Selasa, 19 Januari 2021

Ketika Gus Mus Hijrah ke Cerpen

Satmoko Budi Santoso
suaramerdeka.com
 
Sekarang ini peran pelawak sudah diambil-alih oleh para politikus, dan saya menulis karena memang ingin menulis, saya tak ingin dijajah oleh isme-isme apa pun
 
KUTIPAN itu adalah pernyataan salah seorang Rais Nahdlatul Ulama KH A Mustofa Bisri dalam acara pagelaran baca cerpen bertajuk ”Gus Mus Hijrah ke Cerpen”, 24 Oktober, pukul 20.00, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Di hadapan lebih dari 700 pengunjung, Gus Mus mengucapkan kalimat tersebut sebagai prolog pembacaan cerpen Gus Jakfar.
 
”Saya kira, saya juga harus bersyukur karena dianugerahi Tuhan dengan kemampuan menulis. Begitu pula saya bersyukur karena saya berteman dengan kawan-kawan seniman, kawan-kawan sastrawan, sehingga menambah semangat dalam berkarya,” ujar kiai yang sastrawan itu dalam situasi yang ingar-bingar.
 
Anehnya ketika sampai pada momen baca cerpen, khalayak jadi khidmat menikmati. Runtutan cerita dalam cerpen Gus Jakfar yang memaparkan perihal kelebihan yang dimiliki seseorang karena adanya ilmu kasyaf, ilmu yang berupa kemampuan ”membaca tanda-tanda tertentu” dari diri orang lain, disimak hadirin dengan penuh keseriusan.
 
Tentu, meski dalam beberapa potong adegan cerita tetap ada yang pantas membikin tertawa karena logika cerita yang dirasa lucu.
 
Hanya satu cerpen yang dibacakan Gus Mus. Itu pun sudah menyita waktu hampir setengah jam. Pembaca lain yang tampil adalah cerpenis Joni Ariadinata, dan aktor gaek Bambang Darto, yang track record-nya di dunia teater Yogya tak lagi diragukan.
 
Yang menarik sebagai suguhan format pertunjukan, tentu saja adalah penampilan Joni Ariadinata ketika membacakan cerpen Gus Mus, Amplop-amplop Abu-abu. Sebuah cerpen yang menceritakan sisi ironi seorang juru dakwah yang selalu dikasih amplop sebagai imbalan berdakwah, namun suatu ketika isi amplop yang ia terima bukan berisi uang melainkan sobekan kertas berupa kritik untuk mengoreksi diri sendiri sebelum menyampaikan nilai-nilai Islam kepada umat lain.
 
Imbangi Gus Mus
 
Didukung dengan kemampuan membaca dan melafalkan nukilan ayat-ayat Alquran secara benar, Joni mampu mengimbangi kharisma Gus Mus yang sekalipun dalam teknik pembacaan tak seteatrikal Joni, namun penguasaan cara bertutur Gus Mus tetap terjaga, lugas dan gamblang, sangat bisa dinikmati sebagai pertunjukan baca cerpen.
 
Penampilan Bambang Darto memang lebih kocak, mengundang decak tawa, pas dengan situasi cerpen yang dibacakan, Bidadari Itu Dibawa Jibril. Sebuah cerita yang menggambarkan keberadaan seorang perempuan yang pada suatu hari menghilang dan orang-orang yang mengenalnya menganggapnya telah dibawa malaikat Jibril.
 
Ditemui usai pertunjukan, penyair Joko Pinurbo menyampaikan kesan, sosok Gus Mus sungguh layak ditampilkan tak hanya sebagai figur kiai, tetapi juga figur estetik. Persepsi Joko cukup jelas, sebagai sebuah karya seni, apa yang dihasilkan Gus Mus tak boleh disepelekan.
 
Dalam cerpen-cerpennya yang dibacakan atau yang secara khusus terkumpul dalam antologi cerpen Lukisan Kaligrafi yang diterbitkan Penerbit Kompas ini, terasa bahwa kemampuan mengeksplorasi tema cerita pada wilayah pesantren adalah sesuatu yang ”lebih” karena jarang disentuh cerpenis lain.
 
”Secara estetik, pertaruhan yang utama adalah seberapa jauh penggarapan pola estetika itu betul-betul menukik pada problem-problem pesantren,” papar Joko.
 
Sebagai momen yang diharapkan menjadi alternatif siraman rohani melalui jalan sastra dalam menyongsong bulan Ramadan pun tercapai. Di samping maksud lain sebagai upaya promo atau launching atas buku baru Gus Mus tersebut.
 
Penyair Nur Zain Hae mengungkapkan, setidaknya acara itu akan menjadi masukan bagi kaum tradisionalis pesantren. ”Ingat, muatan kritik dalam cerpen-cerpen Gus Mus merambah wilayah feodalisme cara berpikir dan cara memandang persoalan.
 
Acara yang dipersembahkan Lembaga Kajian Kebudayaan ”Akar Indonesia”, Penerbit Kompas, Tratag Budaya Estetik, dan bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta serta Penerbit LKiS ini pastilah tak hanya pertunjukan baca cerpen saja.
 
Kelompok musik pengiring, Sampak Patrol, juga berhasil menghidupkan suasana dengan musikalisasi eksperimen yang berangkat dari spirit musik Hadrah maupun musik-musik padang pasiran yang lain.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/09/ketika-gus-mus-hijrah-ke-cerpen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita