Jumat, 30 April 2021

Macomber, Santiago dan Alkohol yang Mengalir di Tenggorokanmu

Fatah Anshori *
 
Setelah membaca tiga buku Hemingway, The Short Happy Life of Francis Macomber, The Old Man and The Sea, dan Reportase-Reportase Terbaik Hemingway, seperti ada sesuatu yang harus dipindai, bahwa menulis tidak hanya sekedar menulis. Orang-orang boleh mengatakan menulis itu mudah. Tuangkan saja isi kepalamu, apa yang mengendap di kepalamu keluarkan saja seperti orang meludah. Mudah sekali bukan? Tapi sesuatu yang mudah biasanya akan tampak sepele, dibiarkan bahkan dilupakan. Umumnya semacam itu.
 
The Short Happy Life of Francis Macomber, adalah pintu pertama saya mengenal Hemingway. Ini adalah sebuah buku kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh Selasar, sebuah penerbit buku yang mungkin telah gulung tikar. Saya menemukan buku ini di toko buku kecil di Sungelebak Lamongan. Diikat menjadi satu dengan buku terbitan Selasar lainnya yang barangkali tak ada yang minat. Dibiarkan berdebu di rak paling atas. Buku ini menceritakan berbagai cerita yang saya rasa dekat dengan Hemingway. Mengingat ia adalah pria yang menyukai berburu, memancing, bertinju, matador, hingga bermain rugby. Dalam cerita pendek yang pertama Hemingway menceritakan sebuah perburuan di pedalaman hutan Afrika, dalam cerita itu Hemingway seolah berusaha menunjukkan bagaimana sebuah harga diri bekerja dalam aktivitas berburu, ia menunjukkan bagaimana perasaan Macomber ketika ia tak berhasil membunuh seekor singa, dan memilih bersembunyi di balik punggung si guide. Ada juga cerita tentang matador, dua anak manusia yang berlatih menjadi matador dengan kursi dan sebuah pisau tajam terikat di salah satu kaki kursi. Seorang membawa kursi itu berlari serupa banteng dan di sudut lain seorang mengibarkan kain merah untuk mengelabuhi banteng kursi, layaknya matador betulan. Dan sebuah tragedi terjadi. Beberapa cerita lainnya saya merasa seperti sesuatu yang samar, mengambang, menggantung dan entahlah, pertama kali membaca cerita-cerita Hemingway saya merasa ia tak ada bedanya dengan penulis-penulis lain. Biasa saja. Namun setelah membaca buku ketiga sedikit demi sedikit saya menyadari Hemingway seperti melakukan banyak eksplorasi dalam cerita-ceritanya.
 
Kemudian saya melanjutkan dengan membaca The Old Man and The Sea, buku kedua Hemingway yang saya baca. Setahu saya buku ini memang diterjemahkan oleh beberapa penerbit. Kebetulan saya membaca The Old Man and The Sea yang diterbitkan oleh Narasi. Buku tersebut menceritakan tentang seorang nelayan tua bernama Santiago yang dianggap beberapa nelayan setempat telah mengalami salao atau sebuah kesialan yang membuatnya menjadi nelayan paling miris karena berminggu-minggu melaut ia tetap bernasib sial, tak mendapat satupun ikan. Hingga pada suatu hari ia memutuskan untuk melaut di laut lepas ke Gulf Stream, yang terletak di Samudra Atlantik. Entahlah ketika Santiago mulai melaut semua perasaan, kecemasan, ingatan masa lalu seolah saling berkelindan di kepala Lelaki Tua. Hemingway seperti sedang mencampur adukkan semuanya, bagaimana seorang lelaki tua bertekad untuk mendapatkan Marlin besar. Saat kailnya mendapat tangkapan, perlawanan itu berlangsung. Entah kenapa dalam adegan perlawanan itu kentara sekali antara ambisi dan keputusasaan. Si Lelaki tua kerap kali mengeluh dan menyayangkan perbuatannya, karena tidak mengajak Si Bocah. Namun yang paling mengusik saya adalah cara mengakhiri cerita, novel ini seolah ingin memberi pangalaman muram sekaligus paling menggantung. Jika kau seorang penulis, mungkin juga novel ini akan memberimu pelajaran untuk membuat narasi yang melimpah ketika tokoh hanya dihadapkan pada satu tempat, meski saat membaca ada rasa lelah namun ketika selesai narasi yang melelahkan ini seperti menuntut untuk dibaca kembali.
 
Lantas di buku ketiga, Reportase-Reportase Terbaik Hemingway, sedikit atau banyak saya merasa ada yang berbeda dalam kalimat-kalimat Hemingway. Ia membuat kalimat-kalimat yang cerdas dan enak untuk dibaca. Beberapa ditemukan dalam awal kalimat pembuka tulisan. Di sini Hemingway tampak tidak main-main atau asal-asalan dalam menentukan pembuka tulisan. Ibarat pintu sebuah rumah, pintu itu dibuat dengan bentuk dan dekorasi yang lain dari pada kebanyakan pintu, sehingga setiap orang yang melihat akan penasaran dengan isi dalam rumah tersebut. Mungkin semacam itulah Hemingway melakukannya terhadap tulisan-tulisannya. Dalam reportase-reportase itu Hemingway memang tampak main-main dalam menulis. Ia seolah menulis perkara receh selama hidup di Paris. Namun untuk orang yang asing dengan Paris, buku itu tentu saja menjadi sangat berharga seperti sumber informasi nonformal tentang suasana Paris dari biaya hidup, budaya yang masih dijalankan hingga iklim politiknya. Bahkan dalam salah satu reportase itu, ia menulis sengketa Alkohol. Pemerintah mengeluarkan peraturan adanya larangan meneguk Alkohol, namun sebagaimana kebiasaan, orang-orang tidak dapat menerimanya dengan mudah. Lantas seseorang mengatakan, biarlah alkohol mengalir di tenggorokanmu dan air di bawah jembatan. Pernyataan itu secara tidak langsung seperti ingin mengungkapkan bahwa air tidak pantas untuk diminum, hanya alkohol yang layak untuk diminum sementara air adalah perkara yang mengalir di bawah jembatan. Begitulah, dalam menulis reportase-reportase ini Hemingway tampak seperti orang yang serba tahu dan sangat dekat dengan peristiwa itu. Juga satu lagi Hemingway lihai, peka, dan mampu mengangkat perkara receh menjadi berharga di mata pembaca.
***

*) Fatah Anshori, lahir di Lamongan, 19 Agustus 1994. Novel pertamanya “Ilalang di Kemarau Panjang” (2015), dan buku kumpulan puisinya “Hujan yang Hendak Menyalakan Api” (2018). Salah satu cerpennya terpilih sebagai Cerpen Unggulan Litera.co.id 2018, dan tulisanya termuat di Sastra-Indonesia.com sedang blog pribadinya fatahanshori.wordpress.com http://sastra-indonesia.com/2020/08/macomber-santiago-dan-alkohol-yang-mengalir-di-tenggorokanmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita