Jumat, 11 Desember 2020

SEORANG GANDRUNG

Taufiq Wr. Hidayat *
 
Mata laki-laki itu terpaku di situ. Duduk mematung di bilik bambu. Kulitnya dilabur waktu. Pagi yang tak berpeluh. Musim hujan. Butiran air dijatuhkan. Langit bagai menyiramkan segala kesal. Butiran air yang menempel di daunan berkilauan bagai kristal. Kang Muda'iyah melepaskan kesal bersama asap tembakau yang tebal. Istrinya, Mbok Natun, meletakkan kopi pahitnya di meja.
 
"Ada apa, Kang? Berhari murung kok tak pernah urung?"
 
"Lihat itu, orang-orang mengarak penggandrung di jalan raya. Kenapa mereka tak mendengarkan nasehat saya? Ini pertanda bencana!"
 
Kini asap tembakau yang tebal bercampur kekhawatiran, dan langit kembali menurunkan hujan.
 
Istri Kang Muda'iyah tak mengerti maksud suaminya ini. Dia hanya mengerti, bahwa pagi harus kopi. Memberi makan mentok dan memetiki dedaun sawi.
 
Kang Muda'iyah meminum kopinya. Mbok Natun menata daun-daun sawi muda. Kang Muda'iyah menyalakan tembakau. Butir hujan di daunan berkilau, mengundang pukau. Kang Muda'iyah berkata-kata. Dan di luar, hujan mereda. Tinggal gerimis yang manis, seperti juga tangis.
 
"Ini akan menjadi bencana. Sebab gandrung telah sirna. Tak ada gendhing yang kuat untuk melawan itikat jahat. Dan kerakusan yang mengarat. Gandrung sirna, sebab tariannya digelar di jalan raya. Penarinya siapa saja, tak mengerti semangat gerak diri dan gendhingnya. Lihatlah betapa guntur, pertanda pembelaan telah luntur. Kembang Menur yang "melik-melik ring bebentur", disiram layu, sun petik mencirat ati. Sedih sekali."
 
"Ketika gandrung hanya merundung. Maka nasib buruk berarak bagai mendung. Itulah nasib jaman. Siapa yang memegang kekuasaan, minum tuak dengan kerakusan. Akhir malam, Seblang menjadi karam. Karam dalam dendam yang sangat lebam. Kendang telah dikasetkan, dan kemaluan "diler" untuk memuaskan keserakahan. Agar tamu-tamu asing terhibur, kemudian kita menggali kubur. Hotel-hotel menjamur, dan gandrung pun hancur. Tambang emas mengeras, patung-patung berwarna kuning keras cadas."
 
"Kita berjalan terlalu berani melanggar jatidiri. Tawanggalun dan Macanputih sunyi sendiri. Tak ada kisah ksatria yang dapat digali. Sebab kekuasaan mabuk pada dirinya sendiri. Dan sempoyongan diperbudak penambang emas dari luar negeri. Dan ketika kita lupa siapa diri sendiri. Maka menaklukkan Banyuwangi mudah sekali. Ditaklukkan oleh emas dan investasi yang menghisap orang-orang di tlatah "tirta" yang wangi ini."
 
"Sering aku berharap, Tawangalun dan Mas Alit hidup lagi dan berdiri tegap. Menawarkan tangis dan ratap. Menenangkan mata-mata yang kalap. Lalu membuat perhitungan. Dan merobohkan kesewenang-wenangan. Kesewenangan yang halus, menjala harga diri ke dalam rakus yang bius. Agar para putra ini, generasi ini, tidak lupa masa lalu jati diri, agar tak bingung sendiri, agar tak pingsan dalam jala sutra yang lena tak terperih. Tawangalun, Mas Alit, Macanputih bukan khayalan, bukan masa lalu dalam buaian. Tapi masa depan!"
 
"Lihatlah! Orang-orang mempermalukan gandrung jiwa. Membanggakan kemiskinan pada Amerika. Duta Besar minum kopi dan pesta kalkun. Mengejek makna tradisi yang dijaga tekun. Bersama penguasa daerah yang bersolek rapi, orang-orang asing menghina kebanggaan tradisi. Dikabarkan mereka membawa dolar ke sini. Justru karena dolarlah kita tercaci maki. Dan meludahi harga diri sambil menari."
 
"Ini pertanda buruk. Sebab watak jahat telah rasuk. Rasuk dalam jiwa penguasa. Penguasa yang memakan daging manusia sambil keliling kota dengan menjaya-menjaya. Ini alamat buruk. Datang bagai batuk-batuk."
 
"Dengarlah, wahai istri. Banyuwangi ini memang telah ramai sekali. Namun benih yang kita semaikan, akan dipetik orang lain yang sengaja didatangkan. Tapi jangan takut. Karena kesadaran tak akan pernah sakit akut. "Lare angon, paculono gumuk iku. Tandurono kacang lanjaran. Sak unting kanggo perawan". Tanamlah kacang-kacang harapan, kecil tapi kuat melewati kenyataan. Kesederhanaan. Agar dapat dipersembahkan buat sang perawan, dalam Seblang, dalam kemurnian."
 
"Ini memang bencana. Bencana jiwa dan mental kita. Jiwa yang picik cakrawalanya. Mental yang kuli isinya. Tapi tetaplah berjalan. Dan tunggulah segala gerakan itu di Paseban. Ketika di Paseban yang penuh tenun, kau saksikan orang-orang pesta kalkun. Penguasa asik makan dan minum. Dan musik asing berdebum-debum. Diam-diam hunuslah keris-keris masa depan dengan hati yang kuat mengalun. Keris Mas Alit pewaris Tawangalun."
 
"Gendam gendis buyar abyur! Kekuatan leluhur, berpusat ke satu jalur. Menumbangkan keangkuhan. Pada pilihan: Mereka yang tumbang atau kita sendiri yang bersiap untuk dipendam dalam-dalam di jurang jaman yang kelam."
 
Kang Muda'iyah berdiri. Langit menumpahkan hujan lagi. Kilat dan petir. Hati yang getir. Dan hujan yang datang itu, membawa bayang-bayang masa lalu yang hampir lalu. Hampir jatuh ke situ. Ke selokan waktu yang bisu.
 
2014-2020

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab Iblis” (PSBB, 2018), “Agama Para Bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi. http://sastra-indonesia.com/2020/12/seorang-gandrung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita