Kamis, 12 November 2020

"PESTA REMEH-TEMEH" DAN TITIK BALIK LELUCON

Lutfi Mardiansyah *
 
"Pesta Remeh-Temeh" (The Festival of Insignificance) adalah novel kesebelas dari Milan Kundera. Berlatar di Paris, novel tipis ini bercerita tentang Alain, seorang laki-laki yang memiliki ketertarikan khusus terhadap misteri pusar sebagai daya tarik seksual wanita; Ramon, seorang pensiunan intelektual yang kerap kali punya masalah dengan suasana hatinya--sebagaimana misteri pusar bagi Alain, suasana hati juga menjadi sesuatu yang menarik perhatian Ramon sedemikian rupa; D'Ardelo, mantan rekanan Ramon, seorang laki-laki berkepribadian narsistik yang selalu ingin menarik perhatian orang lain dengan berbagai cara, termasuk dengan merekayasa penyakit kanker yang tak dideritanya; Charles dan Caliban, dua sahabat Alain dan Ramon yang menjalankan sebuah firma katering; dan Quaquelique, laki-laki tua yang masih saja menyibukkan diri dengan wanita-wanita muda demi menghindarkan diri dari kebosanan dan demi mendapatkan suasana hati yang menyenangkan.
 
Sebagaimana novel-novel sebelumnya, di dalam buku teranyarnya ini Kundera masih mengandalkan lelucon, seks, dan politik sebagai racikan esensial dalam ceritanya. Ia mengetengahkan sosok Stalin yang gagal menggiring rekan-rekan seperjuangannya ke dalam lelucon yang dituturkannya sebagai simbol dari politik yang kehilangan rasa humor. Dan bagi Kundera, ini adalah satu penanda zaman baru, zaman di mana lelucon tak lagi mampu meringankan berat serta sulitnya hidup beserta hal-ihwal yang tak tertahankan.
 
Masalah eksistensi juga masih menjadi perhatian Kundera di dalam novelnya ini. Eksistensi, beserta segala kebebasan serta kehendak yang dimilikinya, ia benturkan langsung dengan hak asasi manusia yang dalam praktiknya malah terkesan--atau boleh jadi--paradoks: Manusia kerap mengingkari hak asasi manusia atas nama hak asasi manusia. Sebuah lelucon yang lain!
 
Kundera yang begitu rewel soal bahasa juga menciptakan adegan anekdotikal dengan menghadirkan tokoh Caliban yang berpura-pura menjadi seorang Pakistan dan berbicara dalam bahasa Pakistan fiktif kepada seorang gadis Portugis yang berbicara dalam bahasa Portugis. Dan, ternyata, dua orang yang berkomunikasi dengan dua bahasa yang berbeda dan tidak saling memahami itu bisa menjadi sedemikian intim!
 
Dalam "Pesta Remeh-Temeh," entah karena faktor usia atau hal yang lainnya, Kundera seperti ingin mengatakan bahwa dirinya tak lagi peduli dengan apa pun, dengan segala sesuatu. Tak ada yang serius di dalam kehidupan ini sehingga menyikapi kehidupan dengan serius hanya akan membuat tindakan itu sendiri menjadi konyol dan menggelikan.
 
Ada semacam 'titik-balik' di dalam novel ini, di mana Kundera, yang begitu percaya pada kekuatan lelucon, pada akhirnya berujar: "Hanya ada satu perlawanan yang memungkinkan: jangan menganggap serius lelucon." Pada tahap ini ia melihat bahwa lelucon--yang ia imani--ketika disikapi secara serius, pada gilirannya akan kehilangan kekuatan serta hakikatnya sebagai lelucon itu sendiri, sebagai sesuatu yang meringankan dan membebaskan kita dari sikap serius dan hal-ihwal yang serius.
 
Menarik manakala Kundera menukil pandangan Hegel ihwal "unendliche Wohlgemutheit"--suasana hati menyenangkan (good mood) yang tak terbatas; hal itu bisa dilihat sebagai harapan terakhir Kundera di usia senjanya, bahwa yang ia inginkan hanyalah merasa senang, melepaskan diri dari segala sesuatu, menghindarkan diri untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan menyibukkan diri dengan segala sesuatu, dan hanya berbahagia.
 
Dari mulai buku pertamanya, "The Joke" (1967), hingga bukunya yang paling akhir ini, "The Festival of Insignificance" (2014), Kundera telah sebisa mungkin membawa lelucon serta spirit humor hingga batas yang paling memungkinkan. Apa yang telah ditulisnya di dalam novel-novelnya semisal "The Joke," "The Unbearable Lightness of Being," "The Farewell Party," "Identity" dan "The Book of Laughter and Forgetting," ia kumpulkan, ia padukan, dan ia sarikan kembali di dalam "Pesta Remeh-Temeh" ini.
 
*) Lutfi Mardiansyah, lahir di Sukabumi, 4 Juli 1991. Menulis puisi dan prosa, serta menerjemahkan karya-karya sastra.
https://sastra-indonesia.com/2020/10/pesta-remeh-temeh-dan-titik-balik-lelucon/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita