Kamis, 29 Juli 2021

Buka Puasa Pertama

Sutan Iwan Soekri Munaf
sinarharapan.co.id
 
Bi Iyem membaca catatannya. Tertulis di sana, kolang-kaling 1 kg, pisang kapok kuning satu sisir cukup besar, gula jawa 1 kg dan beberapa catatan lainnya. Dia ingat sekali pesan Nyonya Besar, bahwa hari ini pertama puasa.
 
“Kita harus siapkan bukaan. Tuan Besar dan Tuan Roni suka sekali berbuka puasa menyantap kolak. Bayangkan, Tuan Besar pulang dari kantor, langsung menunggu waktu berbuka bersama Tuan Roni, sambil menghirup aroma kolak. Hmmm. Jadi kita harus sediakan kolak yang enak,” terngiang kembali pesan Nyonya Besar.
 
Setelah membaca catatannya, dia menuju penjual masing-masing dagangan itu. Langkahnya gontai, karena lelah. Sahur hari pertama tadi nyaris terlambat, sehingga dia hanya sempat makan sesuap dan seteguk teh manis.
***
 
Minah bergegas. Wajahnya ceria. Dalam pikirannya sudah terbayang, dia harus ke Parjo sang penjual kolang-kaling, kemudian ke Mas To yang menjual berbagai pisang, dan Mak Ipah yang menjual gula jawa.
 
“Biarpun aku belanjanya masing-masing hanya 1 ons, namun buka puasa hari pertama ini akan meriah. Bang Ipul pasti senang sekali, selepas menarik angkot, menunggu waktu berbuka bersama Ridwan. Menghirup aroma kolak, tentu mereka akan sabar menunggu bedug bertalu,” kata hati Minah sambil menuju tempat Parjo di pasar.
***
 
Matahari merangkak ke puncak.
 
Wajah Roni terlihat lemas. Sedangkan Ridwan masih sibuk mengetik.
 
Tak berapa lama, terdengar adzan dzuhur.
 
“Ayo, kita shalat,” ajak Ridwan seraya men-shut-down laptop itu.
 
“Hari masih panas. Kamu duluan saja. Aku menyusul,” jawab Roni.
 
“Hehehe? Kalau tugas kita ini bisa ditangguhkan. Nanti atau besok bisa kita kerjakan, Ron. Shalat jangan ditangguhkan. Nanti kita akan menjadi orang merugi,” ungkap Ridwan sambil menutup laptop.
 
“Hehehe, Wan. Kamu sudah seperti Ustad Usman saja,” jawab Roni dengan setengah malas bangkit.
 
“Kok lemas sekali, Ron?”
 
“Aku telat sahur. Makannya sedikit. Jadi lapar deh.”
***
 
Dari lantai 7 gedung perkantoran di Jalan Sudirman ini, Rudi menatap ke arah Kebayoran. Hari masih siang. Tiap sebentar di melirik ke jam tangannya. Jarum detik itu bergeraknya lamban sekali. Perutnya keroncongan sekali.
 
Padahal ruangan ini ber-AC. Keroncongannya masih terasa. ?Aku masih dapat puasakah, jika berada di tengah jalan itu?? tanyanya dalam keroncongan.
 
Cuma tekadnya ingin puasanya tamat pada tahun ini.
 
“Walau tadi telat sahurnya, aku berjuang menyelesaikannya,” katanya dalam hati di antara keroncongan yang amat sangat.
 
Ketika kecamuk perutnya terasa itu, terdengar ketukan pintu.
 
“Ya, masuk.”
 
Yanti masuk.
 
“Ada apa, Yan?”
 
“Dewan Direksi sudah menunggu, Pak.”
 
“Oh, ya? Rapat hari ini jadi juga?” tanya Rudi.
 
“Kan Pak Rudi yang menentukan hari dan jamnya?”
 
“Ya. Ya. Aku lupa. Aku sebentar lagi ke ruang rapat,” kata Rudi.
***
 
Panas mendera tengah hari, apalagi di belakang kemudi angkot yang tak ber-AC, membuat kerongkongan kering. Tambah lagi Jalan Otista macet, karena ulah sejumlah kawan Ipul yang mencari muatan. Namun Ipul tetap sabar menjalankan kendaraannya.
 
“Kranji, Pak?” tanya Ipul pada seseorang yang baru saja menyeberang jalan.
 
Orang itu menggelengkan kepalanya.
 
Penumpangnya kurang empat orang lagi. Ipul tak mengikuti jejak temannya mencari muatan. Dia segera keluar dari kemacetan di luar Terminal Kampung Melayu.
 
Begitu lepas dari kemacetan, laju angkotnya mulai agak kencang, terasa juga angin masuk, sehingga menurunkan temperatur. Sedikit segar rasanya.
 
“Mudah-mudahan sebelum jam empat sudah terkumpul setoran dan ada lebih kubawa pulang,” pikirnya dalam hati.
***
 
“Bagaimana, Yem? Sudah selesai? Kok aromanya belum terasa?”
 
“Belum, Nyonya. Sebentar lagi…”
 
“Santannya cukup? Gula jawanya cukup? Kolang-kalingnya ada dibelah dua? Pisangnya dibagi tiga menyamping irisannya?” tanya Ani, sang Nyonya Besar, bertubi-tubi pada Iyem.
 
“Ya, Nyonya,” jawab Iyem sambil terus mengaduk-aduk masakannya, tanpa memperhatikan Nyonya Besarnya yang hanya berdiri depan pintu dapur dan kemudian pergi menuju ruang tengah untuk melanjutkan menonton sinetron.
***
 
Minah menata meja kayu yang dibelinya 15 tahun lalu di Jalan Inspeksi Kalimalang, bersama Bang Ipul. Meja kecil namun cukup pas di ruangan kecil di kontrakan kecil ini.
 
Kolak yang baru masak, aromanya bertebaran.
 
“Mak, kolaknya enak nih….,” kata Ridwan seraya berpaling ke arah meja.
 
“Sudah. Nantikan saja bedug sambil menonton kultum,” jawab Minah seraya tersenyum.
***
 
Menghadap ke meja lonjong, keluarga Rudi sudah duduk di masing-masing kursi. Bi Iyem menonton TV di dapur menunggu bedug.
 
“Lama sekali hari bergerak, ya Papi,” kata Ani memecah kebisuan.
 
“Ya. Aku nyaris tak konsentrasi dalam rapat tadi,” papar Rudi.
 
“Iya, Mami. Lemas sekali tubuh ini, karena telat sahur,” ungkap Roni yang matanya tak lepas dari pesawat TV menunggu waktu.
 
“Ya. Ya. Besok tak akan telat, agar puasa kita kuat,” jawab Ani.
 
Tak berapa lama antaranya, terdengar bedug. Roni, Rudi dan Ani segera menyeruput kolak. Suara azan magrib tak lagi terperhatikan.
***
 
Setelah meneguk air putih hangat, Ridwan makan sesendok potongan kolang-kaling. Minah dan Ipul tersenyum melihat polah anaknya. Mereka pun mengikuti.
 
“ALHAMDULILLAH. Kita berhasil melewati puasa hari pertama,” kata Ipul.
 
“Ya. Kita ke masjid, Ayah. Jangan sampai ketinggalan,” ujar Ridwan bangkit.
 
“Tak kau habiskan kolakmu?” tanya Minah.
 
“Biarlah, Mak. Nanti sepulang dari masjid, kuhabiskan.”
***
 
Rudi terhenyak di kursi. Tak kuasa bangkit. Perutnya kenyang sekali.
 
Ani bangkit dari kursi, menuju sofa. Dia ingin menonton sinetron sambil menikmati kekenyangannya.
 
Roni beranjak ke kamar. Setelah kolak disikatnya, nasi dan sop konro pun tandas di piringnya. Di kamar ingin saja dia bergolek merasakan kenyang perutnya.
***
 
Minah melipat mukena dan sajadah, kemudian ditaruhnya di tempat gantungan.
 
Segera dia siapkan nasi dan goreng tahu serta sayur kangkung di atas meja.
 
Wajah Minah cerah. Dia tatap ke meja. Sudah rapi. Mereka akan menyantap, jika anaknya dan Bang Ipul pulang dari mesjid.

Bekasi – 2011. http://sastra-indonesia.com/2011/08/buka-puasa-pertama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita