Jumat, 23 Juli 2021

Menulis Ulang Sebuah Proses Menulis Puisi

Soni Farid Maulana
pikiran-rakyat.com
 
ALHAMDULILLAH laman Mata Kata bisa kembali hadir ke hadapan Anda pada Selasa ketiga, April 2011. Dalam kesempatan kali ini, redaksi memilih puisi yang ditulis oleh penyair Ardi Mulyana Haryadi (Garut) dan Moh. Ghufron Cholid (Madura) dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
 
Dalam puisi yang ditulisnya, Ardi menuliskan pengalaman batinnya lewat gaya ungkap haiku dengan pola 5-7-5 suku kata pada setiap lariknya. Menulis puisi haiku sebagaimana dikatakan para pakar, atau setidaknya sebagaimana yang pernah saya dengar dari almarhum Wing Kardjo, adalah penulis sebuah pengalaman puitik dengan kalimat yang ringkas dan padat. Di dalam kalimat yang demikian itu, pikiran dan perasaan (hati) harus menyatu, dan tidak terpecah belah.
 
Puisi Ardi yang diberi judul Ya setidaknya tengah membicarakan tentang hidup dan kehidupan itu sendiri yang berada dalam dua titik pilihan, ya atau tidak dalam pengertian yang seluas-luasnya. Dalam dua titik pilihan inilah manusia yang mengada di muka bumi hidup dengan segala akibat yang kelak ditanggungnya, atas apa yang dipilihnya itu. Jika ia cerdas menyiasati kegelapan, maka kelak hal-hal yang menyenangkan yang akan diraihnya, namun jika ia tidak bisa menghindar dari perangkap kegelapan, maka jelas hal-hal yang menyakitkanlah yang kelak didapatnya itu.
 
Posisi aku lirik dalam puisi yang ditulis oleh Ardi ini, setidaknya menggambarkan posisi aku yang tegas, sedangkan posisi kau lirik menggambarkan posisi orang yang selalu ekstra hati-hati dalam memutuskan satu perkara atau hal lainnya, yang ditawarkan kepada dirinya untuk diberi putusan. Pada sisi yang lain boleh juga kita tafsir bahwa posisi kau lirik dalam puisi Ardi itu adalah gambaran orang bimbang, peragu, tidak mempunyai keberanian dalam menanggung segala resiko hidup yang kelak dialaminya.
 
Apa yang ditulis Ardi setidaknya lebih jernih dibandingkan dengan puisi yang ditulis oleh Moh. Ghufron Cholid yang diberi judul Kamar Kehidupan. Ketidak jernihan dari apa yang ingin diekspresikan dalam puisi yang ditulisnya itu terasa pada bait kedua, yang larik-larik puisinya berbunyi:
 
Terkenang masa kanak di cermin zaman.
Risalah keakraban sepoi dan badai
Inspirasi yang tak pernah henti
Yakini diri
Akan datang suatu hari
Nada-nada kesombangan
Seruling kerakusan
Yang menggema di kamar kehidupan
Akan berubah tilawah
Hingga rahmah menebar bunga sumringah
 
Larik demi larik dalam bait puisi di atas tampak saling bertubrukan, dan tidak saling mendukung dalam membentuk makna tertentu, sehingga si pembaca bisa menarik benang merah dengan bait puisi sebelumnya yang ditulis seperti ini:
 
Yang datang dan yang pergi
Akan abadi dalam puisi.
Yang mendapat restu Illahi
Akan selalu menggema di hati.
Nestapa tak lagi menyanyi dalam sunyi.
 
Larik kedua dalam puisi tersebut jelas harus ditulis ulang, jika ingin mendapatkan makna yang utuh di hati pembacanya. Bila saya menulis ulang bait kedua, saya akan menulisnya seperti ini:
 
Terkenang masa kanak di cermin zaman.
Inspirasi yang tak pernah henti
 
Meruang dalam kamar kehidupanku
Hingga rahmah menebar bunga sumringah
 
Dalam menulis ulang, sang penyair harus mempunyai keberanian dalam dua hal. Pertama mencoret kalimat yang tidak perlu dalam larik-larik puisi yang ditulisnya, kedua menggantinya dengan kalimat yang tepat. Dalam konteks semacam inilah para pakar puisi pengatakan bahwa menulis puisi tidak bisa sekali jadi, selalu ada proses revisi. Kedua proses itu kadang disebut dengan proses di bawah kesadaran (saat puisi ditulis) dan proses di atas kesadaran (saat puisi ditulis ulang atau direvisi).
 
Setidaknya, demikianlah catatan ini ditulis. Semoga menulis puisi menjadi makin hati-hati di kemudian hari, dan bukan asal tulis. Penyair Rendra sebelum bukunya naik cetak selalu melakukan revisi, demikian juga dengan penyair Acep Zamzam Noor. Bahkan penyair Chairil Anwar telah menunjukkan hal itu dalam buku puisi Aku Ini Binatang Jalang dengan editor Pamusuk Eneste. Saya yakin, penyair yang lain pun melakukan hal yang sama. Selamat berkarya. (Soni Farid Maulana/”PRLM”)
***
 
Ardi Mulyana Haryadi
YA
 
Aku bilang ya
Kau bilang mungkin juga
Hidup, memilih
 
Garut, 2011
 
Ardi Mulyana Haryadi, lahir Serang, 13 November 1987. Saat ini tinggal di Kp. Pasar 03/04 Ds. Wanamekar Kec. Wanaraja Kab. Kab. Garut 44183. Alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Indonesia STKIP Garut. Pekerjaan Guru honorer SD.
***
 
Moh. Ghufron Cholid
KAMAR KEHIDUPAN
 
Yang datang dan yang pergi
Akan abadi dalam puisi.
Yang mendapat restu Illahi
Akan selalu menggema di hati.
Nestapa tak lagi menyanyi dalam sunyi.
 
Terkenang masa kanak di cermin zaman.
Risalah keakraban sepoi dan badai
Inspirasi yang tak pernah henti
Yakini diri
Akan datang suatu hari
Nada-nada kesombangan
Seruling kerakusan
Yang menggema di kamar kehidupan
Akan berubah tilawah
Hingga rahmah menebar bunga sumringah
 
Kamar Hati, 2011
 
MOH. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986. Putra KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh, seorang Guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), Ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Yayasan Al-Amien Prenduan. Antologi Puisi Mengasah Alief (2007, bersama 10 Penyair Angkatan 31), Antologi Puisi Yaasin (Balai Bahasa Jatim, 2007 bersama penyair pesantren se-Jawa Timur) Antologi Puisi Toples (2009, bersama beberapa Mahasiswa Jogjakarta) Antologi Puisi Akar Jejak (2010, bersama 50 Penyair Al-Amien), Antologi Puisi Tiga Biru Segi (Hasfa Publishing, 2010) Kumpulan Puisi Heart Weather (ebook pertama 2010 di scribd.com, ebook kedua 2010 di evolitera.co.id), Kumpulan Puisi Dari Huruf Hingga I’tikaf (ebook di evolitera.co.id, 2010), Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (ebook pertama di scribd.com, 2010, ebook kedua di evolitera.co.id, 2010). Antologi Puisi Ketika Penyair Bercinta (ebook pertama di scribd.com, 2010, ebook kedua di evolitera.co.id, 2010). Antologi Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara (evolitera.co.id, 2010) KUN FAYAKUN CINTA Antologi Puisi Reliji Lintas Negara (evolitera.co.id, 2010), Antologi Puisi Jadwal Kencan (evolitera.co.id, 2011), Antologi Puisi Indonesia Di Mata Penyair (evolitera.co.id, 2011). Karya lainnya bisa dibaca di situs online: esastera.com, kemudian.com, mediasastra.com, al-amien.ac.id, puitika.net, poemhunter.com, sedangkan pada media cetak di Majalah QA, Majalah QALAM, Majalah IQRA’, Majalah Kuntum (Jogjakarta) Majalah Bongkar (Kalimantan) dll. Alamat domisili Pondok Pesantren Junglorong Komis Kedungdung Sampang/Pondok Pesantren Almunawwir Kauman Blega RT02/RW05 Blega, Bangkalan. Alamat Kantor Pengabdian di Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura 69465. http://sastra-indonesia.com/2011/05/menulis-ulang-sebuah-proses-menulis-puisi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita