Minggu, 22 Agustus 2021

Buku-Buku tanpa Kata

Setyaningsih *
Republika, 07 Agu 2016
 
Tanpa kata-kata, sebuah buku tetap menjadi buku. Memasuki toko buku akhir-akhir ini, kita bisa disapa oleh sekelompok buku tanpa kata-kata sebagai isian makna. Kata-kata barangkali hanya judul, pengantar, atau selingan, bukan kata-kata untuk dibaca.
 
Kata-kata diganti dengan gambar untuk diwarnai. Buku-buku itu dinamai Coloring Book for Adult. Tema flora, fauna, kain Nusantara, kartun, kota, pemandangan alam, dan tubuh manusia memberi ujian mewarna tanpa membaca.
 
Di beberapa toko buku yang saya datangi, buku mewarnai menempati rak bersama buku-buku berkata. Terkadang, buku-buku tanpa kata dan belum diwarna ini ditaruh di meja tersendiri dengan penampakan lebar dan nuansa putih.
 
Tidak dapat ditolak, saya bertemu buku puisi Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni (2016) yang telah berubah format menjadi buku mewarnai meski puisi masih ada. Pegawai toko buku dengan sadar telah mengubah ekologi buku Sapardi tidak lagi berada di rak buku sastra.
 
Buku mewarnai - puisi Sapardi barangkali jadi pembalikan konsepsi mewarnai dari melihat menjadi mewarnai dari membaca. Di sela-sela visualitas atas kota, alam, taman, gunung, manusia, daun, sepatu, kata-kata masih ada dalam jelma puisi.
 
Pengalaman biografis mata belajar warna telah mengajari bahwa daun itu berwarna hijau, langit berwarna biru, tomat berwarna merah. Namun, warna seperti apa yang hendak diterakan saat menemu kata sembilu, sukma, tangis, kenangan, gelisah, bunyi, dan rindu. Apa warna yang pas memberi nyata pada perasaan.
 
Sedari awal pengajaran mewarnai, tangan kita memang diajar sering memberi warna benda yang tampak, diam, atau nyaris dianggap selalu mati. Hak mewarnai perasaan mungkin terlalu gaib dan magis hingga sering kali hanya menjadi urusan psikolog, paranormal, ahli cakra, atau dukun sekalipun.
 
Semakin dewasa, buku-buku penuh warna ditinggalkan dalam hening masa kecil, beralih ke masa depan penuh teks, huruf, angka, dan tanda baca. Tubuh seakan-akan tidak disempatkan memiliki persediaan memori mengingat warna yang bercerita suka dan lara mewaktu-memeristiwa.
 
Membaca dua jilid novel grafis Kim Dong Hwa berjudul Sepeda Merah 2 (2012), kita diperbolehkan merasa terpesona saat warna berpadu malu-malu dengan gambar dan cerita. Setiap musim, rumah-rumah di desa, peristiwa, dan perasaan jiwa manusia memiliki warna.
 
Setiap hari, sepeda merah si tukang pos menyapa kupu-kupu kuning putih, rumah kuning dalam kehijauan, rumah bergenting merah, dan bunga merah di tepi sungai. Ada tumpukan batu keabuan mewakili kerinduan lelaki tua pada istri yang telah tiada.
 
Di hadapan latar pegunungan dan langit senja, ada dua lelaki tua desa yang tengah berbincang mempertanyakan pada diri, Dan warna apakah ini yang tengah kita renungi? Apakah ini warna emas? Ataukah matahari terbenam? Umur mereka seperti warna langit sore.
 
Para orang tua telah berhasil melewati tahun-tahun kehidupan di tengah modernitas yang mendatangkan konflik batin; pencemaran sungai, bisnis properti menggusur tanah desa, urbanisasi, dan pendidikan modern.
 
Puisi Keluarga garapan Mardi Luhung (2016) pun mengingatkan pendar-pendar warna dalam lembaran peristiwa berkeluarga. Mengingat keluarga justru tidak terjadi lewat pengingatan atas sifat personal yang sering digunakan untuk mendefinisikan orang lain.
 
Kita cerap: Ibuku hijau. Ayahku kuning. Dan aku merah. Lalu aku menikah. Istriku putih. Maka anak-anakku campuran warna. Kadang kuning-merah. Kadang merah-hijau. Kadang hijau-putih. Dan kadang malah tak tersebut. Tapi tetap memberi arah. Dan mengarahkan jalan-jalan yang aku lalui.
 
Warna diimajinasikan sebagai permulaan biar ada cerita-cerita tercipta. Mardi Luhung melanjutkan, Jadinya, kami menduga, dulu, dulu sekali, si pertama yang menegak tidaklah membaca. Apalagi menulis. Tapi menggambar dengan warna: Hijau untuk pohon. Biru untuk laut. Kuning untuk matahari. Dan bening tak tersentuh untuk Yang Maha.
 
Buku mewarnai kekinian bagi orang dewasa memang lebih dibebani tugas menghilangkan frustasi. Harga memang mahal, namun kualitas kertas dipastikan bagus. Beberapa malah menampilkan pengantar berupa panduan psikologis atas warna sepaket dengan pensil warna merek terkenal.
 
Segala ruwet masalah entah jadwal kerja, mengurus rumah tangga, ujian, kemacetan, penghasilan, dialihkan kepada warna. Tidak masalah mendatangkan warna-warna tanpa kata di awal dan di akhir. Buku menjadi sekadar pelarian, sulit ada serumpun kata apalagi ilmu yang disakralkan dan melegakan kebodohan. Bahkan, sakral juga telah digagalkan menjadi milik warna.
***
 
*) Setyaningsih, Redaktur buletin resensi Bukulah (edisi online di bukulah.wordpress.com), bergiat di Bilik Literasi Solo,  Penulis buku kumpulan esai Bermula Buku, Berakhir Telepon (Jagat Abjad, 2016) 10 besar lomba mewarnai 45 Tahun Tempo. http://sastra-indonesia.com/2021/08/buku-buku-tanpa-kata/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita