Senin, 20 Juli 2020

MANUSIA RENDAH HATI SAPARDI DJOKO DAMONO

Maman S. Mahayana *

Sebuah pesan WhatsApp datang pagi ini, Minggu, 19 Juli 2020, 10.00: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB. Mohon doa. Al Fatihah.”

Langit tiba-tiba mendung. Tidak ada hembusan angin. Alam tampak kelam. Matahari meredup seperti turut merasakan kedukaan mendalam. Pak Sapardi … orang hebat yang baik itu, kini benar-benar pergi. Duh …. Inilah tokoh besar yang sebenar-benarnya Manusia-Seniman sejati. Reputasinya yang menjulang tinggi, tak membuatnya arogan, pongah, dan besar kepala. Sejauh yang saya kenal, ia selalu berusaha menghindar ketika saya—atau siapa pun, membicarakan karyanya. “Biarlah masyarakat sebebasnya memperlakukan karya itu. Saya malu kalau membicarakan karya sendiri,” begitu ujarnya.

Tak pernah sekali pun ia membusungkan dada memamerkan karya atau reputasinya. Di mana pun, dalam forum apa pun, ia tetap menempatkan diri sebagai Manusia rendah hati. Sapardi Djoko Damono adalah cermin hidup, bagaimana puja-puji dan sanjungan yang menghujaninya, tidak membuatnya lupa daratan.
***

Sapardi Djoko Damono (SDD) bagi saya adalah kisah tentang humanisme. Ia lahir dari keluarga bangsawan Solo, tapi tak pernah memakai gelar kebangsawanannya. Terbuka, egaliter, well come, asyik, dan selalu santuy!

Suatu hari, awal tahun 1980-an, ketika saya perlu surat keterangan yang harus ditandatangani Pak Sapardi sebagai Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan, saya datang terlambat ke ruang kerjanya. Ia sudah pergi diantar sopirnya. Padahal, surat itu harus dikirim pada hari itu juga. Saya sudah hopeless. Memang salah saya juga. Saya datang agak sore. Dengan perasaan lunglai, saya berniat pulang.

Ketika saya berjalan menuju halte bus kota, melewati kantor pos di kompleks FSUI, saya melihat mobil Pak Sapardi hendak keluar kampus. Segera saya berlari, berdiri di tengah jalan menghentikan mobilnya. Si sopir seketika terpaksa berhenti. Saya mendekati mobilnya, dan Pak Sapardi membuka kaca mobilnya.

“Ada apa?” tanyanya.

“Maaf Pak, saya perlu tanda tangan Bapak,” ujar saya.

“Ah, kamu. Mengagetkan saja. Kalau kau ketabrak, saya yang repot!”

Saya minta maaf sambil menyerahkan surat itu. Pak Sapardi menerimanya, membaca sekilas, lalu katanya, “Sini pulpennya!”

Saya gelagapan, karena saya tak bawa pulpen. Untung si sopir buru-buru menyerahkan pulpennya pada Pak Sapardi. Sret … selesailah surat itu ditandatangan Pak Sapardi.

Saya berterima kasih, dan si sopir pun menjalankan lagi mobilnya.

Oh, Pak Sapardi. Tidak ada wajah kesal sedikit pun ketika saya menghentikan mobilnya. Tidak ada wajah kesal sedikit pun ketika dia tahu, saya tak membawa pulpen. Dan enteng saja ia menandatangani surat itu, lalu menyerahkannya pada saya.

Oh, Pak Sapardi … Terlalu banyak kenangan humanisme yang saya pelajari. Cermin hidup guru sejati. Cermin hidup seniman sejati. Cermin hidup manusia rendah hati.

Terima kasih Pak Sapardi ….
***

Ketika Pak Sapardi sakit, kami menjenguknya di Rumah Sakit Cipto. Seperti lazimnya orang membezoek, kami bertanya itu ini. Pada saat itu, datang dua orang suster. Salah seorang tampak memperhatikan nama yang tertera di ujung tempat tidur. Ia lalu bertanya kepada SDD, “Dok, Dokter praktik di mana?” Teman saya tampak menahan tawa. Pak SDD menjawabnya dengan baik. Katanya, “Saya bukan dokter. Saya penyair. Dosen di Fakultas Sastra.” Suster itu tampak malu-malu.

Selepas kedua suster itu keluar, teman saya meledak tawa. Saya tak ikut tertawa, masih terpesona oleh jawaban SDD tadi. Sama sekali, tidak ada kesan merendahkan. Tidak ada! Caranya memberi keterangan seperti ia menjelaskan sesuatu kepada mahasiswanya.

Dalam kesempatan yang lain, ketika kami—saya, SDD, dan Budi Darma—menjadi juri sayembara novel –DKJ dan Yayasan Buku Utama—SDD kadang menjadi pendengar yang baik dan kompromistis. Selalu, hasilnya adalah kesepakatan bersama. Tidak ada kesan pilihannya mesti jadi juara. Kami betul-betul saling bertukar pendapat. Saya sungguh-sungguh belajar, bagaimana jadi manusia rendah hati. Kerendahhatian SDD itu pula yang mengingatkan saya pada satu peristiwa bersamanya. Waktu itu ada kegiatan berkaitan dengan Seminar HISKI. Kami berdua di sekretariat panitia. Ketika masuk waktu magrib dan kami bermaksud sembahyang berjamaah, SDD mempersilakan saya menjadi imam. Tentu saja saya menolak. Tetapi apa yang dikatakannya: “Silakan Pak Maman jadi imam. Anda kan lebih Islam dari saya!” Kami kemudian sembahyang berjamaah. Saya imam, SDD makmum. Dan ketika sujud, saya menangis. Luar biasa orang ini! Orang hebat yang rendah hati!

Sampai sekarang, saya masih harus terus belajar, bagaimana jadi manusia rendah hati!

Terima kasih Pak Sapardi … Selamat jalan … Alfatihah ….
***
http://sastra-indonesia.com/2020/07/manusia-rendah-hati-sapardi-djoko-damono/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita