Kamis, 25 Februari 2021

TANGGUNG JAWAB SASTRAWAN DI SASTRA BALIK DESA

Adin
obyektif.com
 
Benarkah tanggung jawab menjadi sastrawan, penyair, lebih-lebih kaitannya dengan dunia kesusastraan, menjadi semata-mata tugas individu? Benarkah para “calon” sastrawan atau penyair harus mengurus dirinya sendiri, berikut karyanya tanpa peduli pada konteks kultural, apa ia tumbuh, dan sistem apa yang melingkupinya?
 
Pertanyaan-pertanyaan di ataslah yang mendominasi dalam berbagai diskusi yang digelar pada event “Sastra Balik Desa” baru-baru ini di Desa Gebyok, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, selama tiga hari. Komentar-komentar dari beberapa senior semakin mengukuhkan mitos itu, bahwa untuk menjadi sastrawan, Anda harus berdarah-darah sendirian, karena media hanya akan memuat karya yang dianggapnya layak.
 
Pada tataran ideal dan iklim yang baik, barangkali mitos-mitos di atas mendapatkan pembenarannya. Tetapi bagaiamana jika iklim tidak mendukung dan infrastruktur kesusastraan tidak berfungsi sebagaimana diharapkan? Mengutip Raudal Tanjung Banua, pembicara dalam salah satu sesi diskusi “Sastra Balik Desa”, sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak hanya kesusastraan, tetapi juga kesenian, selalu dinomorduakan dan menjadi anak yatim di berbagai kota di Indonesia.
 
Tetapi yang paling penting adalah bagaimana perasaan yatim itu menjadi milik kolektif sehingga tercipta iklim saling membantu, support, dan mengisi kekurangan. Jadi tidak hanya menuntut kualitas tetapi juga memperbaiki sistem pembelajaran yang ada. Kalau saya misalkan dengan tradisi zakat, ada sebagian dari hak untuk para pemula yang dibawa oleh sastrawan yang telah mapan.
 
“Menyitir Faisal Kamandobat yang mengungkapkan ide tentang etika. Jadi tidak hanya perilaku kesusastraan saja dan tuntutan mengenai perbaikan kualitas teks, tetapi juga diperhatikan etika dalam berkesusastraan,” imbuhnya.
 
Kesemua hal itulah yang kelak akan menentukan perkembangan kesusastraan di suatu kota. Mengingat proses regenerasi sastrawan muda di Bali sangat pesat patutlah kita iri hati. Tentunya bukan semata-mata karena bibit di sana baik, dan bibit di sini busuk, tetapi bukankah realitas adalah konstruksi sosial dan bukan semata terberi? Dan tentu saja menjadi tanggung jawab etik juga bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk turut serta membentuk iklim kondusif. Jadi tidak hanya mengaharap kerja keras dan berdarah-darah sementara pekerjanya sendiri tidak diperhatikan nasibnya, kesehatannya, kebutuhan psikisnya, begitulah kira-kira analoginya.
 
Acara “Sastra Balik Desa” ini memang secara tematik lebih dikhususkan pada pemertanyaan ulang terhadap infrastruktur kesusastraan di Indonesia dan terutama di daerah masing masing peserta. Berbagai peserta dari Jepara (Komunitas Samudra), Kudus (Pojok Sastra), Purwokerto (Nyaman dkk), Pekalongan (Rumah Imaji, Catur dkk), Solo (Pawon, Komunitas Lidah Buaya), Jogja (Rumah Lebah), Karanganyar (HPK).
 
Menyusul kemudian dari Bandung (ASAS, Mnemonic), Magelang (Komunitas Merapi), Salatiga, Rembang, (Sanggar Pesisir), Tangerang (KSI), Kulonprogo (Lumbung Aksara), Cilacap, Ungaran (KSI), Semarang(KIAS), Kendal(Maos Ajar), dan Pati (Sampak Gusuran), bertempat tinggal dan membaur bersama warga.
 
Barangkali interaksi yang terjalin tidak memungkinkan untuk dipetik hasilnya secara ekstrim. Misalnya warga yang tiba-tiba menulis karya sastra yang baik, atau mau membaca karya sastra. Tapi dari pertemuan singkat inilah, kelak akan berdampak psikologis terhadap anak-anak yang selama ini dilibatkan. Dari kebiasaan berinteraksi dengan dunia luar diharapkan ada iklim kebebasan yang tertanam sejak dini di benak mereka.
 
Tidak hanya kebebasan untuk berpendapat tetapi juga mengekspresikan diri dan hal itu berkait erat dengan identitas srawung yang dalam istilah warga artinya relasi yang terjadi secara kekeluargaan dan toleransi antar-sesama menjadi semangat dalam event sastra ini. Meskipun dalam beberapa hal barangkali terdapat compang-camping dalam kerja kepanitiaan.
 
Acara yang dimeriahkan pembacaan puisi dari para sastrawan mapan, dan pementasan teater, dibuka dengan arak-arakan anak-anak dan warga mengelilingi pedusunan Gebyok. Para peserta dari berbagai kota mengikuti prosesi ini dan dilanjutkan launching antologi Mencari Rumah yang diselenggarakan di pelataran rumah warga.
 
Hari selanjutnya, ada beberapa sesi diskusi dengan pembicara antara lain Yudiono KS, Iskandar, Budi Maryono, Yopi Setia Umbara, Wowok Hesti Prabowo, Aulia Muhammad. Malamnya, dilanjutkan pembacaan puisi dan pementasan teater Lingkar yang kebetulan tampil di Gebyok.
 
Hari terakhir, Gendot Wukir, Gema Yudha, Dian Hartati, Triyanto Triwikromo, Dwicipta, Faisal Kamandobat turut juga memeriahkan sesi diskusi. Kemudian malamnya dilanjutkan pembacaan puisi oleh Beno Siang Pamungkas, Timur Sinar Suprabana, Wijang Warek, Gunoto Saparie, Anis Sholeh Baasyin, tidak ketinggalan pula Komang Ira, Sunlie Thomas Alexander, Thendra, dan masih banyak lagi rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
 
Konsep acara semacam ini memang bukanlah yang pertama. Beberapa waktu lalu di Banten diadakan Ode Kampung yang menghasilkan manifesto bersama. Akan tetapi acara kali ini, yang salah satu tujuannya untuk mencari isu bersama ini, nampaknya kurang berhasil. Tetapi sebagai sebuah perhelatan kami kira cukup berhasil. Ukurannya, karena hampir tidak banyak yang menyimpang dari rundown semula. sekaligus bisa menjadi pintu bagi event-event serupa untuk tahun-tahun berikutnya.
 
Karena tidak menutup kemungkinan Semarang kelak juga mempunyai event sastra yang memang disokong tidak hanya segelintir orang, tetapi juga menjadi milik kolektif komunitas sastra di Jawa Tengah.
***
 
12 – 07 – 2011

Catatan: Tulisan ini diposting ulang, demi menyambut Sastra Balik Desa kedua yang semoga bisa terlaksana pada akhir tahun 2011. (Adin, Hysteria) http://sastra-indonesia.com/2011/10/tanggung-jawab-sastrawan-di-sastra-balik-desa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita