Sabtu, 29 Mei 2021

Budaya “Mantu” A-la Gus Mus

KH Ahmad Mustofa Bisri, Sosok Kyai “Nyeleneh”
 
Ki Dhalang Sulang
 
Sosok Kyai “Nyeleneh”
 
Gus Mus, nama panggilan akrab sesosok Kyai yang juga budayawan dari Rembang Jawa Tengah, beliaulah KH Ahmad Mustofa Bisri. Pemimpin dan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren “Roudlotuth Tholibin” yang berada di Kelurahan Leteh Kecamatan Kota Rembang Kabupaten Rembang ini, sangat sering disebut seorang Kyai yang “nyeleneh” atau lain dari pada yang lain. Hal ini nampak pada model kehidupan Gus Mus, mulai dari gaya mengajar di pondoknya, gaya ceramah, menulis, bahkan melukis yang memang mempunyai karakteristik beda dengan yang lain. Menurut Gus Mus (yang terus terang mengakui “nyeleneh”) seseorang boleh bertindak “nyeleneh” asalkan punya tujuan positif demi untuk membangun dan meningkatkan kemaslahatan ummat.
 
Gaya nyeleneh ini juga berlaku pada saat beliau punya hajat “mantu” putra-putrinya, termasuk hajatan yang terakhir kali , pada hari abtu Legi, tanggal 14 Maret 2009 kemarin. Ini adalah hajat mantu yang ke-enam kalinya. Putrinya yang bernama Almas Mustofa telah dipersunting oleh lelaki asal Surabaya yang bernama Rizal Wijaya. Pelaksanaan hajatan mantu ke-enam ini juga sangat unik, dan tak kalah uniknya dibanding hajatan mantu sebelumnya.
 
Tamu-tamu yang diundang kali ini memang lebih unik. Selain Sanak famili dan kerabat serta tetangga-tetangganya di Rembang, juga diundang sahabat-sahabat beliau dari luar Rembang, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jombang, dan Kediri. Beberapa di antaranya terdiri dari para Kyai, Birokrat, Seniman dan Budaywan. Yang seniman dan budayawan antara lain Joni Aria Dinata (Yogyakarta), D. Zawawi Imron (Si ” Clurit Emas” dari Madura), Sosiawan Leak (Cerpenis), Pri GS (Kolomnis dari Semarang), Wes Ibnu Say (pendongeng anak-anak dar Yogyakarta), Ratih Sanggarwati (peragawati dan penyanyi asal Ngawi), dan si jumbo Dhalang Wayang Suket Slamet Gundono, orang asli Tegal yang sekarang bermukim di Solo.
 
Hajatan-Hajatan Sebelumnya
 
Sebagai gambaran gaya nyeleneh Gus Mus pada hajatan mantu antara lain sebagai berikut:
 
Mantu pertama: Pada puncak acaranya menampilkan penceramah Kyai (mBoys) Cak Nun (Emha Ainun Najib) dari Yogyakarta, lengkap dengan grup musik “Kyai Kanjeng”nya.
 
Mantu kedua: dipuncaki dengan penampilan hiburan berupa Musik Gambus Betawi Asli dari Jakarta pimpinan Saroya.
 
Mantu ketiga: pada malam hari setelah acara peresmian, Gus Mus nanggap wayang kulit dengan dhalang Ki Enthus Susmono dari Tegal, lengkap dengan seluruh peralatan dan personalnya.
 
Mantu keempat: Gus Mus mendatangkan para sahabat seniman dan budayawan, untuk didaulat membawakan cerita pendek dan puisi yang khusus bertemakan perkawinan. Para budayawan yang dihadirkan saat itu antara lain; Dr. Umar Khayam, Danarto, Darmanto Yatman, Pri GS, D. Zawawi Imron, A. Tohari, Kang Sobari, Ratna Sarompaet. Cendera mata yang diberikan kepada seluruh tamu yang hadir adalah Buku Kumpulan Cerpen Perkawinan yang diterbitkan oleh Yayasan Al-Ibris Rembang.
 
Mantu kelima: untuk menghibur masyarakat di malam harinya, Gus Mus mendatang para seniman asli Jawa Tengah, dan Komunitos Wayang Suket pimpinan Slamet Gundono. Seniman luar biasa bongsor Slamet Gundono mempergelarkan wayang suket dengan lakon bertemakan percintaan dalam perkawinan.
 
Dapat menantu dari “Networking”
 
Hajatan mantu yang keenam dilaksanakan pada hari Jumat dan Sabtu, tanggal 13 dan 14 Maret 2009. Putri Gus Mus yang bernama Almas Mustofa, dipersunting oleh Rizal Wijaya (dari Surabaya). Rizal Wijaya adalah seorang pegiat komunitas “Mata Air” Surabaya. Komunitas “Mata Air” adalah kelompok “networking” dengan tema akhlakul karimah berlandaskan ahlussunnah wal jamaah. Komunitas ini dulu dirintis oleh almarhum Gus Cholil Bisri ( kakak kandung Gus Mus). Sekarang pengelolaan dan kepemimpinan Komunitas “Mata Air” dilanjutkan oleh Gus Mus. Kelompok ini telah berkembang pesat di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Rembang, Lasem, Tuban, Jombang, Surabaya,Malang, Kediri, dan kota-kta lainnya. Dan dari komunitas Mata Air kelompok Surabaya inilah, Gus Mus dapat menantu baru yang ke-enam (Gus Rizal Wijaya).
 
Puncak acara mantu keenam adalah “Orasi ICMI”
 
Bukan karena dirancang secara khusus, namun barangkali hanya kebetulan saja bahwa pelaksanaan hajatan mantu yang keenam ini bersamaan dengan menggeliatnya suhu politik di negara kita, terkait dengan bakal diadakannya Pemilu Legislatif 2009. Dan inilah bukti kenyelenehan Gus Mus lagi. Dalam puncak acara hajatan kali ini, beliau membuat acara spontanitas berupa pidato (orasi) politik oleh “ICMI”. Jangan salah tafsir, ICMI yang ini bukan kepanjangan dari “Ikatan Cendekiawan Muslin Indonesia” tetapi ICMI yang dilontarkan dan diresmikan secara spontan oleh Gus Mus sendiri. ICMI versi Gus Mus ini kepanjangan dari ” Ikatan Caleg Miskin Indonesia”.
 
Gus Mus kali ini memang mengundang sahabat dan kenalannya juga dari kalang caleg, baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun pusat. Caleg yang diundang adalah dari seluruh partai peserta pemili tidak pandang bulu.
 
Sebelum acara orasi politik ICMI dimulai, Gus Mus selaku shohibul bait menjelaskan tentang aturan main orasi ini. Aturan tersebut adalah: (1) orasi politik ini boleh diikuti oleh segenap caleg yang hadir, tapi tidak boleh diwakilkan, (2) isi orasi tidak boleh saling menghujat antar partai, kelompok, golongan, maupun pribadi, (3) waktu orasi dibatasi hanya 5 s/d 7 menit. (4) sebagi pembawa acara (presenter) dalam acara ini adalah Joni Aria Dinata (seorang cerpenis dan sekaligus Redaktur Majalah Horizon Jakarta), dan tidak boleh mengelak, (5) pada saat para peserta berorasi, penonton tidak boleh membuat gaduh, tapi boleh tersenyum-senyum saja.
 
Alhasil, acara mendadak ini menjadikan acara penghiburan yang menyegarkan bagi para hadirin. Banyak hal-hal yang lucu pada saat para peserta berorasi. Maklumlah karena acara ini bersifat spontanitas, maka tentu saja banyak para peserta yang tak mampu mempersiapkan diri secara spontanitas pula. Inilah hiburan spontan murah meriah a-la Gus Mus, komentar beberapa tamu undangan lainnya.
 
Wayang Suket Slamet Gundono
 
Seniman dan Budayawan yang terlibat dalam acara ini antara lain Joni Ariadinata, D. Zawawi Imron, Sosiawan Leak, Wes Ibnu Say, Ratih Sanggarwati, Slamet Gundono dan lain-lain. Para seniman dan budayawan dari ibu kota dan kota-kota lainnya ini membawakan acara spontanitas berupa cerita, bersyair, menyanyi, nglawak dan lain-lain. Meski spontanitas, para seniman berpengalaman tersebut sangat bersemangat dan bisa melebur jadi sebuah tim kesenian. Bukan main.
 
Pada penutup acara ditampilkan Slamet Gundono untuk mendalang dengan lakon “Malam Pertama”. Dalam melaksanakan pagelarannya, Slamet Gundono juga berkolaborasi dengan teman-teman senimannya. Meski tanpa pasukan pendukungnya, Slamet Gundono tampil cukup maksimal, sehingga membuat para penonton tersihirkan sejenak untuk mengikuti jalannya pergelaranan wayang suket.
 
Kurang lebih pukul 01.00 Minggu dini hari tanggal 15 maret 2009. acara hajatan mantu keenam Gus Mus di akhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang ulama yang masih kerabat Gus Mus sendiri. Para tamu yang diundang maupun yang tidak diundang (termasuk saya sendiri hadir sebagai tamu yang tak diundang) bersama-sama pulang ke rumah masing-masing, dengan menyisakan kesan masing-masing pula. Kesan-kesan itu pasti akan berkeliaran dan desak-mendesak dalam kalbu masing-masing. Hemmmm….. Gus Mus ….. Gus Mus …
***

http://sastra-indonesia.com/2010/09/budaya-%E2%80%9Cmantu%E2%80%9D-a-la-gus-mus/

1 komentar:

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita