cinta-tak-ada-contohnya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita