Senin, 08 Februari 2021

Menulis dan Belajar (tanpa) Kejujuran

Benny Arnas
 
Seseorang, yang saya kenal lama dan selalu bilang kalau mimpi terbesarnya adalah menjadi penulis, bertandang petang tadi. Setelah menyerahkan berkas cetak cerpen saya yang dimuat media hari ini, ia bertanya tentang bagaimana menulis bagi seorang penulis seperti saya.
 
Saya diam sejenak. Saya sedang melihat-lihat kertas cerpen itu ketika istri saya menghidangkan secangkir teh di atas meja di hadapannya. Saya sebenarnya ingin bertanya maksud ia menyerahkan cerpen yang dicetaknya itu, tapi saya malah menyilakan ia yang sudah duduk di sofa untuk membuka masker dan menyeruput teh yang baru saja istri saya hidangkan.
 
Saya yaaa menulis, kata saya ogah-ogaham, sebelum kemudian saya sadar kalau saya sebaiknya jangan buang-buang waktu. Lalu menulis terus, lanjut saya lagi. Dan begitu. Selalu begitu. Di antara aktivitas lain, termasuk membaca yang “menghidupi” aktivitas itu serta-merta.
 
Dia mungkin mengharapkan jawaban yang ringan atau semacam guyon atau basa-basi sebagai awalan, tapi, seperti saya bilang, saya sedang malas buang waktu petang ini.
 
Ya, saya menulis, kata saya dengan perasaan bosan (ya, saya bosan mengulang tulang belakang proses kreatif yang siapa pun dia, yaaa kalau profesinya penulis, yaaa dia pasti menulis). Hmm, saya benar-benar menulis, terang saya lagi. Bukan hanya memikirkan dan membuat simulasi (atas) tulisan yang ingin saya tulis di dalam kepala, apalagi sampai memaklumatkannya kepada orang-orang yang bertanya maupun tidak.
 
Dia menyeruput tehnya lagi.
 
Saya menulis. Langsung menulis. Bukan sibuk menceramahi diri apalagi orang saja tentang menulis. Tentang ini dan itu. Tentang calon karya atau tutorial yang bahkan saya sendiri tak pernah menerapkannya. Asalkan disertai aktivitas membaca yang intens dan semangat belajar di labirin tanpa ujung, menulis bukan hanya akan menggembirakan, ia juga akan mengayakan, menggerakkan, meng-ada-kan, menjadikan, mendirikan, dan menyiar-kekalkan visi dan banyak urusan.
 
Tehnya hampir tandas. Saya ingin bilang apalah ia minta tambah, tapi saya sedang malas buang waktu.
 
Bahkan, untuk penulis yang (telah/pernah) menulis, apabila ia tidak menulis sekian lama dan merasa karya-karyanya di masa lalu lebih dari cukup untuk menegaskan siapa dirinya, sungguh dia bagaimanapun sudah bukan penulis lagi.
 
Ketika menulis dan kau terus dipanggilnya dan kau terus berada di lingkarannyalah yang membuatmu tetap penulis. Tetap menjadi penulis. Tetap sebagai penulis. Perkara kau bisa hidup (layak) atau menderita karenanya, itu urusan lain. Itu urusan yang sudah semestinya kauusahakan sebagai manusia yang ingin terus melihat matahari esok dengan nyaman dan perasaan yang raya-raya.
 
Dia masih memegang cangkir teh, tapi wadah minuman itu transparan sehingga saya tahu kalau isinya sudah habis.
 
Kau bisa menulis dengan atau tanpa meninggalkan pekerjaan atau aktivitas apa pun yang tidak menggugurkanmu sebagai manusia, tapi kau tidak bisa menjadi penulis dengan hanya menulis di waktu luangmu, dalam mood terbaikmu saja, atau dalam mimpi yang bahkan kau sendiri bingung bagaimana terjaga darinya.
 
Ia menggaruk-garukkan kepala.
 
Saya ingin bertanya, mengapa kepalanya gatal serta-merta setelah saya memberi jawaban panjang lebar, tapi ... ia seperti sudah mengantisipasinya. Ia berdehem dua kali (atau tiga kali, saya tidak ingat persis) sebelum meminta saya menjadi gurunya.
 
Kenapa kamu tiba-tiba berkata begitu?
 
Dia diam. Saya memperhatikan tangannya. Saya pikir ia hendak menggaruk kembali kepalanya, tapi tangannya malah mengetuk-ngetuk meja ruang tamu yang terbuat dari kaca. Mungkin keningnya sudah berkeringat, tapi saya tidak terlalu memperhatikan tadi—saya hanya tiba-tiba teringat kalau ketegangan merangsang pori-pori membuka lebih lebar sehingga air asin lebih mudah menyeruak.
 
Kalau kamu berharap hal itu dapat mengurangi intensitas ceramah saya yang terdengar menjengkelkan, sungguh kamu lebih buruk daripada Dammahum, kata saya dengan nada agak tinggi seraya mengembalikan berkas cetak atas cerpen “Dammahum Menjadi Mercusuar” yang ia tunjukkkan ketika kami bertemu tadi.
 
Dua jam setelah ia meninggalkan kediaman saya, ia mengirim pesan WhatsApp: Bang, aku baru saja membaca cerpen itu, aku tentu saja menolak menjadi Dammahum, apalagi lebih buruk darinya—dengan emotikon tertawa setelahnya.
 
Kamu baru saja membacanya atau membacanya untuk kali kedua, saya memastikan.
 
Aku baru saja membacanya, Bang, balasnya cepat.
 
Saya diam. Saya terenyak. Mengelus dada cum menggeleng-gelengkan kepala (sebenarnya saya tidak mempraktikan adegan ini, tapi rasanya pas saja saya tulis di sini, huhahaha). O, jadi buat apa kamu memamerkan berkas cetak cerpen yang kamu unduh dari laman Jawa Pos itu? Sekadar mencari muka atau menjliat orang yang kau pikir bisa menjadikanmu mercusuar? O, bukan main. Main bukan, ya, rutuk saya dalam hati.
 
Bang—pesannya masuk.
 
Saya abaikan.
 
Bang.
Bang.
Bang.
Bang.
 
Saya sangat percaya, kata saya dalam hati, tidak ada syarat apa pun dalam berkarya, selain belajar, belajar, dan belajar. Tapi, hari ini, pengalaman barusan membuat saya perlu mengimbuhinya menjadi “belajar dengan jujur”. Belajar dengan tipu daya tidak akan memberi apa-apa, kecuali waktu yang terbuang dan ketololan yang terbuka tanpa aba-aba, sebagaimana yang barusan dia alami lewat pesan WhatsApp-nya malam ini.
 
Bang.
Bang.
Bang.
Bang, aku minta maaf.
 
Tentu saja, saya sudah memaafkan. Saya tidak punya kepentingan untuk tidak memaafkan, apalagi dendam. Selebihnya, tentu kita tak harus berurusan.
 
Lubuklinggau, 3 Januari 2020 http://sastra-indonesia.com/2021/02/menulis-dan-belajar-tanpa-kejujuran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita