Kamis, 15 Juli 2021

Mencari Rumah Sastra Indonesia Di Bangka Belitung

Rakhmat Giryadi
surabayapost.co.id
 
Jika ke huma membawa pepah
Pepah bertiti berpagar duri.
Alamnya indah rakyatnya ramah
Inilah Negeri Laskar Pelangi
 
PANTUN di atas diucapkan Gubernur Bangka Belitung H Eko Maulana Ali pada awal sambutan. Sontak ruang Mahligai Serumpun Sebalai riuh rendah oleh tepuk tangan hadirin, para sastrawan seluruh Indonesia.
 
Sang gubernur pun melanjutkan pantunnya, “Andai tumbuh bunga di laman, Semat pinang mari menari. Wahai tuan para sastrawan, Selamat datang di negeri kami.” Pantun ini juga disambut tepuk tangan.
 
Ruang Mahligai Serumpun Sebalai merupakan bagian dari Gedung Badan Pendidikan dan Latihan (Diklat) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Air Itam. Letaknya di Jl Pulau Mendanau, sekitar 1 km dari Kota Pangkalpinang. Di tempat itulah, “Temu Sastrawan Indonesia II 2009” dibuka Kamis (30/7 malam dan berakhir Minggu (2/8) besok.
 
“Di tangan para sastrawan perkembangan peradaban bangsa dapat ditentukan. Sastrawan punya tanggungjawab besar untuk membantu proses pembangunan bangsa,” tutur Gubernur Eko Maulana Ali dalam kesempatan ramah tamah.
 
Malam itu, Gubernur Eko Maulana Ali menyambut para sastrawan dengan kekhasannya sebagai orang Melayu. Gubernur menyatakan, kehadiran sastrawan di Babel akan menjadi agent of change yang berperan membangun Bumi Serumpun Sebalai, Negeri Laskar Pelangi.
 
Selain musik gambus berirama Melayu, duet pantun Saad Toyid dan Karyo Kurawa menghibur para sastrawan. Keduanya dikenal duet pemantun yang sudah cukup dikenal di ranah Melayu. Kedua pemantun ini sempat meraih prestasi pemantun terbaik se-Asia Tenggara. Kehebatannya dalam berpantun ditunjukkan saat berbalas pantun dengan cerpenis Hamsad Rangkuti. Hamsad pun “knock out” di tengah jalan, karena kehabisan kata-kata untuk merangkai pantun.
 
Tidak kalah menariknya pembacaan puisi bahasa daerah Bangka oleh Wahar Saxsono. Meski sulit dicerna, pembacaan Wahar mendapat sambutan dari para sastrawan, karena penampilannya yang ekspresif.
 
Inilah yang kemudian dikatakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Babel, Yan Megawandi, bahwa sastra lokal mempunyai andil besar dalam perkembangan sastra kontemporer Indonesia. Eksistensi sastra lokal, kata Yan Megawandi, harus dipertahankan sebagai bagian dari khazanah dan peta sastra Indonesia kini.
 
Usai perang pantun dan sambutan dari Yan Megawandi, para sastrawan disuguhi makanan khas Bangka. Kemplang (kerupuk), pantiaw, model, empek-empek, panekuk, otak-otak, dan tekwan yang disajikan secara prasmanan, ludes dilahap undangan.
 
Sebenarnya, nuansa Melayu sudah ditawarkan sejak menyambut sastrawan datang di Bandara Pangkalpinang, Depati Amir. Dengan pakaian adat khas Bangka Belitung, penjemput membentangkan karton bertuliskan “Temu Sastrawan Indonesia 2.” Di lobi penjemputan bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II dan baru dibuka tahun 2007 lalu itu, dipasang bener bertuliskan Visit Bangka Belitung Archiphelago 2010.
 
Meski hanya memiliki satu trak, bandara Depati Amir tergolong sibuk. Dalam sehari, terdapat sepuluh kedatangan pesawat dari Jakarta. Sriwijaya air saja misalnya, Jakarta-Pangkalpinang pulang pergi mempunyai jadwal 4 kali penerbangan. Sementara maskapai yang lain, rata-rata mempunyai jadwal penerbangan 2 kali dalam sehari.
 
Sementara itu di hari tertentu dua maskapai lain datang dan pergi dari Palembang-Pangkalpinang. Inilah yang unik, mereka yang datang dari Riau, Lampung, Padang, yang datang dengan pesawat terbang, terpaksa harus lewat Jakarta baru terbang kembali ke Babel. “Kalau lewat laut, bisa sampai 8 jam perjalanan,” cerita Tarmizi sastrawan Batam, Kepulauan Riau.
 
Temu Sastrawan Indonesia II diawali hari Jumat (31/7), membahas tiga tema besar. Antara lain “Merumuskan Kembali Sastra Indonesia: Definisi, Sejarah, Identitas”, “Kritik Sastra Indonesia Pascakolonial”, dan “Membaca Teks dan Gerakan Sastra Mutakhir: Mencari Subjek Pascakolonial”.
 
Dalam diskusi hari pertama kemarin, memang tidak terusmuskan kembali sastra Indonesia baik dalam definisi, sejarah, maupun identitasnya. Dalam kesempatan itu muncul pertanyaan sekaligus gugatan terhadap kanonisasi sastra yang dihembuskan oleh kelompok tertentu.
 
Kanonisasi sastra merupakan bentuk “koloni” baru bagi sastra Indonesia. Menurut Saut Situmorang, kanonisasi sastra Indonesia memiliki agenda politik terselubung, yaitu eklusivitas sastra. “Politik ini menaifkan karya yang berada di luar kanon,” kata Saut.
 
Agus R. Sarjono juga ragu-ragu merumuskan sastra Indonesia pascakolonial seperti apa. Persoalannya pembacaan sastra pascakolonial begitu rumit. Para ahli pun, menurut Agus, banyak berbeda pendapat mengenai istilah pasca, kolonial, dan pascakolonial.
 
Agus malah menggambarkan sastra Indonesia didominasi gambaran rumah yang hilang, retak, hancur, atau tak tergapai. Artinya, kata Agus, selepas kolonialisme para sastrawan Indonesia sebagaian besar tak berumah.
 
Kajian atas lahirnya bangsa sebagaimana direpresentasikan dalam novel Keluarga Gerilya (Paramudya Ananta Toer) dan Jalan Tak Ada Ujung (Mochtar Lubis), menurut Agus, berakhir pada kesimpulan bahwa Indonesia adalah sebuah negeri tanpa rumah.
 
Keragu-raguan Agus berakhir pada harapan, “Selepas pertemuan ini, ada baiknya para akademisi mulai bersungguh-sungguh mengkaji masalah ini agar kita mendapat gambaran memadai atas status pascakolonial sastra kita.”
***

http://sastra-indonesia.com/2009/10/mencari-rumah-sastra-indonesia-di-bangka-belitung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita