Senin, 21 Juni 2021

Sastra dan Pabrik Pembatalan Aku

Afrizal Malna *
Media Indonesia, 6 Jan 2013
 
DI Berlin, seorang anak muda membuat pembayangan sebuah bangsa melalui restoran. Ia menawarkan daftar menu masakan Maroko. “Usia saya 20 tahun,” katanya. “Saya lahir di Berlin.” Ia hidup di dua dinding. Dinding latar identitasnya justru tidak berada bersamanya, tapi terus direproduksi melalui keluarga. Latar yang telah menjadi pabrik pembatalan aku dari konteksnya, reproduksi identitas yang berlangsung secara mekanis.
 
Identitas hanya bermakna melalui pembatalan latar dan munculnya negosiasi baru dalam 'demokratisasi aku'. Aku tidak lagi didefinisikan dari latar, tapi dari konteks aku-aku lain di sekitarnya. Pascareformasi 1998, berlangsung kolaborasi baru antara pergeseran pasar dan otonomi politik di Indonesia. Hubungan sastra dengan reproduksi media berlangsung kian linear. Media printing dan internet memungkinkan seseorang menerbitkan karya sastra dalam edisi terbatas maupun digital, tanpa kurasi. Pengantar buku bukan catatan kuratorial atas karya itu, melainkan seremoni media saja. Pasar menempatkan karya sastra sebagai komoditas dengan label best seller, new arrival. Lepas dari pembacaan publik maupun kritik. Tenggelam sebagai sampah kegenitan intelektual.
 
Linearitas itu mengonstruksi ruang sastra hanya sebagai dua dimensi seperti ruang dalam foto; objek dan latar. Objek berusaha mendapatkan riwayatnya melalui latar. Seolah-olah latar mampu membuat bayangan baru terhadap objek, padahal tidak. Ia dicetak dan berlalu. Latar yang mengeksternalkan objek berada dalam representasi mimesis, lalu mengesternalkan ruang-waktu. Identitas bentuk (estetika) menjadi syarat reproduksi ruang (sastra).
 
TV dan media cetak ikut bergantung pada selebritas media. Menggunakan sub-sub kultur urban (fesyen, arsitektur, musik pop) sebagai kendaraan utama. Demokrasi nilai yang pernah dibawa posmodernisme dan menempatkan sub-sub kultur urban sejajar dengan dunia seni, kian kehilangan pembacaannya. Sub-sub kultur urban hanya halaman luar dari kapitalisme. Halaman dalam kapitalisme adalah pengontrolan seluruh gerak kehidupan melalui mesin ATM, kartu kredit, telepon seluler, internet. Maka, arus eksternalisasi kebudayaan menjadi kian dominan dalam mereproduksi aku-eksternal. Ikut menyeret kebergantungan sastra pada latar, dan pembacaan aku dibiarkan berhenti dalam status kebangsaan dan agama. Sastra kehilangan pertanyaan untuk dirinya sendiri. Ia diterima sebagai produk. Era keterbukaan membuat sastra menyerbu narasi-narasi sejarah yang digelapkan Orde Baru. Narasi-narasi itu telah menjadi bagian dari 'pembesaran sejarah'. Sifat konsumtif terhadapnya, terutama peristiwa pembantaian komunis 1965, dan lembaga pembesaran sejarah yang tertanam dalam memori kolektif, ikut membawa hubungan sastra dan sejarah secara linear antara aku dan latar. Ia seperti bisa masuk ke narasi yang pernah digelapkan, tapi sebenarnya hanya membolak-balik balon yang sama dalam mesin mimesis pembesaran sejarah. Sastra yang seharusnya bisa melawan arus, justru menjadi bagian dari eksternalisasi kebudayaan. Ketika sastra kehilangan pertanyaan untuk dirinya sendiri, ia hanya hidup sebagai media representasi latar. Bentuk sebagai identitasnya, bahasa sebagai geraknya. Posisinya bahkan lebih rendah daripada bahasa. Sebab, bahasa tidak bekerja di tingkat representasi latar.
 
Proses kurasi pernah berlangsung melalui ideologi lembaga-lembaga sastra seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, maupun Lekra. Masih berlangsung setelah berdirinya Pusat Kesenian Jakarta (Taman Ismail Marzuki, 1968) yang dilakukan Dewan Kesenian Jakarta. Koong karya Iwan Simatupang, Telegram (Putu Wijaya), Dukamu Abadi (Sapardi Djoko Damono), Godlob (Danarto), atau Amuk (Sutardji Calzoum Bachri) merupakan hasil kurasi dari sayembara sastra yang mereka gelar. Setelah itu, sastra kian kehilangan pertanyaan terhadap dirinya sendiri, dan latar menjadi lebih penting.
 
Forum Penyair Internasional Indonesia 2012 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sastra kita. Berlangsung hampir sepanjang April di Magelang, Pekalongan, Malang, dan Surabaya. Hadir dengan tema Apa itu puisi di tengah agresi pasar yang menjadikan semua ruang penciptaan sebagai komoditas?, Martin Glaz Serup (Denmark) menjadikan puisinya sebagai ladang pembatalan identitas. Aku dipersonifikasi bukan lagi sebagai seseorang, melainkan ladang yang bergerak. Puisi Gracia Asri melepaskan diri dari latar waktu dan ruang, hingga narasi puisinya bergerak dalam tirai daripada dalam bingkai pemaknaan. Puisi Mikael Johani, Ratri Ninditya, Stephanie Mamonto dengan lantai yang terus bergerak, pecah. Michael Augustin (Jerman) melihat puisi sebagai objek. Ulrike Draesner (Jerman) yang menggugurkan 'aku-internal', seperti menguret janin dari rahim. Pengguguran aku-internal dari tekanan aku-eksternal untuk menemukan kosmologi 'yang di sini', bukan 'yang di sana'.
 
Di tengah pabrik pembatalan aku melalui eksternalisasi kebudayaan, puisi masih menawarkan dramaturgi untuk terus melakukan demokratisasi aku. Aku yang menarik diri ke ruang personal atau ruang maya seperti dilakukan Puitri Hesti Ningsih, Vivi Adriani, Sartika Dian Nuraini. Kehadiran karya-karya mereka yang tidak mengisi media utama kesusastraan Indonesia masih memperlihatkan bagaimana penyair melakukan kurasi terhadap masa kini mereka. Aku jadi setiap kata yang mengalir dalam dirimu, dari puisi Dian Nuraini. Tak membiarkan masa kini terlembaga sebagai bagian dari pembesaran sejarah, yang telah membunuh waktu 'di sini'.
***

http://sastra-indonesia.com/2021/06/sastra-dan-pabrik-pembatalan-aku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita