Sastra pesisir bukanlah hal baru, jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, sudah tumbuh berkembang di pesisir-pesisir tanah air, mulai pesisir ujung barat Sumatra hingga ke ujung timur Nusantara, tumbuh-berkembang dengan varian budaya serta dialeg lokalitasnya.
Di pesisir utara pulau jawa, khususnya Lamongan-Gresik, sastra pesisir berkembang pesat diera Sunan Drajat (Raden Qosim), ini dibuktikan beberapa suluk dan mocopat yang diciptakan Sunan Drajat. Sebelumnya telah banyak suluk yang dikarang seniornya, yakni Sunan Bonang, yang ada sampai sekarang, tulisan-tulisan beliau terhimpun di buku Catatan Tangan Sunan Bonang. Tidak hanya berbentuk suluk maupun catatan, Sunan Drajat juga menggunakan gaya sastra tutur yang disampaikan dalam kesenian Kentrung, yang berisikan ajaran agama, sejarah lokal, cerita, dan babat lokal.
Di samping memahami perkembangan sastra pesisir diera lampau, kita seyogyanya menilik ke masa depan, kira-kira seperti apa keberadaan sastra pesisir di Lamongan dan Gresik. Agar dapat diperoleh gambaran masa depan susastra pesisirnya, harusnya dilihat upaya pegiat sastra pesisir sekarang, sejauh mana pelestarian dan pengembangannya kini, yang akan berdampak nantinya.
Saat ini cukup menggembirakan, beragam upaya terus dilakukan oleh pegiat sastra pesisir di Lamongan dan Gresik, tumbuhnya banyak komunitas, baik yang mandiri, kampus, sekolah & pesantren. Di antaranya Rumah Budaya Pantura, Sanggar Pasir, Teater Serulink, Teater Ilat, Teater Ndrinding, Teater Kipaz, Teater Eksis, Teater Lentera, Teater Metamorphosis, Teater Trubus,Teater Pager, KOTASEGER, Teater Akeq, Gresik Literasi, Teater Sangcek, Teater Gresik.
Dan bermacam acara bertajuk sastra pun digelar, di antaranya Larung Sastra di Rumah Budaya Pantura, Temu Karya Teater Serulink, Temu Penyair Pantura Teater Ilat, Padang Mbulan Teater Ndrinding, Forum Diskusi Sastra Sanggar Pasir, Panggung Kita Sanggar Pasir, Tadarus Merah Putih, Gresiknesia, Sambang Dulur.
Berangkat dari banyaknya pegiat sastra pesisir, komunitas maupun perorangan dengan variasi acara sastra, serta tradisi menulis yang intens, setidaknya bisa dipakai sebagai pijakan menilik keberadaan sastra pesisiran di masa nanti. Dan kita cukup berbesar hati kemungkinan di masa depan sastra pesisir bisa tumbuh berkembang lebih, tetapi juga harus tetap berupaya, agar tak surut dalam melestarikannya, guna harapan terbaik sastra pesisir semakin gemilang gemilang.
28 Agustus 2020
Sepanjang jalan pesisir Lamongan-Tayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar