Jumat, 23 Juli 2021

POKOK PERSOALAN APRESIASI SASTRA (2)

Djoko Saryono *
 
Kita tahu, sastra menjadi pokok persoalan (subject matter) berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan sastra. Bahkan bersangkutan juga dengan kegiatan di luar sastra. Disiplin ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan keagamaan sering menjadikan sastra sebagai pokok persoalan. Sebagai contoh, ketika hendak melihat perubahan-perubahan yang terdapat dalam pribadi-pribadi masyarakat Jawa, Niels Mulder menganalisis beberapa novel Indonesia yang kuat warna kejawaannya. Hal ini dapat disimak dalam bukunya Pribadi dan Masyarakat di Jawa terbitan penerbit Sinar Harapan. Sementara itu, kritik sastra, penelitian sastra, sosiologi sastra, psikologi sastra, dan lain-lain yang bersangkutan dengan sastra juga menjadikan sastra sebagai pokok persoalan. Demikian juga apresiasi sastra menjadikan sastra sebagai pokok persoalan.
 
Meskipun disiplin-disiplin atau bidang-bidang tersebut sama-sama menjadikan sastra sebagai pokok persoalan, apakah masing-masing tidak berbeda dalam memperlakukan keberadaan sastra? Ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan ilmu keagamaan (sosiologi agama, misalnya) pada umumnya memperlakukan sastra sebagai artefak, bahkan mentifact; sebagai segugusan fakta mental yang membentuk suatu mozaik utuh. Ilmu sejarah memperlakukan sastra sebagai segugusan fakta sejarah atau mengandung gugusan fakta sejarah. Babad Tanah Jawi, Kalatidha (Ranggawarsita), dan Max Havelaar (Multatuli) diperlakukan sebagai fakta sejarah. Sosiologi memperlakukan sastra sebagai gugusan-gugusan fakta sosial atau mengandung gugusan fakta sosial. Tretarologi Bumi Manusia (Pramudya Ananta Toer), Ronggeng Dukuh Paruk (Ahmad Tohari), Gema di Ufuk Timur (Putu Praba Darana) dan Anak Tanah Air (Ajip Rosidi) dianalisis fakta-fakta sosial yang terdapat di dalamnya. Antropologi memperlakukan sastra sebagai gugusan fakta budaya atau mengandung gugusan faktual budaya atau minimal konstruksi budaya. Bako (Darman Munir), Celurit Emas (Zawawi Imron), Canting (Arswendo Atmowiloto), dan Pulung Gantung (Iman Budi Santoso) dianalisis nilai-nilai dan tradisi budaya yang terdapat di dalamnya dan nilai-nilai dan tradisi itu diperlakukan mirip atau indentik dengan nilai-nilai dalam kehidupan empiris. Ilmu keagamaan memperlakukan sastra sebagai mengandung gugusan fakta keagamaan. Sering sekali Langit Makin Mendung (Ki Panji Kusmin), Serat Wirid Hidayat Jati (Ranggawarsita), dan Perjalanan ke Akherat (Djamil Suherman) diperlakukan sebagai mengandung fakta-fakta keagamaan.
 
Kritik sastra, penelitian sastra, sosiologi sastra, psikologi sastra, dan lain-lain pada umumnya juga memberlakukan sastra sebagai artefak. Kritik sastra sering memperlakukan karya sastra sebagai barang mati yang perlu dibedah dan disayat-sayat, terdiri atas struktur formal yang bisa dihakimi, dan sebagai objek yang harus dihalangi oleh jarak. Demikian juga penelitian sastra. Sementara itu, sosiologi sastra memperlakukan sastra sebagai mengandung fakta-fakta sosial atau merupakan fakta sosial itu sendiri. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala dianalisis tokoh ronggeng Srintilnya sebagai tokoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Psikologi sastra memperlakukan sastra sebagai mengandung fakta-fakta psikologis yang bertautan dengan pengarang dan pembaca sehingga dianalisis dengan pelbagai teori psikologi, misalnya psikologi analitis Jung, psikoanalisis Freud, psikologi Gestalt, dan psikologi dalam lainnya. Perilaku tokoh-tokoh dalam novel Telegram dan Stasiun (Putu Wijaya), Raumanen (Marriane Kattopo), dan Rafilus (Budi Darma), misalnya, dianalisis dengan pelbagai teori psikologi. Hasilnya sudah tentu sejumlah deskripsi psikologi tokoh-tokoh dalam novel-novel tersebut.
 
Bagaimanakah apresiasi sastra memperlakukan sastra yang menjadi pokok persoalannya? Samakah perlakuan apresiasi sastra terhadap sastra dengan berbagai disiplin dan kegiatan keilmuan tersebut di atas? Berbeda dengan disiplin dan kegiatan keilmuan tersebut di atas, apresiasi sastra memperlakukan sastra sebagai universe, sebuah world of discourse; sebuah dunia-kewacanaan dan/atau dunia imajinatif yang memiliki kehidupan tersendiri, bukan artefak, barang mati yang siap disayat-sayat lapis-lapisnya. Sejalan dengan dalil kenyataan eksistensial bahwa ada-sebagai-manusia selalu merupakan ada-bersama (rumusan Heidegger: Mensch-Sein ist Mit-Sein) sehingga dunia-manusia harus dipahami sebagai dunia-bersama, maka dunia kewacanaan (sastra) dapat juga dipahami sebagai dunia-bersama.
 
Dalam pemahaman seperti tersebut dunia kewacanaan atau dunia imajinatif kebahasaan (sastra) sesungguhnya merupakan presensi dan representasi dunia manusia; merupakan penjabaran dan manifestasi dunia ma-nusia juga. Ketika kita berhadapan dengan dunia kewacanaan Madame Bovary (Flaurbert) dan Laskar Pelangi (Andre Hirata) sesungguhnya kita sedang berhadapan dengan dunia-manusia (yang subjektif); ketika berhadapan dengan dunia kewacanaan Gulaq (Tolstoy) Cambodian Odessey atau Neraka Kamboja (Haing S. Ngor dan Roger Warner) sesungguhnya kita sedang berhadapan dengan dunia-manusia (yang bukan empiris dan kasat mata).
 
Dunia kewacanaan sebagai dunia-manusia memiliki kehidupan tersendiri (yang berbeda dengan dunia-manusia secara objektif dan empirik). Ia mempunyai kemampuan dan daya untuk merengkuh, memikat, merangsang, menyeret, dan mengajak manusia masuk ke dalamnya, bertamasya ke dalamnya kehidupannya. Ia mampu menjadi tempat terselenggaranya percakapan-percakapan manusia dengan citra-dirinya (self-image). Bahkan ia selalu menyediakan dirinya untuk berdialog dengan manusia sehingga manusia bisa menghayati subjektivitasnya.
 
Dunia-kewacanaan Doktor Zhivago (Boris Pasternak), misalnya, mempunyai kehidupan tersendiri yang mampu dan berdaya merangkul, merengkuh, memikat, menyeret, dan mengajak manusia ke dalamnya, bertamasya menuruni lurah dan mendaki bukit yang terdapat di dalamnya sehingga manusia yang bersangkutan memperoleh sesuatu yang penuh makna (meaningfull) dalam kehidupan empirik sehari-harinya. Bahkan dunia-kewacanaan Doktor Zhivago itu bisa menjadi tempat terselenggaranya percakapan manusia-pembacanya (misalnya, Laila Kinanti) dengan citra-dirinya (baca: citra diri Laila Kinanti).
 
Sastra sebagai universe, dunia-kewacanaan, yang mampu dan berdaya merangkul, merengkuh, memikat, menyeret, dan mengajak manusia-pembacanya masuk ke dalamnya itulah yang menjadi pokok persoalan apresiasi sastra. Dalam hubungan ini “segala hal” di dalam sastra (struktur, tekstur, estetika, nilai-nilai, bahasa, dan sebagainya) yang bisa menggugah, merangkul, merengkuh, memikat, menyeret, dan mengajak manusia-pembacanya menjadi pokok persoalan apresiasi sastra. Dengan demikian, “segala hal” di dalam sastra yang tidak mampu dan berdaya sebagai tersebut tidak menjadi pokok persoalan sastra;mungkin menjadi pokok persoalan kritik sastra. Dikatakan demikian sebab dalam kritik sastra dan penelitian sastra tidak diperlukan adanya dan terjadinya dialog atau percakapan menjadi prasyarat berlangsungnya proses apresiasi sastra. Tanpa dialog atau percakapan mustahil proses apresiasi sastra dapat berlangsung dengan baik.
 
Bersambung ....

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/07/pokok-persoalan-apresiasi-sastra-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita