Rabu, 25 Agustus 2021

Kampus USU Padang Bulan, Sepi Kreatifitas Sastra

Yulhasni
analisadaily.com
 
Siapa yang tak mengenal Universitas Sumatera Utara (USU) dengan kreatifitas sastranya? Agak terkesan arogan memang, tetapi barangkali pernyataan itu sebagai sebuah keprihatinan yang mendalam atas apa yang sering saya sebut sebagai “kemandekan kreatifitas sastra”.
 
Saya tidak punya referensi yang akurat soal sejarah perkembangan kreatifitas sastra di USU. Hanya dari beberapa literatur yang sempat saya akses dan bincang-bincang dengan alumni, USU atau dipersempit dengan Fakultas Sastra USU (sekarang Fakultas Ilmu Budaya), USU pernah melahirkan sejumlah penyair, cerpenis, dan esais/kritikus sastra.
 
Kurun waktu itu kabarnya sempat berhenti di era 90-an. Sejak itu, kreatifitas sastra telah diambil alih anak-anak Unimed, IAIN, UMSU dan UMN. Peta percaturan kreatifitas sastra nyaris tidak menyebut nama USU sama sekali. Tentu saja ini patut menjadi keprihatinan, terutama bagi civitas akademika USU. Bahkan dari berbagai pertemuan sastra yang saya hadiri, kita tidak menemukan lagi hal itu berlangsung secara intensif di Kampus USU Padang Bulan.
 
Padahal sebelumnya dari kampus ini dikenal sejumlah penulis pada era 70-an sampai 80-an, sebut saja Jaya Arjuna, Idris Pasaribu, Saut Situmorang, R Mulia Nasution, SL Faris, Hidayat Banjar, Harus Al Rasyid, Syaiful Hidayat, Yusrianto Nasution, Panca Wardhana Sebayang, Thompson HS, Maz Mansur dan sebagainya. Di era 90-an juga muncul sejumlah penulis seperti Ibrahim Sembiring, Agus Mulia, Mhd Yasin, Emil W Aulia, Amelia Zuliyanti Siregar, Denny S Batubara, Tikwan Raya Siregar, Ibrahim Sembiring, Mukhlis Win Aryoga dan beberapa diantaranya.
 
Setelah itu, meski muncul beberapa nama, namun geliatnya tidak seheboh beberapa tahun sebelumnya. Bahkan jika tidak berlebihan, kampus USU yang identik dengan Kampus Padang Bulan, telah mati suri dalam kreatifitas sastra. Kita tidak menemukan lagi penulis sastra yang menghiasi pelbagai surat kabar di daerah ini. Mungkin lebih tepatnya, geliat sastra telah menghilang dari USU. Jika ditelusuri secara sederhana, geliat sastra itu hanya jadi milik beberapa komunitas dan itu pun sifatnya temporal seperti Teater O USU.
 
Geliat sastra yang dimaknai dalam arti luas misalnya juga bisa dilihat dari usaha penerbitan karya-karya sastra, baik pada tingkat lokal maupun regional. Saya masih mencatat, terakhir sekali penerbitan buku yang lahir dari Fakultas Sastra USU adalah kumpulan puisi tentang tsunami Aceh yang digagas Selwa Kumar dan kawan-kawan. Selepas itu, meski dari kampus lain geliat penerbitan terus berkembang pesat, kampus Padang Bulan adem-adem saja.
 
Suatu ketika dalam diskusi di Unimed yang diadakan KSI-FPBS Unimed, Saut Situmorang sempat menyentil perubahan nama Fakultas Sastra USU menjadi Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Katanya, dengan perubahan itu sama saja menghilangkan tujuan Fakultas Sastra untuk melahirkan para peneliti, apresiator dan penelaah sastra. Pada sisi tertentu pernyataan itu bisa dibenarkan. Akan tetapi saya tidak mengarah kepada perubahan nama saja melainkan jauh dari itu kebijakan kampus untuk mampu memberi ruang yang seluas-luasnya bagi pengembangan kreatifitas sastra. Sebagai catatan, nasib menyedihkan misalnya dialami Teater O USU yang tidak mempunyai anggaran per tahun untuk kegiatan kesenian.
 
Problem apakah sebenarnya yang terjadi di Kampus Padang Bulan itu, sehingga terjadi kematian yang panjang dalam kreatifitas sastra? Apakah proses kreatif itu memang saatnya dimatikan di kampus negeri ternama ini? Beberapa kalangan sempat beralibi bahwa ruang kreatifitas itu harusnya dilihat ke kampus Fakultas Sastra dan tidak bisa digeneralisasi untuk USU. Pada bagian lain mencari alasan bahwa Fakultas Sastra bukan melahirkan sastrawan tetapi peneliti sastra. Sayangnya memang kedua alibi tersebut hingga sekarang hanya sebuah jawaban dari ketidakmampuan berbagai kalangan di USU untuk mencari jalan keluar bagi pengembangan kreatifitas sastra.
 
Pada masa-masa dulu kreatifitas memang tidak mengenal latar belakang disiplin. Saya menyebut satu nama misalnya Emil W Aulia. Lelaki yang kerap menulis cerpen dengan nama Malin Murad ini justru kuliah di Fakultas Hukum USU. Emil bahkan telah melahirkan novel berjudul Berjuta-juta Dari Deli yang diterbitkan Gramedia Jakarta.
 
Jika alasan misalnya Fakultas Sastra USU bukan tempat mencetak sastrawan tetapi melahirkan peneliti sastra, sayang hingga sekarang setelah era Alm Prof Ahmad Samin Siregar, Drs Irwansyah MS dan Prof Dr Ikhwanuddin Nasution, MSi dan Syaiful Hidayat kita tidak menemukan nama lain yang rajin memberi apresiasi atas karya sastra lokal di Sumatera Utara ini. Bahkan pada tingkat mahasiswa sekali pun, saya belum menemukan satu atau dua nama yang bisa disejajarkan misalnya dengan Sakinah Annisa Mariz dan Wahyu Wiji Astuti dari Unimed misalnya.
 
Melirik dan mengikuti sejumlah komunitas sastra yang lahir di daerah ini, meski dengan cara dan teknik muncul yang beragam, keprihatinan pantas dialamatkan ke Kampus Padang Bulan. Dari sekian komunitas yang lahir, hampir keseluruhan berasal dari kampus non-USU. Dalam perspektif kreatifitas, kita memang tidak bisa kemudian mengatakan bahwa kehilangan nama USU menjadi barometer hilangnya kualitas penciptaan.
 
Saya tidak hendak membuat dikotomoni soal kualitas penciptaan, akan tetapi terkait dengan kemunculan itu kerinduan terhadap kreatifitas anak-anak USU tentu saja menarik diwacanakan. Kemana kreatifitas sastra yang dulu pernah menghiasi sejumlah media cetak lokal dan nasional itu? Apa yang tengah terjadi di Kampus Padang Bulan, sehingga proses kreatif itu hilang begitu saja?
 
Problem di kampus lain, saya kira hampir sama, karena proses kreatifitas mahasiswa jarang mendapat apresiasi dari kalangan petinggi kampus. Hal itu tentu saja tidak membiarkan terjadinya “mati suri” kreatif. Ada benang merah yang melatarbelakangi terjadi proses seperti itu. Salah satu ukuran yang bisa dijadikan pemikiran yakni tidak terjadi proses interaksi kreatif antara dosen dan mahasiswa dalam melahirkan karya sastra. Proses interaksi itu misalnya dilihat dari seberapa besar apresiasi dosen terhadap mahasiswa yang berkreatifitas di bidang sastra. Interaksi itu yang saya kira telah hilang di Kampus USU Padang Bulan. Lantas apakah semua orang di USU sana berdiam diri?
 
Saya omong-omong dengan Idris Pasaribu, walau aluimni Fakultas Hukum USU (1972-1979) dan Jaya Arjuna Fakultas Teknik USU, mereka juga sangat menyayangkan, FIB sekarang tidak bisa berbuat apa-apa untuk kreatifitas sastra di Indoinesia.
 
Menurut Jaya Arjuna, rekan Idris Pasaribu beberapa kali mengundang anak-anak sastra USU untuk bisa ikut bergabung dengan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) yang dipimpinnya setiap sabtu di bawah Pokok Asam, sayangnya tiodak ada yang berminat. Sastra harus jalan, hingga menurut Jaya Arjuna, Idris harus puas membina anak-anak dari Unimed, UMSU, Darma Agung dan Medan Area dan mereka melahirkan karya-karya yang menyebar di Indonesia.

*) Dosen FKIP UMSU dan Alumnus FS USU Medan /31 Jul 2011 http://sastra-indonesia.com/2011/08/kampus-usu-padang-bulan-sepi-kreatifitas-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita