Selasa, 14 Juli 2020

Dicari! Guru Sejati!

Tangguh Pitoyo *

Guru, belakangan sebagai profesi yang sering mendapat sorotan dari masyarakat. Ada karena gajinya naik dua kali lipat akibat tunjangan profesional yang diraihnya. Ada menyorot sebab kinerjanya kurang bagus, moralitasnya merosot, dan lainnya. Pokoknya guru sedang naik daun saat kini. Guru, merupakan profesi terlama di dunia ini. Disadari atau tidak, ketika manusia diturunkan ke bumi menjadi khalifah, sebenarnya esensinya jadi guru. Pemimpin dalam tanda petik ini guru. Mengapa? Karena, pemimpin yang baik pada dasarnya teladan yang baik, dan guru yang baik itulah teladan yang baik.

Negara kita mengalami krisis kepemimpinan dalam arti yang betul-betul jadi teladan bagi yang dipimpinnya. Hampir pada setiap lapisan elemen di negeri ini, ada penyimpangan. Bukan hanya guru, semua pemimpin secara hukum positif yang ada di Negara Indonesia, semuanya pernah ada yang mewakilinya mendekam di jeruji besi. Ini gambaran betapa jeleknya moralitas bangsa kita, hingga pada kebingungan mencari pemimpin dan figur yang bisa diandalkan sebagai teladan. Terlebih belakangan, adanya kasus pertikaian antara KPK, Polri dan kejaksaan. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, tidak lepas dari isu ’ketidakbersihan.’ Semakin nyata krisis kepemimpinan di negeri ini.

Siapakah sebenarnya guru bangsa ini? Ketika seorang berada pada komunitasnya bekerja dengan baik dan jadi teladan di dalamnya, sebenarnya dia telah menjadi guru yang sebenarnya. Ketika pak lurah dengan santun, telaten, sabar penuh pengertian melayani rakyatnya yang membutuhkan, disadari atau tidak, sudah menciptakan dirinya menjadi guru yang baik bagi masyarakatnya. Bukan hanya itu, semua orang yang berinteraksi denganya telah berguru padanya pula, karena interaksi akan membekas kepada orang yang melakukannya.

Tukang bangunan yang berakhlak mulia, kerjanya bagus, jujur, sebenarnya dia menjadi pemimpin dan teladan bagi yang pernah berinteraksi dengannya termasuk majikannya. Tak peduli sesama teman, orang yang meminta tolong kepadanya atau siapapun yang pernah berinteraksi dengannya. Demikian juga tukang gali sumur, ketika kerjakan pesanan sumur sesuai standar, tidak menipu dan berperilaku baik, sebenarnya telah jadi guru dan pemimpin bagi orang lain tanpa disadari olehnya. Maka, ketika semua orang bekerja baik, punya moralitas baik, dan tinggi dedikasinya terhadap pekerjaan yang ditekuni, dialah guru yang baik. Kita sering menukil pendapat orang Barat, tentang suatu kebaikan, termasuk di majalah Dinamika sendiri, sebenarnya itu sama juga kita berguru kepada mereka.

Sekarang pertanyaannya, sudahkan kita kehilangan figur pemimpin? Ternyata tidak. Para pemimpin, pejabat, pekerja, pun apa saja profesinya, masih banyak yang bisa dijadikan teladan dalam hidupnya. Hanya orang yang baik, jarang nampak di permukaan, karena cenderung low profil, tak mau perlihatkan kebaikan yang dimilikinya. Lain dengan yang ingin dianggab baik, mereka selalu menampakkan kebaikannya walau itu sangat sedikit, jika dibandingkan keburukan dan kejahatan yang dilakukan. Inilah cara sederhana paling gampang, untuk membedakan orang yang baik dengan yang tidak baik. Kalau orang cenderung menonjolkan apa yang sudah dilakukan dan dianggap kebaikannya, sebenarnya dia hanya bisa berbuat itu saja untuk kebaikan, atau belum banyak berbuat kebaikan, tapi justru sebaliknya, lebih sering berbuat jahat.

Bagaimana guru yang baik? Di Undang-undang Pendidikan, sudah jelas indikatornya. Guru yang baik punya kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kemampuan pedagogiknya bisa dipertanggungjawabkan; mampu mendidik, mengajar para siswanya di sekolah dengan baik. Bisa mencipta pembelajaran yang inovatif, kreartif dan menyenangkan bagi siswa. Kalau sudah bisa berbuat itu, berarti secara pedagogik telah bisa dikatakan guru yang bisa ditiru.

Kompetensi sosial ialah yang berguna bagi masyarakat sekitar, bukan hanya di sekolah dan di dunia pendidikan, lebih luas jadi ‘aktifis’ dalam masyarakat. Harus aktif dalam kegiatan sosial dimana berada. Jangan sampai ada guru yang hanya tidur di hari minggu. Maka, harus jadi teladan dan panutan di masyarakat.

Kompetensi kepribadian. Guru yang baik jelas terang kepribadianya, bisa dipertanggungjawabkan pada masyarakat sekitar. Punya kepribadian luhur, dengan ukuran norma yang ada di masyarakat, serta agama yang dianutnya. Ketika tidak banyak melanggar norma sosial pun hukum dan ajaran agama yang dianut, sebenarnya guru tersebut telah meraih jenjang berkepribadian mulia.

Dan kompetensi profesional. Dalam hal ini guru harus kembangkan  profesinya. Menulis seperti ini, sarana mengasah profesionalitas guru. Di sinilah, tujuan cukup berat dirasakan guru. Profesi apapun ditandai pertanggungjawaban terhadap profesinya. Sebagai pengemban ilmu, menulis ialah sebuah tuntutan bagi guru, sehingga ketika ada guru melakukan plagiat dibidang tulis-menulis, apalagi dia menerima pesanan tulisan, makalah, laporan PTK, dan penelitian lain, sebenarnya itu kejahatan terberat dilakukan guru sebagai ilmuwan. Dan kesalahan yang satu itu, tidak patut dimaafkan.

Maka, marilah para guru instropeksi diri; pernahkan kita melakoni kejahatan akademis tersebut. Kalau sudah melakukan, segeralah taubat dan kembali ke jalan benar. Termasuk para pelaku yang menerima pesanan para guru. Dosamu gedhe Pol.

Di sini jelas, bagaimana guru harus berbuat, berpikir dan berperilaku dalam lingkungan sosial dia berada. Kalau keempat hal tadi sudah dilaksanakan penuh tanggungjawab; maka, siapakah guru sejati bangsa ini? Siapakah pemimpin sejati? Siapakah tauladan sejati? Semua bisa dijawab secara jelas, gurulah jawabannya. Kalau semua tadi terjawab dengan baik, cemoohan terhadap profesi guru, tidak bakal terjadi. Dan guru pemimpin sejati; dialah yang menciptakan pemimpin bangsa ini sampai presiden sekalipun. Namun sebaliknya, ketika seluruh elemen bangsa ini bobrok, guru ikut menyumbang andil untuk itu. Maka semoga tidak demikian yang terakhir ini. Jayalah Guru. Majulah bangsaku.

*) Drs. Tangguh Pitoyo, S.Pd, M.Pd., Pengawas Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Dinamika PGRI Ponorogo.
http://sastra-indonesia.com/2013/12/dicari-guru-sejati/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita