Senin, 30 Agustus 2021

Cerpen Terbaik Bilik Sastra VOI RRI: Karya Nadia Cahyani dan Nessa Kartika

Pipiet Senja *
 
Membincang Karya TKI
 
Bilik Sastra mengudara mulai Minggu, 16 Januari 2011 pukul 13.05 sd 14.00 WIB. Siarannya melalui live streaming VOI, http://id.voi.co.id/. Siaran kedua yang merupakan launching secara resmi dilaksanakan 23 Januari 2011, langsung dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Yasin Taman Ismail Marzuki.
 
Program Bilik Sastra VOI RRI, ditujukan untuk membincang karya mereka yang sedang berada di mancanegara. Setiap hari Minggu pukul 13.00 – 14.00, kru VOI RRI Bilik Sastra mengudara, membacakan dua cerpen yang masuk. Kemudian kedua cerpen itu akan dibincang oleh Pipiet Senja melalui sambungan telepon atau Skype.
 
Sejak terlibat dengan Bilik Sastra ini, sebagai pembincang bertambahlah aktivitasku alias urusannya. Jika sedang di rumah, tidak masalah bisa dilakukan melalui Skype. Bahkan saya acapkali sengaja hadir menyemarakkan kru VOI RRI Bilik Sastra di studio, jalan Merdeka Barat. Jumpa dengan rekan-rekan, para angkasawan dan angkasawati; Mas Prapto, Mas Rizal dkk. Mereka yang selalu bersemangat dan, aku bergabung membincang karya secara langsung.
 
Masalah akan timbul jika aku sedang bepergian dan itu acapkali terjadi. Karena kebanyakan urusan undangan seminar atau workshop kepenulisan ke luar daerah atau mancanegara adalah akhir pekan, termasuk hari Minggu.
 
Ketika aku berada di kawasan pedalaman Sumatera, umpamanya. Tak ada sinyal, tak bisa akses telepon apalagi internet. Jadi, aku menyempatkan lari dulu, tepatnya dilarikan oleh seorang panitia ke kawasan kota. Barulah aku bisa Skype-an atau telepon, bincang karya yang ditampilkan pekan itu.
 
Demikian pula ketika aku berada di Singapura. Mereka sama sekali tak bisa menghubungiku, bahkan aku lupa telah mengganti simcard M3 dengan kartu lokal. Dasar Manini, alamak, maafkan ya, Bilik Sastra!
 
Ketika berada di Malaysia, aku sedang makan siang bersama keluarga Aninda Lokeswari di sebuah rumah makan. Aku minta izin dulu, menunda acara makannya, kemudian bergegas mencari sudut aman agar bisa dihubungi kru Bilik Sastra.
 
Pernah juga di tengah Tol, sinyal tidak tertangkap, jadi kendaraan yang kutumpangi minggir lebih dahulu. Sampai aku selesai membincang karya, kemudian barulah kami melanjutkan perjalanan.
 
Aktivitas yang sangat unik ini menyenangkan hatiku menjelang usia senjaku. Kadang jadi terkenang, seperti bernostalgia, ketika remaja pernah menjadi seorang penyiar di Cimahi.
 
Dulu, aku pun sering mengikuti acara yang disebut Pelangi Budaya dari RRI Jakarta. Beberapa kali pula aku mengirimkan puisi remaja, kadang dibacakan, tapi lebih banyak dilupakan alias dibuang, barangkali, entahlah!
 
Pada Bilik Sastra ini sama sekali tak ada istilah karya yang diabaikan apalagi dibuang. Semua karya yang masuk akan dibincang, kemudian diagendakan untuk dibukukan pada saatnya kelak.
 
Sesungguhnya tidak hanya karya dari TKI saja yang berdatangan melainkan juga non TKI lainnya seperti; mahasiswa, ibu rumah tangga, dan dosen luar biasa di mancanegara, seperti Nostalgiawan dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
 
Hanya saja, jika dihitung, ternyata TKI paling gencar menyerbu Bilik Sastra. Luar Biasa!
 
Sukaduka di Balik Wawancara Dengan TKI
 
Tak kurang hebohnya, ada kisah lucu, dramatik dan mengharukan ketika kru Bilik Sastra berusaha menghubungi TKI yang karyanya sedang dibincang.
 
Umpamanya, di tengah wawancara tiba-tiba terdengar suara; “Aduuuuh!” Seruan itu sungguh mengagetkan kami, para kru di studio. Sebelum kami bertanya, tiba-tiba hubungan terputus total!
 
Belakangan ketika ditelisik, TKI tersebut mengaku bahwa tiba-tiba kepalanya digetok oleh cucu majikan lansia yang dirawatnya. Karena sang anak tidak suka melihatnya bertelepon agak lama.
 
Nessa Kartika, minta waktu kepada majikannya untuk ngumpet di kamar mandi, kemudian barulah bisa tenang dihubungi kru Bilik Sastra. Tan Bahend ketika dihubungi kru Bilik Sastra, hanya bisa melakukan wawancara sambil mencuci pakaian di lantai atas, tepatnya di atap apartemen majikannya.
 
Mega Vristian juga sengaja mengunci diri di kamarnya. Nyata terdengar isaknya yang tertahan. Karena cerpennya berupa kisah nyata, tentang anak asuh yang dirawatnya sejak bayi dan saat itu sedang berulang tahun ke-17.
 
Dan banyak lagi kisah lucu, sekaligus mengharukan yang patut dibukukan. Demikianlah perjuangan para BMI kita di mancanegara!
 
Dewan Penjurian Cerpen
 
Sejak sebulan yang silam, ada ide dari Bapak Kabul Budiono, karya yang masuk sampai akhir bulan Juli akan diseleksi, dipilih dan dinobatkan sebagai Cerpen Terbaik versi Bilik Sastra.
 
Rapat pertama memutuskan bagaimana kriteria penjurian dan siapa saja yang akan menjadi Dewan Juri. Rapat kedua, aku berada di Jogja jadi tak bisa hadir. Akhirnya pada rapat terakhir, Jumat, 29 Juli 2011, terpilihlah dua cerpen terbaik, dan berhak mendapatkan hadiah sbb; tiket Jakarta-Hong Kong pp untuk pemenangnya dari Hong Kong, yakni Nadia Cahyani, seorang BMI HK yang sedang berada di Ngawi. Tiket Jakarta-Singapura pp untuk Nessa Kartika, BMI Singapura.
 
Hadiah lainnya selain didatangkan dari tempat mereka berada adalah menginap di hotel berbintang selama 3 malam, dan diikutsertakan pada acara Hari Kemerdekaan RI ke-66 di Istana Merdeka.
 
Karena sponsornya hanya untuk TKI, jadi tahun ini terpaksa karya-karya penulis non TKI tidak diikutsertakan. Insya Allah untuk tahun depan direncanakan untuk dinilai seluruhnya. Janjinya Pak Kabul Budiono loh, hehe!
 
Demikian pula cerpen yang pernah dibincang yang diambil dari buku antologi Surat Berdarah Untuk Presiden, tidak diikutsertakan sebagai karya yang akan dinilai. Menimbang bahwa karya-karya tersebut memang telah dibukukan, terkait dengan poin perjanjian bersama penerbit.
 
Rapat Penjuriannya lumayan alot, karena masing-masing juri berusaha mempertahankan argumen atas pilihan karya terbaiknya. Jurinya terdiri dari saya sebagai pembicang dan sastrawan, dari Pusat Pengajaran Bahasa, Atmajaya; Paulina Chandrasari Kusuma, M.Hum. Satu lagi dari pihak BNP2TKI, Nana, sebagai pendamping agar memudahkan izin cuti 3 hari untuk dua pemenang tersebut.
 
Dari 12 cerpen yang dirating teratas, akhirnya terpilihlah karya Nadia Cahyani dengan cerpen Silhuet Pahlawan. Satu lagi karya Nessa Kartika dengan cerpen Kelereng Putih.
 
Kepada Nadia Cahyani, BMI Hong Kong dan Nessa Kartika BMI Singapura, saya mengucapkan; Selamat, ya, semoga kemenangan ini akan menambah daya lecut yang hebat, agar kalian melahirkan karya-karya dahsyat di kemudian hari!
 
30 July 2011

*) Pipiet Senja, kelahiran Sumedang 16 Mei 1956, telah menerbitkan buku remaja, anak-anak, ABG dan memoar; 103 judul, menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda, tinggal di Depok, punya anak dua dan cucu dua, bekerja di Penerbit Zikrul Hakim, Jakarta, ibu para BMI Hong Kong, Malaysia, Macau, Singapore, aktif di komunitas Forum Lingkar Pena, suka keliling Tanah Air yang kucintai segenap hati.  http://sastra-indonesia.com/2011/08/cerpen-terbaik-bilik-sastra-voi-rri-karya-nadia-cahyani-dan-nessa-kartika/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Syauqi Sumbawi A.S. Dharta Abdul Hadi WM Abdul Wachid B.S. Abdullah Abubakar Batarfie Abdurrahman Wahid Achmad Faesol Achmad S Achmad Soeparno Yanto Adin Adrian Balu Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Sasongko Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Prasmono Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Mustofa Bisri Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akhudiat al-Kindi Alex R. Nainggolan Ali Ahsan Al Haris Ali Audah Ali Syariati Amien Kamil Amien Wangsitalaja Andhika Dinata Andi Neneng Nur Fauziah Andra Nur Oktaviani Andrenaline Katarsis Andy Riza Hidayat Anindita S. Thayf Anton Kurniawan Anton Sudibyo Aprinus Salam Arafat Nur Arif Hidayat Arman A.Z. Arthur Rimbaud Asap Studio Asarpin Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Badaruddin Amir Bagja Hidayat Balada Bambang Riyanto Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernadette Aderi Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Butet Kartaredjasa Cak Bono Catatan Cecil Mariani Cerbung Cerpen Chairil Anwar Charles Bukowski Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dahta Gautama Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Danarto Dara Nuzzul Ramadhan Dareen Tatour Darju Prasetya Darojat Gustian Syafaat Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Sartika Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dianing Widya Yudhistira Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Pitono Djoko Saryono Djoko Subinarto Doan Widhiandono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Anggoro Dwi Cipta Dwi Klik Santosa Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Erik Purnama Putra Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esti Nuryani Kasam Evan Ys Evi Idawati F Aziz Manna F. Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Farah Noersativa Faris Al Faisal Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Firman Wally Fiyan Arjun Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L) Franz Kafka Galih M. Rosyadi Galuh Tulus Utama Ganug Nugroho Adi Garna Raditya Gendut Riyanto Goenawan Mohamad Gola Gong Gombloh Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gurindam Gusti Eka H.B. Jassin Halim HD Hamdy Salad Hamka Hari Sulastri Hasan Aspahani Hasan Gauk Hasbi Zainuddin Hasif Amini Hasnan Bachtiar Helvy Tiana Rosa Hermawan Mappiwali Herry Lamongan Hikmat Gumelar HM. Nasruddin Anshoriy Ch Hudan Hidayat Humam S Chudori Ibnu Wahyudi Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idris Pasaribu Ignas Kleden Iksaka Banu Ilham Imam Muhayat Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Arlado Imron Tohari Indra Tjahyadi Indrawati Jauharotun Nafisah Indrian Koto Inung As Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Ismi Wahid Iva Titin Shovia Iwan Fals Iwan Kurniawan Jakob Oetama Janual Aidi JJ. Kusni Johan Fabricius John H. McGlynn Jordaidan Rizsyah Jual Buku Sastra K.H. A. Azis Masyhuri Kadjie Mudzakir Kahfie Nazaruddin Kahlil Gibran Kamajaya Al. Katuuk Kamran Dikarma Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khatijah Khoirul Inayah Ki Dhalang Sulang Ki Ompong Sudarsono Kikin Kuswandi Kodirun Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Sastra Mangkubumen (KSM) Komunitas Teater Se-Lamongan Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kucing Oren Kurniawan Junaedhie Kurniawan Muhammad Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Larung Sastra Latief S. Nugraha lensasastra.id Leo Tolstoy Leon Agusta Linda Christanty Lutfi Mardiansyah M. Aan Mansyur M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Harir Muzakki M. Lutfi M. Shoim Anwar M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marniati Martin Aleida Mashuri Masuki M. Astro Matroni Muserang Mawar Kusuma Max Arifin Melani Budianta Mihar Harahap Mikael Johani Miziansyah J. Moch. Fathoni Arief Moh. Ghufron Cholid Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Muhammad Hanif Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammadun AS Muhidin M. Dahlan Mulyadi SA Munawir Aziz Murnierida Pram Myra Sidharta Nadia Cahyani Naim Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nessa Kartika Ni Made Purnama Sari Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Noor H. Dee Nurel Javissyarqi Nurul Fahmy Nurul Ilmi Elbana Nyoman Tusthi Eddy Ong Hok Ham Orasi Budaya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Pablo Neruda Pay Jarot Sujarwo PDS H.B. Jassin Pendidikan Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringgo HR Prosa Pudyo Saptono Puisi Pustaka Bergerak Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin Qismatun Nihayah R Sutandya Yudha Khaidar R Toto Sugiharto R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prambudhi Dikimara Rambuana Ramdhan Triyadi Bempah Ratnani Latifah Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Ricarda Huch Riezky Andhika Pradana Riki Dhamparan Putra Rizki Aprima Putra Rokhim Sarkadek Rony Agustinus Royyan Julian Rukardi Rumah Budaya Pantura Rumah Budaya Pantura (RBP) Ruth Indiah Rahayu S Yoga S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safitri Ningrum Sahaya Santayana Sahli Hamid Saini KM Sajak Salvator Yen Joenaidy Samsul Anam Sapardi Djoko Damono Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Selendang Sulaiman Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setyaningsih Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosial Media Sastra Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sudarmoko Sudirman Sugeng Sulaksono Sugito Ha Es Sumani Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunaryata Soemarjo Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susie Evidia Y Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Syaiful Irba Tanpaka T Agus Khaidir T.A. Sakti Tangguh Pitoyo Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teater Pendopo nDalem Mangkubumen (Dokumen) Teater Tawon Tedy Kartyadi Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Tiya Hapitiawati Tiyasa Jati Pramono Toeti Heraty TS Pinang Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Usman Arrumy UU Hamidy Veronika Ninik Vika Wisnu W.S. Rendra Wahyu Triono Ks Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wayan Sunarta Welly Kuswanto Wilda Fizriyani Willy Ana Y Alpriyanti Y.B. Mangunwijaya Yanto le Honzo Yasin Susilo Yasir Amri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudha Kristiawan Yudhistira ANM Massardi Yulhasni Zehan Zareez Zuhdi Swt Zul Afrita