Minggu, 16 Agustus 2020

Peran Media Massa dalam Perkamusan

 Hari Sulastri

1. Pengantar

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa bahasa merupakan pembuka dan penyebar pengetahuan. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan pengetahuan, termasuk kebudayaan dan teknologi, yang semakin cepat dan pesat tidak akan tersebar luas tanpa adanya sarana yang dapat digunakan untuk menyebarluaskannya. Salah satu sarana tersebut adalah bahasa. Dengan kata lain, bahasa sebagai salah satu alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam penyebarluasan itu. Orang dapat menyampaikan segala gagasan atau idenya melalui bahasa.

Sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi, bahasa juga memerlukan media sebagai sarana penyebarluasannya. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai wahana tersebut adalah media massa, baik yang berbentuk audio, visual, audiovisual, cetak, maupun elektronik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media massa dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, dan perkembangan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi juga tidak terpisahkan dengan  keberadaan media massa. 

Sebagai salah satu sarana komunikasi, media massa juga mempunyai peranan yang amat penting dalam perkembangan pengetahuan. Hadiono (dalam Putera, 2010) menyebutkan bahwa  peran media massa dalam kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion dalam kehidupan sosial, pelepasan ketegangan, atau hiburan, melainkan isi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Selain berperan dalam proses sosial, media massa juga mempunyai peran yang besar dalam mendukung perkembangan bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Asmadi (2008) menyatakan media massa adalah pendukung utama bahasa Indonesia pada awal bahasa itu bergulat dengan batasan oleh penjajah. Peran penting media massa itu perlu dimunculkan mengingat media massa berperan penting dalam berbagai aspek. Di sisi lain, bagaimana peran media massa dalam perkamusan? Pertanyaan itu dimungkinkan karena kamus merupakan buku yang mendokumentasi bahasa beserta makna dan pemakaian suatu bahasa, termasuk pemakaiannya di media massa.

2. Definisi dan Tujuan Penyusunan Kamus

Kamus merupakan buku referensi yang sudah tidak asing lagi bagi hampir sebagian masyarakat bahasa. Banyak definisi kamus yang diberikan oleh pemerhati bahasa, khususnya mereka yang merupakan pakar dalam bidang perkamusan atau mungkin juga pekamus (orang yang menyusun kamus). Di antara definisi yang diberikan oleh sebagian kamus atau pekamus adalah sebagai berikut.

Kamus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011) didefinisiskan dengan beberapa makna, yakni (1) buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, dan terjemahannya; (2) kamus juga merupakan buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya, 

Kamus Webster (2003), antara lain, memberikan definisi dengan (Top of Form

1) sumber referensi yang dicetak dalam bentuk elektronik yang berisi kata, biasanya disusun secara alfabet disertai dengan informasi tentang bentuk, pengucapan, fungsi, etimologi, makna, sintaksis, dan idiomatis, (2) referensi berupa buku daftar abjad istilah atau nama penting untuk subjek atau aktivitas tertentu bersama dengan diskusi tentang makna dan aplikasi, dan (3) buku referensi untuk memberikan kata seorang setara bahasa lain. Kridalaksana (2008:107) mendefinisikan kamus dengan (1) buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalama bahasa; biasanya disusun menurut urutan abjad ( dalam tradisisi Yunani-Romawi menurut abjad Yunani-Romawi, kemudian menurut abjad yang bersangkutan; dalam tradisi Arab menurut urutan jumlah konsonan); (2) buku referensi yang memuat informasi mengenai  

Chaer (2007) mengemukakan beberapa konsep tentang kamus, antara lain, yang dikemukakan oleh Pierre Labrousse (1997), kamus adalah buku kumpulan kata sebuah bahasa yang disusun secara alfabetis diikuti dengan definisi atau terjemahannya dalam bahasa lain. Keraf (1984) mengatakan bahwa kamus merupakan sebuah buku referensi, memuat daftar kata yang terdapat dalam sebuah bahasa, disusun secara alfabetis disertai dengan keterangan cara menggunakan kata itu. Selain mengemukakan berapa definisis tentang kamus, Chaer (2007) mengemukakan bahwa dalam kamus yang ideal diberikan juga keterangan pemenggalan kata, informasi asal-usul kata, informasi bidang penggunaan kata, informasi baku dan tidaknya sebuah kata, informasi kata arkais dan klasik, informasi area penggunaan kata, informasi status sebuah kata, dan berbagai informasi lainnya.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para pakar tersebut, dapat dikatakan bahwa kamus tidak hanya sebagai buku referensi yang memuat kosakata beserta makna dan pemakaiannya, kamus juga merupakan alat pendokumentasi kosakata. Hal itu dimungkinkan karena kamus dapat menjadi wahana untuk merekam bahasa sebagai salah sarana dan alat untuk berkomunikasi bagi manusia yang memiliki sifat dinamis dan produktif. Selain itu, bahasa juga berkembang sejalan dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Sehubungan dengan itu, penyusunan kamus dilakukan dengan berbagai tujuan sesuai dengan fungsinya. Dapat pula dikatakan bahwa penyusunan kamus dilakukan dengan tujuan tertentu yang dicanangkan dan ditentukan oleh penyusunnya. Berdasarkan tujuan penyusunan kamus, akan didapatkan bentuk lema atau entri yang termuat dalam sebuah kamus. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tujuan penyusunan kamus akan menentukan kosakata dan lema yang akan termuat. Di samping itu, besar kecilnya kamus dan jumlah entri atau lema yang termuat dalam kamus juga dipengaruhi oleh tujuan penyusunan kamus tersebut. Apabila tujuan sudah ditentukan, pembuat kamus dapat mengumpulkan data lema yang akan termuat dalam karyanya dengan kriteria tertentu. Penyusun kamus akan mencari data dari berbagai sumber yang tepercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal itu, media massa mempunyai peranan yang besar yang antara lain dapat ditunjukkan sebagai berikut.

3. Peran Media Massa

Sebagai pendokumentasi kosakata, kamus atau penyususun kamus  memerlukan sumber data, baik yang berbentuk lisan maupun tulisan. Pekamus dapat menggunakan data yang tertulis apabila masyarakat pemakai bahasa (kamus yang akan disusun) mempunyai ragam tulis. Data tulis tersebut dapat diambil dari media massa cetak, seperti koran, majalah, atau dalam bentuk terbitan cetak lain, seperti lembar komunikasi atau selebaran yang lain.

Dalam dunia perkamusan dapat dikatakan bahwa media massa juga berperan dalam penyedia data atau sebagai sumber data. Hal itu tidak terlepas dari sifat bahasa yang selalu berkembang. Dengan salah satu sifat bahasa yang selalu berkembang, dan tidak menutup kemungkinan adanya saling pengaruh-memengaruhi antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain. Saling pengaruh itu dimungkinkan untuk memenuhi kebutuhan kebahasaan dari masyarakat pemakai bahasa. Hal itu dapat dicontohkan sebagai berikut.

Sebagai bahasa yang berkembang, bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasa lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Pengaruh dalam dunia kebahasaan terjadi karena kebutuhan masyarakat bahasa akan adanya kosakata yang dapat digunakan sebagai penyebutan suatu simbol. Masyakat pemakai bahasa akan menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah, misalnya ketika ia tidak menemukan kosakata bahasa Indonesia yang tepat untuk mengungkapakan ide tau gagasannya. Lambat laun, tetapi pasti, bahasa yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah tersebut akan tersebar luas dan akan memperkaya bahasa Indonesia.

Penyebaran kosakata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah tersebut sudah pasti akan melibatkan berbagai macam media massa, baik cetak maupun elektronik. Ketersebaran itu melibatkan pelaku media yang salah satunya adalah jurnalis. Hal itu dapat terjadi ketika para jurnalis atau wartawan membuat berita atau menyampaikan informasi dengan menggunakan kosakata tersebut sehingga secara langsung dan tidak langsung jurnalis dengan media massanya itu telah menyediakan data bagi pekamus untuk bahan penyusunan kamusnya. Data yang berupa kosakata tersebut dapat dikatakan data yang masih mentah. Artinya, untuk dapat digunakan secara benar, baik dari segi kebahasaan maupun dari segi nonkebahasaan, masih perlu diolah.

Pengolahan data itu melibatkan peran pekamus. Para pekamus akan mendata dan mengumpulkan kosakata baru yang muncul dan tersebar melalui media massa tersebut. Data yang terkumpul tersebut akan didokumentasikan atau dimasukkan dalam kamus yang akan disusunnya dengan berbagai ketentuan yang disesuaikan dengan tujuan penyusunan kamus. Salah satu ketentuan umum yang sampai saat ini masih berlaku adalah bahwa suatu kosakata akan masuk menjadi warga lema untuk kamus apabila sudah termuat dalam tiga terbitan media massa yang berbeda, misalnya karena berbeda wilayah dan penerbitnya. Di samping itu, pekamus tentu tidak serta merta memasukkan begitu saja kosakata baru tersebut ke dalam lema kamusnya, tetapi akan menyesuaikannya dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, misalnya kaidah penulisan kata, pelafalan, morfologi, dan pemakaian kosakata.

Kosakata baru yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah dalam bahasa Indonesia tidak hanya berbatas pada kosakata yang bersifat umum, tetapi juga dapat berupa kosakata yang berupa istilah. Dalam hal itu, kosakata tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyakat bahasa dalam bidang keilmuan tertentu. Hal itu perlu mendapat perhatian karena seperti yang dikemukanan oleh Asmadi (2008) perkembangan dunia dalam berbagai bidang, seperti  teknologi, sastra, ekonomi, dan kebudayaan memaksa wartawan untuk menyelaraskan bahasanya. Selanjutnya, Asmadi mengungkapkan bahwa kadang-kadang munculnya kosakata baru dari luar negeri tidak tertampung dalam perbendaharaan bahasa Indonesia sehingga kosakata yang muncul di media massa hanyalah penyederhanaan atau penyesuaian dengan pemahaman yang dimiliki oleh wartawan. Pernyataan tersebut tentu saja bukanlah tanpa alasan. Kamus sebagai wahana pendokumentasian kosakata selalu berjalan terlambat jika dibandingkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu dimungkinkan karena kamus baru dapat mendokumentasikan kosakata yang baru setelah kosakata tersebut tersebar. 

Sehubungan dengan itu, kosakata baru atau suatu istilah muncul dan diperkenalkan oleh bidang ilmu tertentu untuk memenuhi salah satu sifat bahasa yang selalu berkembang. Ketersebaran pengetahuan tidak dapat tercapai dengan baik apabila bahasa pengetahuan tersebut tidak dikenali oleh masyarakat bahasa. Oleh karena itu, pakar berbagai bidang keilmuan akan berusaha untuk memperkenalkan ide atau gagasanya melalui bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya sehingga dapat tercapai ketersebaran pengetahuan. Dengan demikian, pengetahuan tersebut akan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.

Keberadaan dan ketersebaran kosakata yang berupa istilah itu juga tidak lepas dari peran media massa. Istilah dapat tersebar luas dan dikenali oleh masyarakat melalui media massa. Sebagai contoh, istilah yang digunakan dalam bidang informatika yang kemajuannya amat cepat dapat dengan mudah dan dikenali dan digunakan oleh masyarakat bahasa melalui media massa. kata download dan upload misalnya, begitu cepat tersebar dengan istilah berbahasa Indonesia menjadi unduh (download) dan unggah (upload), begitu pula dengan penemuan dalam bidang yang lain, seperti bidang konstruksi fondasi bangunan teknik cakar ayam dan fondasi jalan layang yang dikenal dengan teknik sosrobahu. Dalam bidang pendidikan, misalnya, dikenal kata pembentukan watak atau pembentukan karakter yang merupakan padanan dari kata character building. Kosakata tersebut tersebar dan diterima oleh masyarakat karena adanya media massa sebagai penginformasi yang dapat dikatakan selalu terbarui.

4. Penutup

Kosakata atau istilah baru tidak akan dikenal oleh masyarakat pemakai bahasa apabila tidak tersebar dan tidak dimanfaatkan oleh pemakai bahasa. Ketersebaran dan keberterimaan sebuah kosakata baru itu banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh seberapa besar kosakata tersebut muncul dan digunakan sebagai kosakata yang produktif oleh masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat pemakai bahasa dapat mengenal kosakata itu melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Dalam hal itu, media massa berperan sebagai penyebar kosakata baru yang muncul sebagai perkembangan bahasa.

Kosakata yang bermunculan tersebut selanjutnya akan didata, didokumentasikan, dan diolah oleh penyusun kamus sehingga dapat menjadi buku referensi. Berdasarkan pemunculan kosakata yang digunakan dalam madia massa tersebut, media massa melalui pelakunya medianya (wartawan atau jurnalisnya) berperan sebagai penyedia data bagi perkamusan. Dengan demikian, dapat dikatakatan bahwa media massa mempunyai peran yang besar dalam perkamusan. Dalam hal itu, bagi dunia perkamusan, media massa, baik cetak maupun elektronik, mempunyai peran ganda, yaitu sebagai penyedia data dan pemasar hasil perkamusan. Media massa dan perkamusan mempunyai hubungan timbal balik.

Daftar Pustaka:

Asmadi, TD. 2008. “Merintis Bahasa Jurnalistik Baku untuk Mencerdaskan  Bangsa”. Makalah dalam Konggres IX Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2012.  Pedoman Umum    Pembentukan Istilah. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Putera, Prakosa Bhairawa. 2010. “Peranan Media Massa Lokal dalam    Pemertahanan Bahasa Ibu di Bangka Belitung” dalam Menyelamatkan Bahasa Ibu sebagai Kekayaan Budaya Nasional. Bandung: Balai Bahasa Bandung dan Alqa Print.   

Sugono, Dendy, dkk. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia.  

Webster’s. 2003. Meriam Webster’s Collegiiate Dictionary. Edisi Kesebelas. USA: Massachusetts.

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/peran-media-massa-dalam-perkamusan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita