Jumat, 13 Agustus 2021

L.K. Ara dan Semangat Sastra yang Terus Menyala

Lesik Keti Ara, Sosok inspiratif dari Tanah Gayo
 
Willy Ana
steemit.com
 
ANAK-anak muda pegiat sastra menyapanya dengan sebutan Ayah. Ayah Ara. Termasuk saya. Putra kelahiran kutelintang Takengon Aceh Tengah 12 November 1987 adalah salah seorang sastrawan penting Indonesia. L.K. Ara, nama lengkapnya Lesik Keti Ara, adalah seorang penyair yang hingga sekarang terus berkarya dan terus aktif dalam kegiatan-kegiatan sastra di mana saja. Meskipun usianya sudah senja, 81 tahun, ia tak pernah lelah. Ia kerap hadir di banyak kegiatan sastra di dalam dan luar negeri. Penampilannya teduh dan bersahaja. Ia sosok "ayah" bagi para penulis muda seperti saya.
 
Bukan hanya berkarya, LK Ara juga masih bekerja dalam bidang yang sangat dicintainya yakni dunia buku. Ia ikut mengelola perpustakaan milik sebuah grup bisnis retail terkemuka di Indonesia. Jadi pagi-pagi ia sudah ke kantor, sore ia pulang ke tempat tinggalnya -- sebuah kamar kost di kawasan Kemang, persis di belakang Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. "Kalau pagi saya jalan kaki ke kantor. Sambil olah raga. Pulangnya baru naik bajaj," ujarnya suatu kali ketika kami bertandang ke tempat tinggalnya. Tempat kerjanya berjarak sekitar satu hingga satu setengah kilometer dari tempat tinggalnya.
 
Ia memilih tinggal di tempat kos dekat tempat kerja. Adapun rumah pribadinya berada di Cimanggis, Depok. "Tidak kuat kalau harus jalan dari Cimanggis tiap pagi ke Blok M," ujarnya pada saat yang lain. "Belum lagi macetnya." Memilih kos juga membuat ia bisa menghemat waktu yang bisa ia pergunakan untuk menulis dan membaca. Setiap hari selalu ada puisi yang ia tuliskan. Sebelumnya, puisi itu sering diposting di Facebook dan grup Ruang Sastra. Belakangan ia mengenal Steemit dan puisi-puisinya pun diposting di media sosial berbasis blockhain itu.
 
Kegiatan menulis sudah ia mulai sejak duduk di bangku SMP. Putra Gayo ini mengenyam pendidikan di Bangku SD dan SMP Takengon, pendidikan di Taman Madya (Taman Siswa Medan) dan meneruskan pendidikan di perguruan tinggi Jurnalistik, Medan . Ayah Ara juga pernah menjadi guru SMP Sinar Kemajuan Jakarta pada tahun 1959. Ia juga bekerja di kantor Kabinet Perdana Menteri hingga tahun 1962. Setahun kemudian ia pindah ke Balai Pustaka sampai pensiun tahun 1985. Saat ayah Ara bersekolah di Taman Madya Medan , ia menjadi Redaktur Kebudayaan Mimbar Umum yang terbit di Kota itu. Kala itu, ia banyak menulis sajak-sajak yang dimuat Majalah Indonesia, Mimbar Indonesia, dan Pustaka Budaya, Jakarta. Buku-buku yang ia lahirkan tak hanya puisi, juga esai, analisis sastra, hingga buku cerita anak.
 
L.K. Ara tercatat sebagai pengarang yang menulis lebih banyak genre karya sastra. Hingga sekarang tercatat lebih 20 buku puisi yang ia terbitkan dan puluhan buku lain seperti buku cerita anak, puisi anak, cerita rakyat, esai, teks budaya, karya-karya sastra tradisi, seperti didong dan pantun, dan sebagainya. Ia juga sering bekerjasama dengan teman-teman sesama penyair seusianya pada waktu itu untuk membuat antalogi sastra bersama. Antara lain : Bersama sahabatnya Taufiq Ismail, ia menyusun antalogi sastra Aceh dengan judul Seulawah (1995).
 
Ayah Ara juga dikenal aktif dalam seni pentas. Pada tahun 1967 ia ikut mendirikan Teater Balai Pustaka bersama Rusman Sutiasumarga dan M. Taslim. Ia juga dikenal sebagai "penaja" yang membawa dan memperkenalkan kesenian dari Aceh yaitu Toet . Ayah Ara juga tercatat sebagai ketua Asosiasi Kesenian Gayo (ASG). Dan tahun 2005 ia menjadi motor penerbitan buku-buku sastra di Bangka Beliting (Babel).
 
Ayah Ara tidak pernah letih dan patah semangat dalam dunia sastra. Ia benar-benar mendedikasikan dirinya ke dunia kesenian. Ia tak henti menerbitkan karyanya. Hampir tiap tahun ada bukunya yang terbit. Pada tahun lalu (2017) ia menerbitkan kumpulan puisi Sufistik berjudul "Ucap Gemercik Air". Dan buku ini diluncurkan di Perpustakaan MPR RI. Yang dihadiri oleh puluhan penyair termasuk saya @willyana dan Bapak Ahmad Depoditiro, Direktur Pasaraya.
 
Tahun lalu sejumlah sastrawan yang dikoordinatori oleh saya @willyana dan @musismail mengajak sejumlah sastrawan Indonesia dan negeri tetangga untuk memberikan apresiasi sekaligus memperingati ke-80 tahun usia beliau. Kami membuat antalogi sastra 80 tahun LK Ara. Dengan judul Jejak Kata (penyusun @musismail, @willyana, Imaji Indonesia). Peluncuran buku ini diselenggarakan di sebuah kafe berlokasi di Jakarta yang berada di samping Hotel Melineum yaitu Boulevard Aceh Coffee. Acara itu diadakan bertepatan dengan 80 hari kelahirannya pada November 2017. Alhamdulillah peluncuran buku ini sukses. Dengan dihadiri sejumlah sahabat dekat Ayah Ara dan penyair lainnya. Antara lain, Yose Rizal Manua, Eka Budianta, Fikar W Eda, @jkfarza, dan lain-lain.
 
Meskipun usianya sudah senja, tapi ayah Ara tetap memberikan inspirasi kepada anak-anak muda terutama di kalangan penulis atau penyair dan seniman untuk jangan berhenti menulis dan berkarya, Jangan patah semangat. Tidak hanya mendukung seniman sastra, ia mendukung seniman bidang seni apa saja. Kini, misalnya, ia tiap hari menulis puisi yang dipersembahkan untuk Nabila, putri Gayo yang sedang berkompetisi di Liga Dangdut Indosiar. "Tiap hari saya menulis satu puisi berjudul Bunga Nabila," ujarnya. Nabila, yang menjadi peserta dari Aceh, masuk enam besar kompetisi itu. Tercatat sudah lebih dari 15 puisi yang ia ciptakan untuk Bunga Nabila ini. Tak hanya itu, ia juga beberapa kali menonton langsung penampilan Nabila di stasion televisi Indosiar.
 
Pada tanggal 6 April 2018 lalu, ayah Ara diundang ke Istana Negara dalam acara pertemuan para seniman dan budayawan dengan Bapak Presiden Jokowi. Ayah Ara pun punya ide membuat buku puisi tentang Pak Jokowi ketika tinggal dan bekerja di Tanah Gayo. Sekarang ia sedang menyiapkan buku itu yang direncanakan terbit dalam tahun ini. Saya sempat diperlihatkan rancangam awal cover buku itu.
 
Ide-idenya memang terus muncul untuk menulis dan mewarnai sastra dan kesenian Indonesia. Semoga Ayah Ara selalu sehat dan terus menginspirasi sampai akhir hayatnya.

Depok, 30 April 2018 http://sastra-indonesia.com/2021/08/l-k-ara-dan-semangat-sastra-yang-terus-menyala/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita